Part 72

961 88 21
                                    

Setelah mendengar kenyataan itu akhirnya fatih menyuruh andila untuk membawa fatin kekamarnya.

"Yang,  tolong bawa fatin ke kamar yah. Dan kamu zara,  jaga ateu fatin baik baik yah sayang.  Jangan sampai dia bersedih.," ucap fatih yang membuat zara menangguk.

"Baik abih.. " ucap zara dan mengikuti andila yang mengantar fatin ke kamarnya.

Disisi lain reyhan berpamitan untuk pergi karena hari sudah semakin gelap.

"Umi harap kau tinggal disini nak. " ucap amell memohon karena ini pertama kalinya ia bertemu lagi dengan reyhan yang sudah lama menghilang.

"Maaf umi,  tapi di rumah ibu sendirian.  Pasti dia saat ini sedang mencemaskan ku. " ucap reyhan menolak dengan penuh kelembutan.

"Yasudah nak,  hati hati di jalan yah.  Dan jika besok kamu kemari lagi,  ajaklah ibumu dan perkenalkan kepada umi. " ucap amell dan tersenyum.

"Baik umi..  Kalau begitu aku pamit dulu,  assalamualaikum. " ucap reyhan dan pergi setelah mendapatkan jawaban salam dari semua orang.

Dan beberapa lama kemudian amell menyuruh fatih untuk menghubungi aditya dan memberitahukan bahwa fatin sudah kembali,  namun tiba tiba andila menghentikan nya.

"Jangan mas,  tadi fatin memberitahu ku bahwa dia tidak ingin mas adit dan keluarga nya tahu bahwa dia sudah kembali. " ucap andila yang membuat fatih dan amell saling menatap.

"Tapi kenapa?  Aditya kan suaminya? " tanya amell.

"Entahlah umi,  tapi aku yakin ada alasan besar di balik itu semua.  Karena saat fatin mengatakan itu,  ada siratan tajam dari mata nya yang aku sendiri sulit untuk mengartikan nya. " ucap andilla dan menahan tangisnya karena melihat fatin seperti itu.

"Lalu kenapa kau meninggalkan nya sendirian? Bukan kah aku menyuruhmu untuk menemaninya? " tanya fatih yang membuat andila mengangguk.

"Fatin menyuruhku untuk meninggalkan nya sendiri,  dia ingin sendirian mas.  Hikss karna itu aku dan zara keluar. " ucap andila.

"Yasudah nak,  pergilah ke kamar mu dan tidurkan zara.  Dia sepertinya sudah mengantuk.  Umi akan disini,  sepertinya bayu sebentar lagi sampai. " ucap amell dan menatap ke arah pintu.

Disisi lain...
Fatin terus menelusuri dinding kamarnya yang penuh dengan poto poto sebelum ia menikah dan saat sedang bersama ustad fakih.

"Hikss abih.. Jika aku diberikan hak untuk memilih hikss lebih baik aku terus menjadi princes kecilmu saja hikss hikss aku tidak mau mengenal cinta dan pernikahan hikss hikss abih adalah saksi betapa bahagia nya hidupku saat masih kecil dan remaja hikss hiks.. Entah apakah aku harus senang karena abih tidak menyaksikan betapa hancurnya hidup ku sekarang hikss atau kah aku harus sedih ksrena tidak ada abih yang menjadi pelindung bagi ku hikss,  saat aku masih kecil dan kau mengajariku bersepeda hikss aku terjatuh dan meringis kesakitan hikss tapi abih selalu berkata,  kuat lah nak hikss kau anak abih.  Anak abih harus kuat dan pemberani. Hikss seketika aku pun berusaha berdiri dan menjadi anak yang kuat berkat abih hiks..  Tapi sekarang hikss setelah abih pergi meninggalkan aku hikss betapa lemah dan terpuruknya aku abih hikss hikss ada apa dengan ku hikss hikss bahkan aku tidak kenal dengan diriku yang sekarang hikss aku sangat lemah hikss hikss karena semakin aku bertumbuh dewasa hikss semakin banyak orang orang yang kupercayai menghianati ku hiks..  Mas adit sudah membagi cinta nya hiks dan verlita hikss sabahatku sendiri telah mencoba membunuh ku dan bayiku abih hikss hikss dan hari ini hikss takdir kembali mempermainkan aku dan mengambil anaku hiks..  Apa yang harus aku lakukan abih hikss apaa!!!  Hikss aku ingin ikut bersama mu saja abih hikss hikss aku sudah pasrah dengan semua yang kuhadapi di dunia ini hikss aku mohon abih hikss bawa aku bersama mu hikss bawa aku bersama mu abihhh hiksss hiks... " ucap fatin setengah berteriak dan menangis.

Separuh Jiwa Ku Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang