Joshua membangunkan Harley dikamarnya. Dia khawatir gadis itu tidak sadarkan diri. Akhirnya Joshua mengetuk pintu kamar Harley.
"Harley, buka pintumu. Ini sudah siang. Apa kau tewas didalam" ucap Joshua khawatir. Harley membuka matanya pelan dan mengusapnya. Dia membuka pintunya.
"Ada apa paman? Hoamm dan kenapa aku memakai baju tidur ya?" Tanya Harley tak sadar. Joshua menatap gadis itu dan melihat ada memar ditulang pipinya. Dia memegang pipi Harley.
"Kenapa wajahmu nak? Dan kemarin kalian kemana sampai subuh pulangnya?" Tanya Joshua pada Harley. Harley menggaruk kepalanya yang sedikit gatal.
"Oh kemarin aku pergi ke club langgananku. Kebetulan Liam juga ikut bersamaku. Kita minum disana tiba-tiba klan Ronan berusaha membunuhku. Jadinya aku harus bertarung melawan dia bersama anak buahnya" jawab Harley sambil mengelap bibirnya. Joshua kaget mendengarnya.
"Ya Tuhan Harley. Dengar aku sangat khawatir padamu saat ini. Sudah kemarin lusa kau ditembak klan Walter dan sekarang kau diserang klan Ronan. Aku mengerti jika kebanyakan musuh Eddy Quinn akan menyerangmu terlebih dahulu. Tapi apa kau tak khawatir jika polisi akan menangkapmu suatu hari nanti?" Ucap Joshua sambil memegang bahu Harley. Gadis itu tersenyum dan melepaskan tangan Joshua dibahunya.
"Tenang saja paman. Aku melakukannya dengan profesional tanpa ada jejak. Aku sudah dilatih untuk menghabisi nyawa seseorang tanpa ada jejak" jawab Harley. Joshua melipatkan tangannya.
"Tapi kejadian di dermaga itu sudah ketahuan Harley. Aku menemukan sehelai rambutmu disana" ucap Joshua. Harley tersenyum seringai sambil menunjukkan gigi taringnya yang kecil.
"Bagaimana bisa kau menangkapku paman kalau kantor polisi tempat kerja paman sudah rata menjadi tanah" jawab Harley santai. Joshua menggelengkan kepalanya.
"Terserah padamu Harley. Aku cuma mengingat kan padamu" ucap Joshua menuruni tangga. Harley melihat punggung kekar Joshua dan memberhentikan nya.
"Paman, bolehkah aku pergi ke supermarket hari ini? Aku ingin membeli makanan. Apa kau mau menitipkan sesuatu?" Tanya Harley. Joshua mengambil dompetnya dan menggambil isinya.
"Baiklah, belilah isi kulkas ku, kebetulan sudah habis semua" jawab Joshua sambil memberi lembaran uang pada Harley. Tapi ditolaknya oleh Harley.
"Tak usah paman. Biar aku yang membayarnya. Anggap saja ini sebagai upah untuk menampungku disini" ucap Harley sambil masuk kamar. Joshua menggeleng kan kepalanya.
"Dia benar mirip kamu Livia" ucap Joshua sambil menuruni tangga. Harley lalu mandi dikamar mandi dan selesai mandi dia memakai Hoodie putihnya dan memakai celana jeans pendeknya dan tak lupa memakai kaus kaki panjang bergaris merah biru dan sepatu Converse hitamnya. Harley memakai riasan tipisnya dan memakai parfum coklat.
"Oke i ready" Harley mengambil tas ransel kecilnya yang berisi dompet dan handphonenya. Tak lupa membawa senjata di belakang celananya.
"Paman aku pergi dulu. Aku pinjam mobilmu dulu boleh?" Tanya Harley pada Joshua yang sedang membaca dokumen di ruang keluarga.
"Pakai saja. Oh ya jangan lupa kau disuruh ketempat kerja Liam" ucap Joshua pada Harley yang sedang membuka pintu.
"Baiklah" jawab Harley dan memasuki mobil Chevrolet chevelle Joshua. Dia mengendarai mobilnya sambil mendengarkan lagu di radio mobil itu.
"Aku ke Liam saja. Selesai terapi baru aku belanja. Biar fresh" ucapnya. Dia membelokkan mobilnya kearah rumah sakit tempat praktek Liam. Sesampai di rumah sakit Harley turun dari mobilnya dan menuju ruang kerja Liam. Dia masuk ke ruang kerja Liam sambil membawa segelas kopi dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
like Harley Quinn ( End )
Actionapa kalian tau jika anak polos di didik dengan orang benar akan menjadi manusia normal? begitu kebalikannya. Hanna, seorang perempuan yang di didik dengan seorang pemimpin mafia Eddy Quinn dan diangkat menjadi anak dan dilatih menjadi mesin pembunu...