Pagi ini Harley sedang berlatih senjata di lapangan tembak mansion Eddy. Dia menembak papan target didepannya dengan senjata
Revolver andalannya.'dorr...dorr..' Harley menembak papan target tepat ditengahnya. Sudah lama dia tidak berlatih lagi dengan senjatanya selama 2 bulan. Tak lama kemudian Eddy datang menghampiri Harley ditemani oleh Noah.
"Kau berlatihlah dengan baik dengan mainan barumu. Kelak kau akan memimpin klan Quinn suatu hari nanti" ucap Eddy sambil memegang tongkat emasnya. Harley melepaskan pelindung telinganya dan menaruh senjatanya disakunya. Dia menghampiri Eddy dan menghembus nafasnya pelan.
"Jujur ayah aku tidak ingin memimpin klan Quinn dalam diriku. Karena aku belum pantas saja menjadi pemimpin seperti ayah. Aku cukup membantumu saja membunuh pesaingmu itu" jawab Harley pada Eddy. Eddy menaikkan alisnya dan menyuruh Noah memegang tongkat emasnya.
"Lalu kau ingin menjadi apa sayang? Apa kau ingin menjadi hakim seperti saat ini?" Tanya Eddy. Harley mengangguk kepalanya.
"Iya ayah. Ada saatnya aku harus mengikuti kata hatiku. Aku ingin mewujudkan kata hatiku saat ini" jawab Harley sambil tersenyum. Eddy tersenyum bangga mendengar keinginan putrinya. Dia memeluk badan Harley.
"Akhirnya kau sudah dewasa dalam memilih tujuan hidupmu nak. Aku takut kalau kau mengikuti jejak ku nanti akan menjadi malapetaka bagiku akan kehilanganmu" ucap Eddy diperlukan Harley. Noah tersenyum disana melihat kedua orang yang dihormatinya sudah damai.
"Terimakasih ayah sudah menerima keputusan ku" ucap Harley melepaskan pelukannya.
"Ayah, malam ini aku ingin ke club bersama rekanku. Aku sudah berjanji padanya hari ini" jelas Harley sambil memasang pelindung telinganya. Eddy mengangguk memperbolehkan.
"Silahkan saja. Tapi ingat bawa senjata" jawab Eddy meninggalkan Harley yang sedang berlatih. Eddy menyuruh Noah mendekatinya.
"Awasi dia dari jauh. Aku tak mau anakku dicelakai oleh pesaingku" bisik Eddy. Noah mengangguk mengerti dan mereka pergi ke suatu tempat.
Dirumah sakit.
Malam harinya,Liam masih berada di rumah sakit seorang diri. Badannya sedikit merasa baikan. Di merasa bosan disini terus selama 3 hari. Di melihat kalender dikamar inapnya, ternyata sudah tanggal 26 Desember. Liam mengambil handphone nya dan mengirim teks pesan pada Ray. Semejak dia kenal dengan Ray beberapa hari lalu dia merasa lumayan nyambung dengannya.
"Bro, nanti aku akan ke club Eddy Quinn sebentar lagi. Aku jenuh berada di sini seorang diri" Liam.
Tak lama kemudian Ray membalasnya.
"Hahaha kau bosan? Ingat kau masih sakit " Ray.
"Tapi aku bosan sekali" Liam.
Ray yang membaca teks singkat itu terkekeh.
"Whatever" Ray.
Akhirnya Liam mengganti pakaiannya dengan kemeja biru dongker dan celana jeans hitam. Dia lalu keluar dari kamarnya menuju jalan raya dan memanggil taxi.
Harley dan Nichole berada di club Eddy. Mereka menari dilantai dansa dengan iringan musik yang keras. Mereka meminum tequila bersama.
"Happy birthday my partner Hanna. Hari ini aku akan mentraktir mu sepuasnya" ucap Nichole meneguk tequila nya. Harley memeluk Nichole senang.
"Terimakasih Nichole atas traktirannya. Walau kau telat mengucapkan nya tapi aku bahagia" senang Harley terus menggoyangkan tubuhnya.
"Ayo kita ke bar itu. Aku ingin mojito" ucap Harley menggandeng Nichole. Mereka duduk dikursi bar dan memanggil Ray yang sedang mengelap gelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
like Harley Quinn ( End )
Aksiapa kalian tau jika anak polos di didik dengan orang benar akan menjadi manusia normal? begitu kebalikannya. Hanna, seorang perempuan yang di didik dengan seorang pemimpin mafia Eddy Quinn dan diangkat menjadi anak dan dilatih menjadi mesin pembunu...