Bab 17

198 28 1
                                    

Minhyun memegang setir dengan erat mencoba menenangkan pikirannya. Kekhawatiran tidak akan membuatnya menemukan solusi untuk keadaan Jaehwan sekarang. Dia melirik orang disampingnya, yang masih duduk sembari memeluk erat tasnya.

Berpikir sejenak mencoba memecahkan keheningan.

"Hwang Minhyun, fakultas Teknik Industri tahun ketiga, punya adik beda ayah namanya Kang Daniel anak sastra tahun pertama"

"Hm ?" Jaehwan menatap Minhyun bingung, namun kemudian terkikik saat tahu maksud Minhyun. "Jaehwan... Kim Jaehwan. Fakultas manajemen bisnis tahun pertama, punya adik namanya Sungwoon, masih kelas 10"

"Aku tinggal dirumah bersama adikku, Ibu dan Ayah tiriku tinggal diluar kota. Tapi mereka sering berkunjung" Minhyun kembali menjelaskan tentang dirinya

"Aku tinggal sendiri diapartemen. Ayahku sudah meninggal. Ibu dan adikku tinggal di Amerika, membuka restoran korea disana"

"Aku lahir 9 Agustus"

"Aku lahir 27 Mei"

"Aku sukai pantai"

"Aku juga suka pantai"

"Aku ketua klub renang"

"Aku anggota klub memasak" jaehwan tertawa

"...Aku suka makan masakan snack korea" Minhyun berkata sambil melirik Jaehwan

"...Aku suka memasak masakan snack korea"

Mobil melambat sebelum berhenti karena lampu merah. Minhyun menoleh dan menatap wajah Jaehwan.

"Aku single"

Jaehwan terpaku mendengar ucapan seniornya. Ia masih bingung harus berkata apa. Sisa 3 detik lagi lampu merah berubah warna.

"Aku... juga single" Jaehwan akhirnya menjawabnya malu

Degup jantung menjadi saksi. Minhyun melajukan mobilnya saat lampu berubah hijau. Dia mengemudi pelan, seakan mencoba memperlambat waktu mereka bersama.

"Apakah apartemen ini ?"

Jaehwan mengangguk mengiyakan. Baru saja Jaehwan mengucapkan terimakasih dan pamit pergi. Tangan Jaehwan ditarik Minhyun.

"Tunggu" Minhyun merogoh handphonenya kemudian membuka kunci layar dan memberikannya pada Jaehwan. Jaehwan menatap bingung handphone itu.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

Jaehwan tersenyum malu, mengambil handphone Minhyun. Mengetik nomor teleponnya disana. Kemudian memberikan handphone itu kepada Minhyun dan kembali pamit.

Saat ia keluar dari mobil, handphone Jaehwan bergetar di sakunya. Ia berhenti dan menatap nomor tak bernama memanggilnya. Ia berbalik menatap Minhyun yang tersenyum.

"Itu nomorku" ucap suara bariton itu

Jaehwan rasa ia akan tidur dengan sangat lelap hari ini.
.
.
.
Diantara mahasiswa lain, tubuh tinggi itu diam-diam tenggelam dari keramaian. Ia memutuskan duduk dilantai, bersandar pada dinding, meluruskan kakinya, dan mengabaikan semua orang.

"Permisi. Siapa namamu ?" suara itu terdengar asing. Seorang pemuda manis mengucapkan salam dan ikut duduk disamping pria tampan itu.

"Namaku Seokjin, orang memanggilku jin" ucap pemuda manis itu lagi

"...Namjoon..." dia menjawab singkat

Pemuda cantik itu tersenyum manis, "boleh aku menyukaimu ? Boleh aku mendekatimu ?"

Cowok tinggi itu mengerutkan alisnya. Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan itu kepadanya. Anak ini pasti sedang bermain-main, dan kembali mengacuhkannya.

Seokjin berkata lagi, "kalau tidak menolak berarti boleh"

Namjoon sama sekali mengacuhkannya, baru saja Seokjin ingin bicara, ia sudah ditarik oleh sahabatnya.

"Jangan mendekatinya jin" temannya berbisik pada Seokjin, "dia anak mafia"

Seokjin membantah "kan anaknya... Berarti dia bukan seorang mafia"

"Terlalu berbahaya, terlalu beresiko" temannya yang lain mengingatkan

"Nggak lah" Seokjin menggeleng kuat, menatap pria yang masih mengacuhkan dunia itu, "menyukai, nggak akan bikin mati"

Dia hanya ingin membuat orang yang kesepian itu bahagia.

Reincarnation of Love (MinHwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang