play the plan

73 0 0
                                    

Ray memberhentikan mobilnya dipinggir jalan karena Liam ingin muntah.

"Hoekkk..." Ray menggelengkan kepalanya melihat Liam muntah seperti mabuk laut. Dia memberikan sebotol air mineral untuknya.
"Minumlah" suruh Ray pada Liam dan mengambil botol minuman itu.
"Thanks" ucap Liam memasuki mobil Ray dan meneguk air mineral itu. Ray mengendarai mobilnya dan melirik Liam yang sudah baikan itu.

"Aku perhatikan dari Minggu lalu kau selalu muntah-muntah Liam. Apa kau hamil?" Tanya Ray terkekeh pada Liam. Liam melirik Ray dan memukuli lengannya.
"Tidak mungkin Ray. Aku ini pria bukan wanita" jawab Liam kesal. Ray melanjutkan mengendarai mobilnya yang sudah dekat dengan Seattle.

"Kemungkinan saja" ucap Ray tersenyum. Liam menggelengkan kepalanya melihat Ray yang suka bercanda itu. Akhirnya mereka sampai ditempat tujuan mereka 100 meter dari mansion Evan. Ray dan Liam turun dari mobilnya dan disusul oleh yang lain.

"Tepat jam 18.00 kita akan meledakkan sesuatu di halaman mansion. Lalu kita serang habis-habisan. Apa kalian sudah siap?"tanya Ray pada kawan-kawan nya. Slava tersenyum seringai dan menunjukkan pesawat remote control yang membawa bom kecil.

"Mainanku tidak sabar aku pakai" ucap Slava senang. Alfredo, Allan, Akira dan Jinso memamerkan senjata mereka.
"Sepertinya kita akan masuk rumah sakit bersama" ucap mereka tertawa. Belle, Suri dan Domain sibuk mengisi peluru mereka.
"Tak sabar kita melihat bakat Harley" ucap mereka bersamaan.

"Baiklah kita lihat sekeliling dulu, tepat waktu yang dituju baru kita memulainya" ucap Ray memasuki mobil nya. Disusul oleh Liam yang duduk disampingnya.

Seattle

Harley yang mengusap luka-lukanya dengan obat yang diberikan oleh Evan diseluruh badannya. Sudah sedikit membaik dari sebelumnya. Dia melirik jam tangan Evan yang berada ditangannya.

" 1,5 jam lagi" keluh Harley memakai pakaiannya kembali dan menyembunyikan garpu dan senjata revolver Evan dibawah kasurnya. Tak lama kemudian Evan memasuki kamarnya dan Harley menghampiri nya.

"Akhirnya kau datang" ucap Harley memeluk Evan dengan erat. Evan sangat senang dengan perlakuan Harley dan membalas pelukannya.
"Apa kau merindukan ku?" Tanya Evan mengelus pipi Harley. Dia mengangguk senang.
"Sekali" jawab Harley 'tapi bohong' umpatnya. Evan menggendong Harley dan menaruh nya diatas meja.

"Aku ingin mencium mu apa boleh? Hanya diatas tidak dibawah" tanya Evan menenggelamkan kepalanya di leher Harley yang habis memakan parfum mawar. Harley meremas leher Evan.
"Boleh saja" jawab Harley yang sebenarnya keberatan tapi demi rencananya dia harus melakukan nya. Evan mencium bibir Harley dengan bergairah begitu juga dengan Harley membalas ciuman Evan.

"Kau kemanakan cincin mu itu?" Tanya Evan mengambil tangan Harley.
"Aku membuangnya" jawab Harley pelan padahal dia simpan dibawah bantalnya. Evan mencium punggung dan telapak tangan Harley dengan lembut dan mengangkat Harley menuju kasurnya.

"Aku ingin terus bersamamu seperti ini saja" desah Evan menghirup leher Harley dan turun dikaki Harley yang jenjang dan mencium telapak kaki Harley.
"Ahh..jangan Evan " ucap Harley merasakan kakinya dicium dan dijilat oleh Evan.

"Kau membuatku tergila-gila oleh dirimu selama belasan tahun" Evan menaiki badan Harley dan membuka kancing baju Harley yang hanya memakai kemeja putih yang kebesaran. Dia memandang dada Harley yang putih walau Harley memakai bra hitam. Harley melingkarkan kakinya dipinggang Evan dan mencium bibirnya dengan lihai. Evan membuka kancing kemejanya satu persatu sambil meremas dada Harley.

" Ahh... " Harley mengigit bibir bawahnya dan meremas rambut Evan. Lalu Harley menatap mata hazel Evan.
"Tatap mataku dan sekarang kau tidak sadarkan diri selama 10 menit" Harley menepuk bahu Evan dan dia tertidur diatas badannya. Harley tersenyum seringai dan menyingkirkan badan Evan disampingnya.

like Harley Quinn ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang