Bab 50

169 21 6
                                    

Setelah selesai mandi, Minhyun yang hanya bermodalkan handuk yang melingkar dipinggangnya berjalan santai menuju kamar sebelah.

Ia mengetuk pintu dengan santai menunggu si pemilik membukakan pintu. Tak lama kemudian kakak sepupunya itu membukakan pintu.

Kim Minjae terlihat berantakan, rambut tebalnya acak-acakan bahkan celana tidurnya sudah hampir melorot. Dia masih sangat mengantuk.

"Eh, kau tidak pulang ?"

Minjae terdiam sebentar lalu menunjuk kamar sebelah seakan bertanya apakah Minhyun menginap dikamar Jaehwan. Minhyun hanya mengangkat bahunya tidak tertarik.

"Aku mau pinjam baju kakak"

"Memangnya kenapa dengan bajumu ?"

"Sudah bau" ucap Minhyun singkat.

Ingin rasanya Minjae merobek tubuh adik sepupunya itu kemudian melemparkannya dari atas balkon. Meminta bantuan tapi menjengkelkan.

"Bagaimana Jaehwan bisa tahan dengan sikapmu itu ya ?" Minjae kemudian masuk dan mengambil pakaian yang pas untuk Minhyun, "nah pakai ini"

"Terimakasih kak"

Oh ternyata dia masih bisa mengucapkan terimakasih ya.

Minhyun kemudian kembali bergegas menuju kamar Jaehwan, memakai pakaian yang diberikan Minjae, kemudian ia melirik kearah dapur. Sepertinya pacarnya itu sedang memasak. Ia sedang menyusun piring dan mangkuk yang akan digunakan untuk makan diatas meja.

Pria tinggi itu mendekat dan memeluknya dari belakang.

"Oh, kak ? Tunggu dulu Jae mau siapin sarapan"

"Jae..." ia masih setia meletakkan tangannya melingkari perut Jaehwan, "sepertinya kita harus tinggal bersama"

Jaehwan sangat jengah dengan pacarnya, bagaimana bisa pria dingin ini terlihat sangat manja dihadapannya, "uh kak berhentilah menggodaku, aku masih harus buatin kopi buat kakak"

Ia melepaskan pelukannya, menatap Jaehwan yang sudah dengan cepat kekabinet dapur membuat kopi.

"... Soal semalam"

Tangan Jaehwan yang sedang mengaduk kopi tiba-tiba terhenti mencoba mendengarkan cerita Minhyun.

"Itu tentang seokjin"

Tubuh tegap itu kembali berjalan kearah Jaehwan, menatapnya dengan sendu. Jaehwan tau apa yang Minhyun pikirkan sekarang,

"Jika aku mendengarkan cerita tentang seokjin. Apa hubungan kita akan berubah ?. Itu yang ada dikepala kakak sekarang kan ?"

Minhyun mengerutkan alisnya,

"Tidak akan ada yang berubah kak" Jaehwan menjawabnya sambil tersenyum, "Lalu kalau aku mendengarkan cerita kakak, apa aku akan bahagia atau sedih ?" tanyanya lagi

Mata hazel itu sudah menatap kearah lain, tidak mampu menyelami mata Jaehwan lagi, "... Mungkin sedih" jawab Minhyun bergetar

"Kalau begitu, aku gak akan mendengarnya" Jaehwan berucap sembari kembali membuatkan kopi minhyun

"Kak Minhyun hanya butuh 2 balok gula saja kan, aku sering melihat seokjin membuatkannya seperti ini" ia mencoba mengalihkan pembicaraan serius itu.

"Apa kamu mau melupakan ingatan tentang mereka ?" Minhyun menatap punggung mungil itu

"Jika ingatan lama datang kembali. Aku hanya akan mengingat hal yang baik saja. Agar besok tidak ada ingatan buruk lagi"

Minhyun diam sesaat kemudian tersenyum lembut, "Aku kalah"

"Maksud kakak ???"

"Aku gak akan pernah menang melawan kamu" Minhyun memeluk tubuh itu, "kamu sangat pandai bicara" bisiknya

Jaehwan terkikik pelan, ia merasa pipinya sudah merah padam.

"Boleh aku menciummu ?" suara Minhyun membuat telinga Jaehwan juga merah

"!?"

"Akan aku lakukan sekarang"

Minhyun bahkan belum mendengar jawaban Jaehwan, tapi bibirnya sudah menempel di bibir Jaehwan. Melumatnya lembut, dan mengambil kesempatan memasukkan lidahnya.

"Ahh...uhhh"

Jaehwan mengeluarkan erangan, ketika tubuhnya diangkat dan duduk diatas meja kabinet dapur. Minhyun masih memagut bibir itu ditemani aroma masakan dan kopi yang menguar didalam ruangan. Minhyun belum puas.

"Haaahhh"

Tubuh Jaehwan bergetar seakan kehabisan nafas, Minhyun masih menyelusuri bibirnya dari dagu sampai keleher Jaehwan. Kemudian mengangkat kaos Jaehwan naik, menyelusupkan tangan besarnya didalam sana. Meraba kulit dingin Jaehwan,

Jaehwan bukan Seokjin. Jaehwan hanya miliknya sendiri. Namjoon tidak memiliki hak apapun !

Seakan rasa bersalahnya selama ini, ia lampiaskan pada tubuh Jaehwan. Jaehwan merasa pria ini bukan Minhyun, terlalu bernafsu, membuatnya mendorong tubuh itu menjauh.

"Kak,,, hah..." jaehwan masih terengah-engah.

Minhyun terdiam menyadari apa yang dilakukannya, ia menunduk sedih. Jaehwan masih memandangi pria itu. Cukup hening sampai mereka hanya mendengar nafas berat yang mereka keluarkan, sampai Jaehwan memulai pembicaraan,

"Kak, kemarilah"

"Huh ?" meski bingung, Minhyun tetap mendekat.

Jaehwan memeluk pria itu dan mengelus punggungnya pelan.

"Kopinya sudah dingin, mau kubuatkan lagi gak ?"

Minhyun tersenyum, "selain pandai bicara, kamu juga pandai mencairkan suasana Jae"

Reincarnation of Love (MinHwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang