their panic

83 1 0
                                    

Eddy yang berada di pesawat pribadinya masih was-was dengan keadaan putri nya. Dia terus meminum wine saking khawatirnya didalam pesawat.

"Jangan panik tuanku. Aku yakin nona akan ditemukan secepatnya" Noah berusaha membuat Eddy tenang, tapi Eddy melemparkan gelas wine itu disembarang arah.

"Bagaimana bisa aku bisa tenang jika anakku dibawa oleh orang gila itu Noah! Aku khawatir dengannya keadaannya yang baru sembuh" panik Eddy menaik turunkan dadanya emosi. Dia lalu meminum wine dengan botolnya dengan cepat.

"Kita harus menemukannya bagaimanapun juga. Suruh semua pihakku mencarinya! Kita harus bertempur dengan klan Martinez sampai tak tersisa" Suruh Eddy pada Noah kesal. Noah menganggukan kepalanya sopan dan menelfon pihak-pihak yang masih bersatu bersama Eddy dan Harley.

Dirumah sakit

Allan dan Slava masih berada dirumah sakit tempat Ray dirawat. Dokter mengatakan dia hanya trauma kecelakaan dan lengan kanannya patah. Belle, Domain, Akira, Alfredo, Suri dan Jinso menyusul ke tempat Ray dirawat. Slava sibuk dengan laptopnya disofa.

"Ray, bagaimana bisa kau dan Harley bertemu dengan anak buah Martinez?" Tanya Belle disamping Ray yang sedang mengirimkan pesan pada seseorang. Disusul oleh Domain yang ikutan bertanya.
"Apa benar mobilmu ditembak dengan bazoka?" Ray menghembuskan nafasnya pelan dan menaruh handphonenya disamping nya. 

"Aku juga tidak tahu. Ini kebetulan saja saat aku mengantar nona pulang. Tiba-tiba mereka menyerang kami dengan bazoka sampai mobilku jadi meledak. Mereka membawa nona dan membius nya" jawab Ray bangkit dari tidurnya. Slava yang sibuk dengan laptopnya bangkit dari duduknya.

"Dapat, dia berada di Seattle. Tepatnya ditengah hutan" mereka terkejut mendengarnya dan Slava memberikan laptopnya pada Ray.

"Seattle? Bukannya itu tempat yang dibenci oleh Harley bukan?" Tanya Alfredo pada Slava dan dibalas dengan anggukan pelan.

"Dari pelacak di anting Harley yang menunjukkan bahwa dia berada disana" jawab Slava menelfon seseorang. Ray mengembalikan laptop itu pada Slava.

"Sebaiknya tunggu tuan besar datang dulu kawan-kawan. Biar kita yang kasih tahu keberadaan nona Harley. Kita tidak boleh menyerang tanpa persetujuan tuan" ujar Ray mengambil minum yang dibantu oleh Jinso.

"Apa yang kita lakukan sekarang?" Tanya Jinso menaruh gelas dimeja samping Ray.

"Kita lebih baik membuat strategi untuk menyerang Martinez sekarang ini. Aku khawatir dengan Harley saat ini" khawatir Allan yang duduk disofa rumah sakit. Ray mengangguk kepalanya.

"Kau benar. Aku khawatir nona disiksa oleh Evan saat ini" Suri beranjak dari kursinya mengingat sesuatu.

"Kau benar Ray. Aku pernah mendengar dari bodyguard ku yang berasal dari Italia bahwa Evan Martinez terkenal menyiksa korbannya tanpa ampun. Aku khawatir Harley di apa-apakan oleh pria itu" khawatir Suri meremas tangannya. Tak lama kemudian seorang pria memasuki kamar inap Ray dengan menggendong bayi. Ternyata itu Liam dengan Ivan.

" Ray kau tak apa?" Tanya Liam menghampiri Ray. Akira melepaskan senjatanya dan menodongkan kearah Liam begitu juga dengan lainnya

"Siapa kau?" Tanya Akira dingin. Liam mematung disamping Ray melihat beberapa orang menodongkan senjatanya kearah dirinya. Ray menyuruh mereka meletakkan senjatanya kembali.

"Turun kan senjata kalian kawan-kawan. Perkenalkan dia adalah Liam White, kekasih Harley" ucap Ray memperkenalkan Liam. Jinso mendatangi Liam dan melihat atas bawah Liam.

"Hmm ini ya kekasih Harley? Lumayan juga dengan mata abu-abu tajam dan badan yang kekar, aku rasa dia pernah bercinta dengan Harley sebelumnya" Ray menahan tawanya melihat Liam menahan malu.

"Jangan mengejeknya Jinso, yang kau katakan itu emang benar adanya" balas Ray menahan tawanya sampai mereka mengarahkan matanya kepada Liam.

"Kau pernah bercinta dengan Harley?" Tanya Domain mengarah senjatanya, disusul dengan Belle dan Suri.
"Apa kau memaksanya?" Tanya Belle dingin menatap Liam.
"Kau tahu Harley sangat polos dengan seorang pria" sambung Suri mengarahkan senjatanya dikepala Liam. Ivan yang digendongan Liam menangis melihat mereka.

"Bisakah kalian menurunkan senjata kalian? Anak ini ketakutan" mereka menurunkan senjatanya dan Domain melihat Ivan yang berada di gendongan Liam.

"Anak siapa itu?" Tanya Domain melihat mata hijau Ivan yang besar.

"Itu anak dari Gomez Martinez dan istri keempatnya yang ternyata bibi dari Liam. Reina Moretti" sambung Ray membalas pertanyaan Domain. Mereka menatap Liam dengan datar. Alfredo menghampiri Liam yang berdiri disamping kasur Ray.

"Jadi kau keponakan Martinez hah? Beraninya kau" saat Alfredo mengeluarkan senjatanya Ray menghentikan perbuatannya.

"Dia bukan siapa-siapa Martinez Alfredo. Dia dan bibinya tidak pernah bertemu saat Liam lahir. Bibinya dipaksa entah menikah atau dijadikan wanita penghibur Martinez. Jadi dia tidak terikat dengan Martinez karena bibinya dan Gomez tidak sah dalam pernikahan mereka" jelas Ray membela Liam. Alfredo menurunkan senjatanya dan membuang nafasnya gusar.

"Ray, sebenarnya apa yang terjadi? Dimana Harley?" Tanya Liam khawatir. Ray menghembuskan nafasnya berat.

"Dia diculik dude oleh Evan Martinez saat aku dan dia mau perjalanan pulang" jawab Ray pelan. Liam terkejut dan menjatuhkan lututnya lemas.

"Harley..."

Disuatu tempat di Seattle

Sudah 2 jam Harley tersiksa dengan vibrator yang berada di kewanitaan nya. Tubuh Harley merasa lemas dan tak berdaya.

'sialan, sudah berkali-kali aku menahan ini selama berjam-jam' umpat Harley. Tak lama kemudian Evan memasuki kamar Harley dan menghampiri Harley sambil meminum wine nya.

"Haa...ha...ha... Kau menyerah juga ya? Baiklah aku akan melepaskan nya" Evan melepaskan vibrator itu dan membuangnya asal.  Tak lupa dia menyuntikkan sesuatu dipaha Harley. Dia melepaskan dasi dimata Harley dan bola mulutnya. Harley membuka matanya pelan,dia merasa lemas tak berdaya saat Evan menyuntikkan sesuatu dipahanya. Seluruh tubuhnya merasa lumpuh,tidak bisa digerakkan.

' apa dia berikan suntikan pelumpuh? Biar apa?' tanya Harley dalam hatinya. Evan membuka rantai dikaki Harley dan melihat memar dikaki kanan Harley.

" Aku baru tahu saat kecelakaan tadi kakimu patah. Sepertinya aku harus memanggil dokter untuk menyembuhkan mu" Evan mengelus pipi Harley dengan lembut,dan dia melepaskan rantai ditangan Harley dan mengendongnya kearah kamar mandi.

"Tenang,aku memberikan obat pelumpuh untukmu. Biar kau tidak kabur disini" Harley melirik Evan seakan tak mengerti maksud pria ini. Dia meletakkan Harley diatas bathub dan menyalakan air hangat sambil menuangkan sabun wanita. Harley yang masih tidak bisa menggerakkan badannya melihat Evan menggosok badannya dengan sebuah spons mandi dan mengusap badan Harley pelan.

' apa mau pria ini? ' umpat Harley dalam hatinya seakan tak mengerti tujuan pria ini. Selesai dia dimandikan Evan menggendong Harley yang terbungkus dengan handuk dan merebahkan badannya diatas kasur. Evan mengambil baju tidur wanita beserta dalamanya dan memakainya kepada Harley.

"Dokter pribadi ku akan datang sebentar lagi. Aku tidak mau mempunyai korban yang cacat saat aku membunuhnya. Sekarang kau harus makan sup ini. Aku tahu kau belum makan  seharian ini" ucap Evan memposisikan badan Harley menjadi duduk dikasurnya. Dia menyuapkan sup cream kemulut Harley tapi bibir Harley tidak bisa terbuka. Evan menyentuh keningnya dan tertawa karena baru ingat dia memberikan suntikan pelumpuh tadi.

"Ha..ha..ha.. aku baru ingat kalau tadi aku memberikan mu suntikan pelumpuh. Ternyata efek nya sampai keseluruh tubuhmu. Baiklah aku akan membantumu" Evan membuka mulut Harley dengan paksa dan memasukan sendok berisi sup itu kedalam mulut Harley sampai habis. Selesai menghabiskan sup nya Evan memberikan air putih pada Harley. Tak lama kemudian seorang dokter pribadi memasuki kamar Evan.

"Siapa yang patah kakinya tuan?" Tanya dokter itu. Evan beranjak dari kasurnya dan pergi meninggalkan kamar nya.

"Obati dia, jangan sampai kabur" ucap Evan meninggalkan kamarnya dan pergi menuju ruang pribadi nya. Dia menuangkan segelas wine digelasnya dan meneguk nya dengan cepat.

"Permainan dimulai" bisiknya






like Harley Quinn ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang