Sarapan hari ini masih sunyi seperti biasa, putra kedua pemilik rumah itu, Daniel sedang melirik Ayahnya dan kakaknya dengan enggan.
Terkadang ada sedikit obrolan dan tawa dari wanita berwajah timur tengah itu. Ibu mereka seperti cahaya didalam rumah ini. Untungnya Daniel juga mewarisi sifat Ibunya yang ceria. Dan Minhyun entah mengapa sangat mirip dengan Ayahnya.
Ibunya pernah bilang, jika Minhyun dan Ayahnya ditinggal dirumah berdua, maka orang akan mengira rumah ini sebagai rumah tak berpenghuni.
Setelah sarapan selesai, pembantu rumah tangga mengumpulkan mangkuk sisa sarapan dan bawanya kedapur. Jika dahulu setelah sarapan Daniel akan membuka pembicaraan, namun saat ini ia tidak bisa.
Ayahnya menatap putra sulungnya dan membuka suaranya,
"Baiklah, adakah yang ingin kamu sampaikan didepan semua anggota keluarga ?"
Minhyun melirik ibunya, dan ibunya hanya tersenyum mencoba menenangkan putranya.
"Ayah pasti sudah mendengarnya dari Ibu" Minhyun menggenggam tangan Jae dibawah meja, "ini adalah Jaehwan, kekasihku"
Jaehwan membelalakkan matanya ketika mendengar Minhyun mengucapkan kata kekasih dengan begitu jelas. Mata Ayah Minhyun masih fokus kepada putranya sebelum akhirnya menumpukan kedua tangannya diatas meja.
"Apakah kamu sudah memikirkannya dengan baik ?" Suara Ayahnya terdengar tenang, "Bagaimana dengan orangtuanya ?"
Pria mungil itu terkejut ketika mendengar pertanyaan yang mengarah kepadanya, "mmm,,, Ayah sudah meninggal, dan ibu sudah mengetahui tentang hubunganku, dan tidak masalah tentang itu" Jaehwan mencoba menjawab dengan tenang tapi matanya terlihat sangat panik.
"kalian tahu kan, setelah ini kalian mungkin akan menghadapi masalah yang lebih banyak lagi. Apa kalian yakin mampu mengatasinya ?"
Minhyun dan Jaehwan menatap pria tua itu dengan wajah terkejut. Mereka tidak tahu bahwa reaksi Ayah Minhyun akan seperti ini.
"Iya Ayah, akan aku pastikan aku mampu" Minhyun berucap tegas
Sikap keras kepala putranya itu, membuatnya menghela nafas. Ayahnya bersandar dikursi mencoba menenangkan hatinya.
Tadi malam istrinya memberitahu bahwa putra sulungnya membawa kekasihnya menginap dirumah, dan kekasihnya adalah laki-laki. Dia mengakui dia terkejut mendengarnya, ia bahkan tidak bisa tidur dengan tenang.
Ia memang bukan Ayah kandung Minhyun, tapi ia sudah menganggap anak itu sebagai putranya. Ia jatuh cinta pada istrinya dan juga pada anak itu.
Orang-orang mengatakan anak itu sangat mirip dengannya, Minhyun bahkan lebih mirip dengannya dibanding Daniel, putra kandungnya.
Bagaimana ia bisa menyakiti hati putranya, sedangkan ia tahu istrinya pernah mengalami hal itu dulu. Dan bahkan hubungannya sendiri pun ditentang keluarganya juga, karena menikahi janda. Karena itulah Minhyun kecil dibesarkan oleh kakek neneknya agar keluarganya mau menerima pernikahan itu.
Rasa sakit, saat kedua keluarga saling melayangkan kata-kata menyakitkan, perpisahan istrinya dengan anaknya sendiri, dan air mata itu tercetak jelas dalam pikirannya.
Karena itulah Minhyun tidak dekat dengan Ayahnya. Ia berpikir, ia dipisahkan dari ibunya karena pria ini. Tapi sungguh, bagi Ayahnya Minhyun adalah anak berharga yang ia sayangi.
Lalu ibu dari istrinya menghubunginya kemarin malam. Dia tidak meminta apapun, dia hanya ingin agar ia mau membuka hatinya dan berbicara dengan Minhyun. Jika anaknya tidak mau berbicara, maka ia harus memulainya, tapi jika anaknya yang berbicara, ia harus berhenti dan mendengarkan perkataan anaknya. Dan hari ini dia mengikuti saran dari ibu istrinya.
Ia tahu bahwa kedua anak ini tidak sedang bermain-main dengan ucapannya. Dirinya tidak tahu masa depan kedua anak ini, tapi bagi seorang ayah dan ibu, sudah cukup untuk melihat anaknya bahagia.
"Nak..." Ibu Minhyun bergerak dan duduk disamping Jaehwan, ia mengelus punggung itu perlahan mencoba menenangkan.
Minhyun hanya menatap mata Ayahnya dengan lembut, tatapan yang tak pernah ia berikan kepada pria itu.
"Jika kamu berpikir bahwa keputusanmu sudah benar, nantinya jangan datang pada Ayah dan meratapinya"
Daniel menatap Ayahnya dengan perasaan kagum. Ia tidak pernah melihat sosok Ayahnya yang seperti ini sebelumnya. Dengan mudah menerima keputusan anaknya.
.
.
.
"Ayah kakak sangat baik" Jaehwan menatap mata hazel Minhyun yang sudah duduk dibangku taman.Minhyun masih diam mencoba mengingat kembali, "Dibagian mananya kamu bilang baik ?"
"Ayah kakak sangat mirip dengan kakak, terlihat keras diluar, tapi sangat lembut didalam"
"Menurutmu begitu ?"
"Iya" Jaehwan tersenyum manis, "oh iya kak, pagi tadi, ibu mengirim pesan padaku, minggu depan, sepupuku akan datang untuk menemui paman dan kakekku"
Minhyun melirik Jaehwan untuk sesaat, dan melihat kekhawatiran dimata itu.
"Ingin aku menemanimu ?"
"Tidak perlu kak" meski Jaehwan bilang begitu, tapi hatinya mengatakan hal berbeda. Ia memeluk Minhyun, menyandarkan kepalanya didada bidang kekasihnya.
"Jae, jumat ini libur. Bisakah aku menginap diapartemen Jae ?" Minhyun mencoba mengambil kesempatan dalam situasi seperti i i.
Jaehwan hanya terkikik geli melihat kekasihnya itu, lalu kemudian mengangguk menyetujui. Sebenarnya ia suka saat berada disekitar Minhyun, karena itu sangat menenangkan.
"Tapi, kali ini aku tidak hanya akan tidur denganmu saja" bisik Minhyun tepat ditelinga Jaehwan.
"hah ?"
"Kali ini, aku tidak akan menahannya, mengertikan Jae"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation of Love (MinHwan)
RomanceCinta yang tidak direstui, antara Namjoon dan Seokjin dimasa lalu membawa petaka kematian. Meninggalkan luka membekas, hingga waktu memberikan kesempatan kedua. Jiwa malang itu terlahir kembali pada tubuh baru. Jiwa Kim Namjoon terlahir kembali menj...