I know who you are

85 0 0
                                    

2 Minggu kemudian

'dorr...dor...' sore ini Liam menembak senjata revolver nya di papan target. Selama 2 Minggu dia direstui hubungan nya oleh Eddy, dia berlatih senjata di mansion Eddy dan ditemani oleh Ray sebagai pembimbingnya. Ray menghampiri Liam sambil membawa minuman kaleng.

"Cukup latihannya Liam. Istirahatlah" Ray memberikan minuman itu untuk Liam. Dia membuka pelindung telinga nya dan mengambil minuman itu.

"Terimakasih" Liam meneguk minuman itu sampai habis. Ray yang sudah membaik keadaan boleh dilepaskan gips ditangannya. Dia melatih Liam untuk memakai senjata api seperti dirinya. Kalau membela diri dia tidak mengajarkan karena Liam pernah mengikuti tinju.

"Apa kau bahagia dude saat tuan besar merestui kalian?" Tanya Ray meneguk minumannya. Liam tersenyum kecil dan meletakkan kaleng itu disampingnya.

"Aku bahagia sekali Ray. Seperti mimpi aku mendengarnya" jawab Liam mengelap wajahnya yang penuh keringat. Ray menepuk bahu Liam senang.

"Bersyukur lah tuan besar membuka hatinya untukmu Liam. Kau harus membuktikan bahwa kau layak menjadi menantunya" ujar Ray bangkit dari duduknya dan disusul oleh Liam. Liam menghentikan jalannya.

"Bagaimana keadaan Harley menurutmu Ray?" Tanya Liam khawatir. Selama dia berlatih Liam selalu memikirkan Harley dan mendoakan nya agar tidak terjadi apa-apa. Ray menolehkan kepalanya dan menaikan bahunya.

"Aku juga tidak tahu. Aku rasa dia masih tidak tahan disana" jawab Ray menemani Liam pergi ke gereja untuk berdoa. Mereka memasuki mobil Liam dan pergi menuju gereja.

Seattle

Harley berada diatas kasurnya dengan tatapan kosong. Sudah 2 Minggu dia menunggu ayahnya datang. Selama disini dia selalu disiksa oleh Evan seperti ditenggelamkan dikolam renang dalam keadaan kakinya diborgol, dicambuk dengan sabuk kulit, dan parahnya lagi Harley berendam dengan es batu yang banyak sampai kedinginan. Setiap kali dia habis di siksa, Evan lalu mengobati nya. Entah apa maksudnya. Harley menatap dirinya yang sudah sedikit kurus, lemah, badannya penuh bekas luka cambukan, lengan yang memerah karena bekas rantai,sayatan yang sudah mengering. Dia ingin mengakhiri hidupnya ini. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuklah Evan membawa sebuah gaun putih untuk Harley.

"Harley hari ini kau pakai gaun ini. Aku ingin melihatmu dengan gaun ini" Harley turun dari kasurnya dan mengambil gaun itu. Harley menatap Evan dengan pandangan kosong.

" Untuk apa aku memakai gaun ini? Apa ini adalah hari terakhir ku?" Tanya Harley melantur. Evan geram mendengar nya  menarik paksa Harley dan merobek bajunya dengan kasar lalu memakainya pada Harley. Dia sudah terbiasa oleh perlakuan Evan yang selalu merobek pakaian nya. Evan mendudukkan Harley dimeja rias dan menyisir rambut pendeknya dengan sisir besar.

"Aku akan meriasmu dengan cantik" ucap Evan memberikan sedikit bedak diwajah Harley dan maskara di bulu matanya dan sedikit lipstik berwarna merah dibibirnya. Harley menatap dirinya dengan pandangan kosong. Evan menaruh kepalanya dibahu Harley.

"Kau sangat cocok dengan riasan ini" ucap Evan mencium pundak Harley. Dia berlutut dan menaikan kaki Harley diatas pahanya.
"Aku membelikan sepatu yang cocok untukmu" Evan mengeluarkan box berisi high heel silver dan memasangnya dikaki jenjang Harley.

'pria gila!pria gila!maunya apa sebenarnya?' tanyanya dalam hati sambil memegang lengannya yang memerah. Evan melihat Harley memegang pergelangan tangannya yang memerah dan meraihnya.

"Maafkan aku" Evan mencium pergelangan Harley yang memerah secara bergantian. Lalu Evan meraih tangan Harley untuk keluar dari kamarnya.
"Ayo, aku memberi mu sesuatu agar kau tidak bosan disini" Evan menarik tangan Harley keluar dari kamarnya menuju ruang makan yang sudah dihias. Harley melihat ruangan makan itu yang dihiasi dengan mawar merah dan seember es batu yang ditaruh red wine. Dia mencium udara disekitar ruangan itu. Bau hujan yang turun.

like Harley Quinn ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang