Bab 24

191 31 1
                                    

Mobil sedan hitam itu seperti biasa sudah terparkir dihalaman kampus. Kedua pria itu keluar bersamaan.

"Kak Minhyun, mulai hari ini gak perlu jemput aku lagi"

Minhyun menautkan alisnya, mencoba memahami perkataan cowok mungil itu, "kenapa ?"

"Mobilku sudah selesai diperbaiki, dan kak Minhyun gak perlu repot menjemputku lagi" Jaehwan menjelaskan dengan perasaan gelisah.

"Aku kan sudah bilang, aku gak merasa repot sama sekali" suaranya tajam, terdengar tidak puas, "apa Jaehwan takut kalau aku masuk ke kamar kamu, Jae ?"

Jaehwan menggelengkan kepalanya kencang, "gak kok kak. Jaehwan senang banget kok kalau kakak datang terus"

Mata Minhyun mulai melembut, "terus kenapa nggak boleh jemput lagi ?" mendengar suara itu bagaimana hati Jaehwan tidak akan luluh.

"Daniel..." Jaehwan menyebutkan nama adik Minhyun, "kakak selalu sarapan ditempatku, sampai tidak pernah lagi sarapan bareng keluarga kakak"

Memang benar, Minhyun sampai lupa jika ia sudah tidak pernah sarapan bersama dengan adiknya.

"Adik kakak pasti ingin bicara dengan kakak juga, waktu sarapan adalah satu-satunya waktu yang pas" Jaehwan menjelaskan dengan hati-hati, "tolong jangan abaikan adik kak Minhyun seperti ini"

Cowok tinggi itu memejamkan matanya, memang benar ia terlalu mengabaikan adiknya itu. Ia sudah jarang bicara, bahkan dikampus pun jarang menyapa.

"Kak Minhyun adalah kakak yang baik kan ?" Jaehwan tersenyum lembut, "Aku tahu kak Minhyun, hanya belum mengerti bagaimana menjadi kakak  karena dahulu tinggal jauh dari Daniel. Aku yang sudah jadi kakak selama 16 tahun ini, akan mengajari kak Minhyun"

Minhyun mengembangkan senyumnya dan bertanya, "memangnya bagaimana caranya menjadi kakak ?"

"Bicaralah lebih dulu jika adik kakak tidak memulai pembicaraan. Dengarkan apa yang Daniel ucapkan terlebih dahulu, lalu beri nasihat jika perlu" Disini Jaehwan melupakan bahwa Sungwoon, adiknya bahkan tidak mau mendengarkan dia saat bicara. "Pergilah sekali-sekali keluar bersama, walau hanya makan bersama"

"Baiklah" Minhyun menurut dengan baik.

"Hubungan darah tidak bisa diputus, kalian masih bisa memperbaikinya"

"Akan kucoba" ucap Minhyun sedih, "aku jadi tidak bisa sarapan lagi denganmu, ya ?"

Jaehwan mengangguk pelan, membuat wajah Minhyun terlihat murung. "Tidak bisa sarapan bersama lagi.... Tapi... Makan siang, makan malam, saat liburan, kan masih ada kak" ucapan Jaehwan yang ini kembali membuat senyuman diwajah tegas Minhyun.
.
.
.
Pagi itu diruang makan keluarga Minhyun masih terlihat sepi. Daniel masih terduduk diam dimeja makan, membuat Minhyun yang baru bergabung menautkan alisnya.

"Hari ini kakak ga buru-buru ?" tanya Daniel

"Hari ini sarapan dirumah" Minhyun menatap meja makan yang masih kosong, "kamu kenapa gak makan duluan ?"

"Mau menunggu kakak" Daniel kemudian berjalan kearah dapur membawa nampan berisi makanan. Bubur tulang iga.

Minhyun menatap bingung, "Bubur tulang iga ?, siapa yang buat ?"

"Tuan muda Daniel yang memasak" salah satu pembantu yang menuangkan minum menjawab.

"Siapa yang ngajarin kamu masak ?" Minhyun mencoba mencicipinya, rasanya familiar, "ini enak"

" seorang teman dari klub memasak" jawab Daniel lembut dan tersenyum bangga.

Ah, sepertinya Minhyun tau siapa orang itu, ia tersenyum selebar-lebarnya. Membuat Daniel menatap curiga.

"Kak Minhyun sudah tau ya ?"

Minhyun mengangguk lucu.

Reincarnation of Love (MinHwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang