Sesampai di rumah sakit Ray berjalan melewati lorong rumah sakit dan mencari kamar Liam. Ray bertanya pada salah satu perawat yang berjalan.
"Permisi suster adakah disini pasien bernama Liam?"tanya Ray.
"Dia berada di ruangan no 105 tuan" jawab perawat itu. Ray mengangguk dan berlari kecil mencari kamar Liam dan akhirnya ketemu. Ray lalu membuka pintu itu dan mendapatkan Liam yang sedang menonton tv.
"Long time not see you dude" Liam menolehkan kepalanya dan melihat Ray yang melambaikan tangannya.
"Ray? Bagaimana kau tahu aku disini?" Tanya Liam kebingungan. Ray duduk didekat kasur Liam dan membuka jaketnya.
"Nona yang memberitahukan keberadaan mu. Dia sangat khawatir" jawab Ray mengambil buah apel di meja dekat Liam. Liam mengerutkan dahinya.
"Harley? Apa dia masih hidup?" Pekik Liam. Ray lalu menutup bibirnya dengan telunjuknya.
"Jangan berisik bodoh, dia masih hidup. Dia sengaja memalsukan kematiannya agar Martinez tidak menemukan nya" balas Ray. Liam menghembuskan nafas nya lega.
"Sudah kuduga dia hidup" ucap Liam. Ray mengambil handphonenya dan menelfon Harley dengan panggilan video.
"Mungkin kau ingin menghubungi nya" ucap Ray. Tak lama kemudian panggilan terhubung.
"Ray?ada apa kau menelfon ku?" Tanya Harley yang berada di mansionnya. Ray lalu mengarahkan handphonenya pada Liam.
"Ada seseorang yang mengkhawatirkan anda nona" jawab Ray. Liam lalu mengambil handphone Ray ditangannya.
"Harley,apa kau masih hidup?" Tanya Liam tak percaya apa yang dilihatnya. Harley yang didalam telefon lalu mengangkat tangan kirinya yang diperban.
"Ini buktinya" jawab Harley santai. Liam menutup mulutnya tak percaya bahwa Harley masih hidup.
"Aku khawatir padamu Harley" ucap Liam rindu. Harley tersenyum sambil mengunyah keripik kentang nya.
"Jangan khawatir Liam. Mungkin saat ini aku harus berada disini lebih lama. Karena aku harus berobat agar kondisi ku cepat pulih untuk menghabisi Martinez" balas Harley meminum jus nya. Liam terkekeh mendengarnya.
"Aku harap kau cepat sembuh Harley. Biar kau bisa bermain dengan Ivan" ucap Liam melihat Harley yang wajahnya masih ada luka yang sedikit mengering.
"Baiklah. Sekarang kau istirahat Liam. Aku harus melanjutkan menonton ku" balas Harley terus mengunyah.
"Baiklah Harley. Sampai jumpa" lambai Liam dilayar handphone Ray. Harley lalu mematikan handphone nya. Dia memegang rambutnya yang lumayan panjang.
"Aku harus memotongnya. Tidak mungkin aku latihan dengan rambut sepanjang ini" ucap Harley. Harley memanggil pelayan nya dengan menekan tombol disamping kasurnya. Tak lama kemudian 4 pelayan memasuki kamar Harley.
" Nona memerlukan sesuatu?" Tanya pelayan wanita itu.
"Bisakah salah satu dari kalian membantuku menuruni kakiku dan satu dari kalian memanggil tukang potong rambut dari salon? Aku ingin berlatih saat ini" pinta Harley. Mereka mengangguk dan melakukan tugas mereka. Salah satu dari mereka melepaskan gantungan kaki Harley dan mengambil kruk tangan yang berada dikamar Harley. Sedangkan kedua pelayan itu pergi mencari tukang potong rambut dari salon kenamaan.
Liam lalu mengembalikan handphone Ray ditangannya.
"Terimakasih Ray. Sekarang aku tak khawatir lagi pada keadaan Harley" ucap Liam membaringkan badannya. Ray membuang sisa apel yang dimakannya.
"Sama-sama dude. Itulah gunanya teman" balas Ray mengacak rambut Liam. Dia melihat Liam yang begitu khawatir dengan Harley.
"Kau masih menyukainya?" Tanya Ray spontan. Liam terkejut mendengarnya lalu melirik Ray disamping nya.
"Sebenarnya aku masih menyukainya. Tapi aku takut mengulangi kejadian menakutkan itu" jawab Liam menundukkan kepalanya. Ray tersenyum tipis dan menopang dagunya diatas kasur Liam.
" Bersyukurlah kalau kau masih menyukainya. Aku masih bisa melihat dari mata kalian berdua" ucap Ray dengan senyuman khasnya. Liam menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ray seperti cenayang.
"Bisakah kau tidak melakukan itu? Aku malu sekarang" ucap Liam menutupi wajahnya yang memerah. Ray tertawa melihat Liam yang tersipu malu.
"Aku akan menemanimu saat ini dude. Aku tahu kau sendirian ditinggal oleh ayahmu" ujar Ray menawarkan dirinya untuk menemani Liam dirumah sakit.
"Boleh saja asal kau tidak melakukan hal aneh padaku" ancam Liam. Ray tertawa lalu dia tinggal dirumah sakit.
Di mansion
Harley memegang rambutnya yang sekarang menjadi pendek sebahu dan diberi warna seperti dulu yaitu merah dan biru. Wanita yang memotong rambutnya itu menyisir rambut Harley dengan lembut.
"Apa kau menyukainya nona?" Tanya wanita itu yang bernama madam Camila. Harley mengangguk kepalanya senang dan menyuruh pelayannya mengambil dompetnya dan memberikan madam Camila $100.
"Ini madam sekalian tip untukmu. Terimakasih kau sudah membuat rambutku semakin indah dengan tanganmu" ucap Harley sopan. Madam Camila menerima nya dengan senang hati.
"Sama-sama nona. Aku izin pergi meninggalkan mansion ini" pamit nya meninggalkan Harley dikamarnya. Harley lalu mengambil kruk nya dan pergi menuju ruang tembak. Dia lalu memegang senjatanya dan menembak papan target itu.
'dorr...dorr...dor...'
Saat dia terus menembak papan target, ada suara pintu terbuka dibelakangnya."Apa yang kau lakukan nak? Dan kenapa rambutmu menjadi pendek? Bukannya kau harus istirahat?" Ternyata itu Eddy yang baru sampai dimansion nya. Dia lalu menghampiri Harley yang sedang menembak. Harley membuka pelindung telinga nya dan menaruh senjatanya.
"Aku harus berlatih ayah untuk menghabisi Evan Martinez. Walau keadaan ku masih sakit seperti ini tapi aku harus mempunyai strategi untuk membalas nya" jawab Harley tegas. Eddy lalu memeluk badan Harley dengan erat.
"Aku tahu itu keinginan mu nak. Tapi ingat kau masih sakit sayang. Aku khawatir pada kesehatan mu" ucap Eddy khawatir dipelukan Harley.
"Ayah tenang saja. Aku akan rajin minum obat dan istirahat yang cukup agar aku bisa menghabisi bedebah itu dengan tanganku sendiri" balas Harley tersenyum lembut. Eddy lalu mengajak Harley memasuki mansion.
"Aku percaya padamu nak, aku percaya" ucap Eddy disampingnya memasuki mansion.
2 bulan kemudian
Harley berlatih memakai katana yang baru diberikan oleh Eddy 2 hari yang lalu saat Eddy menghabisi sekelompok Yakuza yang hampir merampok nya saat dia berada di Jepang,Tokyo. Harley dengan mahir memakai katana itu.
"Kau mahir juga memakai katana itu sayangku" Eddy menghampiri Harley yang bermain dengan katana itu. Harley memasukan katana itu kedalam sarung katananya.
"Lumayan tajam dan bisa menebas orang dalam sekali tebas ayah. Terimakasih sudah membawa ini untukku" ucap Harley memeluk Eddy. Selama 2 bulan ini dia masih berada di mansionnya dalam proses penyembuhannya. Luka di lengan kiri Harley sudah membaik dan kaki Harley sudah membaik juga walau bekas luka nya masih sedikit berbekas. Dan saat berada dimansion Harley terus berlatih memakai semua senjata apinya dan senjata tajamnya setiap hari.
"Sudah cukup hari ini kau memainkannya sayang. Ayo kita makan malam" ucap Eddy mengajak Harley ke ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
like Harley Quinn ( End )
Actionapa kalian tau jika anak polos di didik dengan orang benar akan menjadi manusia normal? begitu kebalikannya. Hanna, seorang perempuan yang di didik dengan seorang pemimpin mafia Eddy Quinn dan diangkat menjadi anak dan dilatih menjadi mesin pembunu...