Muntaz pun memakan roti tersebut dengan lahapnya. Umi terus memperhatikan Muntaz.
Umi : "Kasihan sekali kamu, nak. Dibenci oleh saudaramu sendiri. Umi tidak tega melihatnya. Umi sangat sedih. Apalagi, kamu belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu. Maaf, Umi belum bisa membahagiakanmu." (Dalam hati)
Muntaz : "Umi, kenapa liatin Muntaz terus?"
Umi : "Tidak apa-apa kok, Taz." (Tersenyum)
Muntaz :"Oh ya, Mi, Muntaz mau bilang sesuatu sama Umi."
Umi : "Apa? Katakan saja."
Muntaz : "Makasih ya, Mi. Udah ngelahirin Muntaz ke dunia ini. Sampai-sampai Umi rela kehilangan nyawa Umi demi ngelahirin Muntaz. Umi benar-benar Ibu yang hebat. Muntaz sayang sama Umi. Jangan tinggalin Muntaz lagi ya, Mi. Muntaz gak mau pisah sama Umi. Tetaplah di sisi Muntaz." (Memeluk Umi)
Umi : "Iya, Taz. Kamu jangan sedih ya. Umi akan selalu ada di dekatmu. Lebih tepatnya di hatimu, nak."
Muntaz : "Iya, Mi. Tapi, Muntaz sedih."
Umi : "Kenapa?"
Muntaz : "Muntaz selalu disiksa. Muntaz selalu merasa kesakitan. Muntaz selalu menderita. Muntaz selalu dibenci. Muntaz udah bener-bener gak tahan. Muntaz harus gimana, Mi? Muntaz harus gimana?" (Terisak)
Umi : "Umi mengerti perasaan kamu, nak. Umi sedih ngeliat kamu disiksa kayak gitu. Tapi, maaf Umi gak bisa bantu. Umi hanya bisa berdo'a agar kamu tidak disiksa lagi. Umi sarankan, kamu harus banyak berdo'a dengan Allah. Do'akan mereka agar tidak menyiksamu lagi. Dan do'akan mereka agar cepat sadar. Kalau yang dilakukannya salah."
Muntaz : "Iya, Umi. Makasih."
Umi : "Iya, kamu sekarang tidur saja. Istirahat kamu baru saja sembuh, nak."
Muntaz : "Iya, Mi."
Umi : "Ayo, tidur dipangkuan Umi."
Muntaz : "Iya, Mi."Muntaz pun tidur dipangkuan Umi. Umi nya mengelus-elus rambut.
Muntaz : "Baru kali ini aku tidur dipangkuan seorang Ibu. Baru kali ini juga aku dielus-elus seorang Ibu. Mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Aku ingin merasakannya secara nyata. Bukan dengan arwah Umi. Tapi, takdir berkata lain. Umi harus meninggalkanku duluan. Tapi, tidak apa-apa. Aku bisa merasakannya sekarang. Meskipun hanya dengan arwah Umi. THANK YOU MOMMY. Udah mau datang buat Muntaz. Maafkan Muntaz tidak bisa membalas jasa Umi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Mommy
Fanfiction[ ON GOING ] Prolog "Umi! Jangan tinggalin kita!" Itu adalah ucapan yang aku ucapkan saat aku berumur 5 tahun. Pada saat itu Umi sedang berjuang melahirkan anaknya yang terakhir. Dan ia meninggal saat melahirkan. Tapi aku tidak pernah membencinya...