a bruised night

55 2 0
                                    

Harley berada diruangan kerjanya. Dia sedang sibuk mengurus dokumen-dokumen untuk sidang Minggu depan.

"Melelahkan sekali. Lebih baik aku bermain dengan Ivan sepanjang hari daripada mengurus sidang" umpat Harley menarik nafasnya berat. Semejak dia mengembalikan Ivan dua Minggu yang lalu dia masih merindukan anak itu. Dia bisa saja bertemu dengan Ivan tetapi dia malas saja bertemu dengan Liam. Tak lama kemudian Nichole datang sambil membawa minuman kesukaan Harley.

"Hanna, coklat panas" Harley dengan senang hati mengambilnya. Dia lalu meneguknya disofa panjang.

"Terima kasih Nic" ucap Harley. Nichole duduk disampingnya.

"Hanna nanti kita ke club yuk malam ini. Ray bilang dia membuat minuman baru. Kita disuruh mencobanya" tawar Nichole menyeruput capuccino nya. Harley mengelap ujung bibir Nichole dengan tisu.

"Ada sisa kopi diujung bibirmu. Boleh saja kebetulan aku ingin menghilangkan penatku" jawab Harley. Nichole memeluk badan Harley dengan girang.

"Baiklah lah" jawab Nichole meninggalkan ruangan Harley. Dia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nichole.

"Dasar sejoli baru" umpat Harley. Dia lalu melanjutkan kerjanya.

Liam berada dirumahnya bersama Ivan. Sekarang dia tidak bekerja lagi dirumah sakit karena dia sudah dipecat menjadi dokter gara-gara dia memiliki penyakit erotomania 2 tahun yang lalu. Dia menatap Ivan yang berada di pangkuannya.

"Huftt susah sekali ya cari pekerjaan Ivan. Aku menyesal pada diriku sendiri sampai aku masuk rumah sakit jiwa karena penyakit mental ku. Sekarang aku harus mencari pekerjaan lagi sebagai dokter" Liam menatap layar laptopnya dan mencari rumah sakit yang mempunyai lowongan pekerjaan. Mata abu-abu Liam mendapatkan salah satu rumah sakit yang membutuhkan dokter psikologi.

"Rumah sakit Mayo Clinic? Bukannya ini rumah sakit tempat aunty Livia bekerja?" Tak perlu waktu lama Liam mengirimkan CV nya ke web rumah sakit itu.

"Semoga diterima" doanya.
Pintu rumahnya terbuka dan ternyata itu Joshua yang baru pulang bekerja.

"Son, apakah kau mendapatkan pekerjaan?" Tanya Joshua membuka mantelnya. Liam menyerahkan Ivan pada Joshua.

"Aku barusan mengirim CV ku ketempat aunty Livia bekerja ayah. Doakan saja aku diterima" jawab Liam sambil memasak makanan. Joshua tersenyum sambil menggendong Ivan.

"Amin anakku" ucap Joshua. Liam membalikkan badannya dan menghampiri Joshua.

"Ayah aku ingin bertemu Ray. Boleh kah?" Tanya Liam ragu-ragu. Joshua mengambil sesuatu di dompetnya dan memberikan $50 dolar untuk Liam.

"Ambillah nak. Kau butuh menghibur diri" jawab Joshua tenang. Liam mengangguk dan melanjutkan memasaknya.

Harley dan Nichole memasuki club Eddy Quinn dan menuju bar. Harley mengenakan mini dress yang menunjukkan lekuk badannya berwarna merah hati tanpa lengan. Tak lupa dia mengcover tato didadanya itu. Sedangkan Nichole memakai jumpsuit pendek tanpa lengan yang berwarna hitam putih. Ray lalu menyambut mereka di meja bar.

"Akhirnya kalian datang" ucap Ray mencium Nichole dengan mesra. Harley yang melihat mereka lalu menutup matanya dengan tas kecilnya.

"Teruskan ayo jangan hiraukan aku" umpat Harley sedikit kesal. Nichole dan Ray terkekeh melihat tingkah Harley. Nichole lalu mencubit pipi Harley gemas.

"Jangan begitu sayangku. Sebagai gantinya aku akan mentraktir mu malam ini" ucap Nichole senang. Ray mengangguk dan kembali ke bar untuk membuat minuman mereka.

"Ini dia mojito berries. Coba lah" ucap Ray memberikan dua gelas pada Harley dan Nichole. Mereka mencoba minuman itu.

"Enak sekali Ray,asamnya tepat" puji Nichole senang dengan minumannya. Sebaliknya Harley memasang wajah yang susah diekspresikan.

like Harley Quinn ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang