"Apa yang sedang kamu lakukan ?" Namjoon melirik seseorang yang melakukan sesuatu pada pergelangan tangannya. "Mengikat benang merah ?"
Namjoon melirik kedua pergelangan tangan mereka yang sudah terhubung dengan benang merah, "Sekarang permainan apa yang sedang kamu lakukan ?" ucapnya sembari menyentil dahi kekasihnya pelan, "Darimana kamu tahu membuat seperti ini ?" Tanyanya tanpa henti.
Seokjin memasang wajah memelas sembari memegang dahinya, "Aku mendengar gadis-gadis itu berbicara, mereka bilang jika mengikat benang merah dengan seseorang yang kamu cintai akan membuatmu hidup bersama selamanya. Jadi aku mengikatnya, tahu !"
Namjoon menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan sang kekasih. Dia menarik pinggang ramping itu untuk mendekat, dia tersenyum melihat dahi kekasihnya yang sudah memerah. Bibir panasnya menyentuh dahi itu lembut.
"Jadi kamu percaya hanya karna mendengarnya?" Seokjin mengangguk
"Maka aku akan menciptakan keyakinan baru untukmu" ia mengangkat pergalangan mereka tinggi, membuat benang merah itu menggantung dihadapan mereka. Namjoon menatap mata Hazel Seokjin dalam.
"Seperti yang kamu bilang, benang merah ini adalah benang yang akan mengikat kita berdua"
Seokjin menautkan alisnya, ia tidak pernah melihat Namjoon melakukan hal ini sebelumnya. Seakan ia mengucapkan janji yang benar-benar serius, mencoba menyelam melaui matanya, "Gila" hanya kata itu yang bisa Seokjin ucapkan.
"Kita tidak butuh benang seperti ini untuk mengikat kita berdua" Suara rendah itu membuat Seokjin masih terdiam.
"Aku tidak akan pergi kemana-mana"
Terdengar halus dan serius
"Kita akan selalu bersama"
Membuat jantung yang mendengarnya berdebar keras
"Selama-lamanya"
Bersamaan dengan janji itu, hujan turun dengan begitu lebat. Dua insan berlari melewati hawa dingin kedepan sebuah apartemen. Namjoon memeluk kekasihnya kedalam dekapannya, menatap bagian depan apartemen, lalu mengerutkan keningnya.
Tidak mungkin.
Tidak ada uang, tidak ada mobil, dan tidak ada apa-apa sama sekali.
Setelah melarikan diri dari ayahnya didepan parkiran restoran, mereka sudah meninggalkan semuanya. Hanya ada kunci apartemen dikantungnya. Bahkan hari ini mereka akan pergi untuk berbelanja keperluan mereka. Tapi mereka dicegat sebelum bisa pergi.
Namjoon tidak tahu apa yang akan ia lakukan, Ayahnya tidak mungkin tidak tahu tentang apartemen ini.
"Jin-ah" Namjoon meremas lengan Seokjin lemah, "Apa kamu lelah ?"
Seokjin memeluk erat lengan kekasihnya. Ingin mengatakan bahwa ia tidak lelah, tapi sebenarnya dia sudah sangat lelah. Namjoon tidak menunggu jawaban dari Seokjin dan membawanya masuk ke bangunan apartemen.
Suara sepatu basah memenuhi koridor dan suara mesin lift. Tidak ada yang berbicara.
"Apa yang sedang kamu pikirkan ?"
Begitu mereka masuk ruangan, Seokjin menanyakan hal itu pada kekasihnya dengan suara bergetar. Tapi Namjoon hanya diam tidak menjawabnya, membuat Seokjin ketakutan. Tanda peringatan yang muncul dari mata Namjoon, membuat Seokjin berpikir bahwa kekasihnya sudah memutuskan sesuatu yang menakutkan.
"Katakan padaku apa yang kamu pikirkan ?!" Seokjin sudah berteriak dengan air mata.
"Aku mohon Namjoon, berjanjilah ! Kita akan bersama kan, berjanjilah!"
Namjoon membiarkan air matanya jatuh, ia hanya menatap Seokjin yang sudah terduduk dilantai memohon padanya. Tidak bisa menjanjikan apapun lagi saat suara dobrakan pintu apartemen mengacaukan segalanya.
Saat pintu terbuka, Namjoon sudah memutuskan segalanya, ia tidak ingin dipisahkan dengan paksa oleh Ayahnya. Matanya tertuju pada pistol yang selalu setia diletakkan Ayahnya didekat saku celananya.
Ayah Seokjin bahkan juga disana, sudah berlari menarik putranya menjauh. Memaksanya berdiri, "Apa yang kamu lakukan, hah ? Kabur dari rumah ?" Ayahnya menampar pipi Seokjin
"Aku akan memberimu pelajaran" Suara bass Ayah Namjoon mengalihkan perhatian Namjoon, Ayahnya sudah menarik kerah baju Namjoon, menyeretnya keluar. Tapi saat diujung pintu, pistol itu sudah ada ditangan Namjoon.
"Aku mencintaimu Jin, ingatlah, aku sangat mencintaimu"
Bang !!!
Darah merah segar menyebar bersamaan dengan tubuh yang sudah jatuh, jatuh perlahan seperti daun jatuh dari pohon. Jantung Seokjin hancur berkeping-keping.
Orang yang dicintainya sudah tidak ada, tidak ada lagi, tidak ada lagi sentuhan hangat dari tangan itu.
Tidak ada lagi.
Seokjin berlari meraih tubuh itu, memeluknya kuat, hanya teriakan tertahan yang keluar.
.
.
Aku akan selalu bersamamu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation of Love (MinHwan)
RomanceCinta yang tidak direstui, antara Namjoon dan Seokjin dimasa lalu membawa petaka kematian. Meninggalkan luka membekas, hingga waktu memberikan kesempatan kedua. Jiwa malang itu terlahir kembali pada tubuh baru. Jiwa Kim Namjoon terlahir kembali menj...