Bab 54

152 22 3
                                    

Daniel dan Minhyun sedang duduk dimeja makan, sedang neneknya sedang menyiapkan makanan yang akan mereka santap.

"Nek, apa kakek gak ikut makan bareng kita ?" Daniel mencoba menanyakan hal yang sebenarnya sejak tadi Minhyun ingin tanya juga.

Neneknya sedikit terpaku, melirik kedua cucunya dengan hangat, "Semenjak Minhyun pergi, kakekmu memilih untuk tinggal sendiri, dia sejak awal sebenarnya ingin meninggalkan tempat ini" lirihnya

"Kenapa ?" Daniel masih menatap heran

"Ada rasa bersalah yang membuatnya menjauh dari dunia, waktu akan menyembuhkannya"

Meski tidak mengerti, Daniel memilih berhenti bertanya. Sedang Minhyun tahu alasan sebenarnya.

Dari kecil saat ia melihat kakeknya, ia tahu kakeknya hidup dalam penyesalan. Mengingat betapa kejamnya ia saat memisahkan putranya, seokjin dengan kekasihnya.

Ah, Minhyun jadi teringat tentang ayah Namjoon. Bagaimana dia sekarang ? Apa ia masih hidup ? Jika ia juga masih hidup, apakah ia hidup dengan penyesalan seperti ayah Seokjin ataukah ia masih tetap sama ? Keras seperti batu.

Ia menggeleng kepalanya mencoba menenangkan pikirannya yang mulai menjalar kemana-mana.

Neneknya melihat itu, kemudian mengelus rambut Minhyun sembari meletakkan hidangan terakhir diatas meja, "kamu bilang siapa nama pacarmu ?"

Minhyun menggadah menatap wajah lembut itu, "Kim Jaehwan, nek"

"Lain kali bawa dia kesini, nenek akan menyambutnya dengan baik"

"Kak Minhyun sudah cerita ke nenek ya ?" Daniel menyahut dengan gembira, "aku punya fotonya kalau nenek mau lihat" Daniel mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan foto Jaehwan.

Neneknya memperhatikan dengan teliti, menatap garis wajah itu, pipi chubby dan bibir cherry yang tersenyum mengingatkannya pada sosok kecil yang dahulu ia timang. Air matanya jatuh.

"Kenapa nek ?" Daniel terlihat khawatir

"Tidak. Dia benar-benar manis, dia pasti anak yang sangat baik" Neneknya mengembalikan handphone Daniel

"Iya nek, Jaehwan yang terbaik diantara terbaik. Pandai memasak, manis, pemalu, dan pintar" Daniel menjelaskan

Neneknya hanya tertawa mendengar cucunya menjelaskan semuanya dengan semangat, kemudian menatap balik Minhyun yang juga tersenyum mendengar ucapan Daniel.

Dirinya yakin, kejadian dimasa lalu tidak akan terulang kembali.
.
.
Wanita paruh baya itu menatap tubuh putranya yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Seokjin melihat kekasihnya menembakkan diri dihadapannya. Beruntung ayahnya menariknya menjauh, saat ia juga berniat mengambil pistol yang sudah jatuh dilantai. Membuat ia terus meronta, mimpinya hancur dihadapannya.

Tubuhnya bergetar karena dinginnya malam, dan sakit yang mendera hatinya, membuatnya tak sadarkan diri.

Matanya terbuka perlahan, menatap langit-langit rumah sakit.

"Nam...joon" saat ia membuka matanya, ia tahu kekasihnya sudah pergi

Air mata menetes begitu saja, ibunya menarik tangannya dalam genggamannya,

"Maafkan ibu" hanya itu yang keluar dari bibirnya saat menatap putranya yang masih menangis.

"Aku...sendirian, dia meninggalkan aku bu, aku... mencintainya"

"Ibu ada disini" ia mengelus pipi putranya

"Dia berjanji akan selalu bersamaku, dia.. sudah... menjajikan itu bu"

"Dengarkan ibu semua akan baik-baik saja. Sera dan Semi menunggu kamu dirumah, kamu harus kuat, mengerti Jin-ah"

Seokjin hanya menangis sedih, "hhh... Namjoon"

Hari itu adalah hari terakhir ibunya bisa menggemgam jari seokjin yang hangat. Sedang Ayahnya menangis dalam penyesalan yang dalam.

Reincarnation of Love (MinHwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang