Eunha selesai memasak. Jimin sedaritadi belum juga turun dari kamarnya. Biasanya jika Eunha memasak, jimin akan turun dan langsung memeluk Eunha dari belakang mengelus-eluskan kepalanya pada leher Eunha dan sesekali menciumnya. Tapi ini tidak. Dia benar-benar tidak keluar. Dia takut untuk menemui jimin, tapi itu harus dilawan. Tidak mungkin Jimin tidak makan kan?
Lalu dia melangkahkan kakinya untuk pergi kekamar. Sudah berdiri didepan pintu putih itu sekarang. Untuk mengetuk saja Eunha butuh waktu. Hanya mengetuk.
Tok.. Tok--
Cklek..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin keluar dari kamar. Mukanya datar. Ini menyeramkan menurut Eunha. Tak berani dia menatap Jimin, berkatapun tak sanggup. Jimin tau dia ingin mengatakan sesuatu, dia melihat Eunha. Tatapannya sinis. Ditunggunya Eunha berbicara, tapi dia tidak juga membuka mulutnya. Hanya menunduk dan memainkan jarinya. Karena terlalu lama, jimin pergi, dia melewati Eunha. Eunha sendiri kaget. Jimin marah. Dia ingin menangis
"A-aku sudah siapkan makan!! Makanlah..", langkah Jimin terhenti. Dia tidak membalikkan badannya
"Sudah makan", pergi
Eunha yang mendengar itu meloloskan air matanya. Jimin benar-benar marah. Dia mengusap air mata itu dan mengikuti Jimin dibelakang
"Di-dimana makannya?? Ma-makanlah sedikit saja", jimin hanya berjalan
"Di kantor. Aku sudah kenyang. Aku akan pergi dulu", dia mengambil kunci mobilnya
"Pe-pergi?? Ke-kemana??", bukannya dijawab. Jimin hanya berjalan keluar. Menghilangkan sosoknya itu dibalik pintu. Menutupnya dengan cukup keras. Eunha mematung, membeku. Tak percaya sikap jimin seperti itu. Sisi lain jimin ternyata lebih menyeramkan dari milik Eunha. Dia beranjak ke dapur, dilihatnya meja makan itu, penuh dengan makanan favorit Jimin. Sengaja dia memasakkan itu sebagai permintaan maaf karena kejadian beberapa menit yang lalu. Tapi siapa sangka sekarang jimin marah dan meninggalkannya
Eunha mencoba untuk tak menangis. Tapi tak bisa, dia tak tahan. Harus bagaimana dia? Jimin pergi dan makanannya tidak dimakan. Apakah jimin jahat jika dia memperlakukan Eunha seperti ini? Eunha mencoba untuk menunggunya. Tapi tetap tak kembali. Ini sudah jam sembilan malam, dan Jimin tidak pulang juga. Dia juga tak beritahu Eunha jimin akan pergi kemana. Sekarang yang terlintas dibenaknya jimin pergi ke apartment sekretarisnya. Dan dia takut itu benar.
"Kenapa dia belum kembali?? Sudah jam sepuluh", mencoba menghubungi jimin, tersambung, tapi tidak diangkat. Chat Eunha juga tidak dibalas oleh jimin, padahal tertera disitu jika di online. Capek, mata Eunha membengkak dan merah. Makanan itu juga sudah dingin. Dia tertidur di dapur. Dengan tangan yang menjadi bantal untuk kepalanya
***
"Kau bodoh!!! Pulang!!! Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Eunha???!", itu Seokjin, Jimin ternyata pergi ke dorm bangtan. Mereka semua disana.
"Nee!! Pulanglah!!! Kau tidak kasihan pada Eunha?! Kau bilang dia juga sudah memasakkan sesuatu untukmu!!", habis sudah dia dimarahi oleh sahabatnya ini, dia juga diusir habis-habisan. Jimin menceritakan semuanya pada mereka.
Akhirnya jimin pun pulang. Setengah dua belas. Dia baru balik kerumah. Memencet tombol kuci pintu dan segera masuk. Dia langsung ke dapu untuk melihat makanan yang Eunha buat tadi. Jimin terkejut, karena selain melihat makanan favoritnya disana, Eunha juga disitu. Dia tertidur dengan mata yang merah. Dia mendekati Eunha. Menyesal sekali dia meninggalkan Eunha. Lihatlah, semua makanan ini favorit Jimin dan ini semua sudah dingin.
"Aku menyesal.. Mianhae", mengelus rambut Eunha, mata jimin ikut memerah. Diangkatnya langsung Eunha dari situ dan dibawanya ke kamar. Menidurkannya dengan perlahan dan menyelimutinya. Setelah itu dia turun ke dapur. Melihat makanan sebanyak itu
"Harus diapakan makanan sebanyak ini?? Haiish.. Aku menyesal meninggalkannya"
Dia langsung mengambil ponselnya. Menghubungi sahabat karibnya
"Yeoboseyo.. Hyung, kemarilah, kalian belum makan kan?? Eunha banyak sekali masak, tidak akan habis jika aku yang memakannya sendirian"
Seraya menunggu sahabatnya itu, Jimin menyiapkan piring dan peralatan makan lainnya, setelah selesai menyiapkan itu juga dia memeriksa Eunha di kamar. Dia tertidur lelap disana. Jimin mendekatinya, menyium lembut keningnya, besok mereka akan berangkat ke harus Dubai. Lalu kembali keluar setelah mendengar suara bel berbunyi.
"Dimana makanannya??", jungkook yang sudah tidak sabaran langsung saja menerobos, diikuti semua member. Bukannya memberi sapaan selamat malam pada jimin, mereka lebih mementingkan makanan yang Eunha buat.
Ribut. Seperti itulah kondisi lantai bawah saat ini. Mereka terus bercerita, bermain, dan tertawa tanpa henti. Sampai tidak tahu kalau Eunha ternyata sedang berdiri pada anak tangga. Mukanya yang bengkak dan memerah membuatnya menggemaskan, dan dengan mata yang masih tertutup sepenuhnya.
"Eunha?!", semua member menoleh, Eunha masih setia berdiri disana dengan mata tertutup.
"Di-dimana Jimin?? Jimin kepala ku sak--"
Brugh!!
Dia jatuh, Jimin langsung sigap berdiri, berlari dan langsung menangkap tubuh Eunha. Dirasakannya tubuh Eunha yang panas. Dia demam
***
Eunha dan bersama enam pria ini sekarang berada dikamar. Dia terbaring diranjang menggunakan kompresan diatas keningnya, sedangkan enam pria ini hanya melihatnya diujung ranjang. Khawatir sekali mereka. Mereka berpikir Eunha terbangun karena suasana ribut yang diciptakan mereka, ternyata dia terbangun karena demam, dan penyebabnya karena ia tak makan.
"Ini, aku masakkan bubur untuknya. Suruhlah Eunha makan, jimin-ssi", Jin datang dengan membawakan nampan yang berisikan air minum hangat dan bubur, meletakkannya diatas nakas
"Gomawo hyung..", Jimin merasa sangat khawatir, seharusnya dia makan bersama Eunha tadi. Lihatlah, akibatnya eunha jadi seperti ini. Dia tak makan karena ingin menunggu jimin pulang sampai tertidur.
"Kau yakin ingin membangunkannya?? Kupikir dia sudah sangat terlelap". Benar kata suga, eunha terlelap sudah. Tak mungkin untuk dibangunkan, tapi jika tidak makan dia akan tambah sakit. Jimin tetap bersikekeh untuk membangunkannya. Memanggil namanya dengan lembut
"Em??", matanya terbuka, menampakkan manik indah itu. Ketujuh pria ini melihatnya dengan antusias. Eunha sangat lucu jika sakit. Mukanya memerah, terlebih lagi pada bagian pipi. Seperti menggunakan blush on
"Ayo makan, jin hyung sudah membuatkanmu bubur. Ini lezat", Eunha mecoba untuk duduk, dia terlalu lemah. Tapi tak apa, sekarang dia dibantu oleh tujuh orang ini. Jimin menyuapinya. Eunha cuman diam, nyawanya belum terkumpul semua mungkin?
Selesai Eunha makan, mereka semua pulang. Memberi ucapan semoga cepat sembuh pada Eunha, lalu turun meninggalkan Eunha sendiri yang sudah terbaring diatas ranjang.