Nena suda berkali-kali menelpon jimin, tapi dia tak mengangkatnya. Eunha demam, dia tertidur lemas diranjang dengan muka yang merah dan badan yang panas.
"Eunha.. Ayo makan, kau akan tambah sakit nanti, ayolah.. Ini juga untuk bayinya", kata nena, tapi eunha tidak mau, dia sudah berkali-kali bilang kalau dia ingin jimin.
"Iya, nena akan menghubunginya lagi jika kau selesai makan, nee??",eunha tetap tidak mau.
"Nena, aku lelah, bisakah tinggalkan aku sendiri??", kata eunha dibalik selimut putih itu
"Nee, nena akan letakkan makan mu disini. Makan ya eunha?? Ingat kau sedabg berbadan dua", kata nena lalu meninggalkan eunha.
Ceklek
Eunga yang sudah engap langsung membuka selimutnya dan menangis.
"Aegi.. Hiks.. Apakah appa mu sudah tidak sayang dengan kita??", tanyanya pada perut yang sedang dielusnya. Ketika mengelus dibagian kiri perut, dia merasakan ada tonjolan kecil lalu menghilang. Anak itu menendang
"Hah?! Aegi?? Kau kah itu?? Kau sudah bisa menendang?? Apakah itu artinya?? Appa memang tidak sayang kita, nee?? Atau?? Tidak??", tanyanya lagi, eunha jadi senang, dia memegangi perutnya lagi. Merasakan ada tendangan kuat dari bagian tengah.
"Argh! Arraseo arraseo, appa masih menyayangi kita. Tak perlu menendang kuat, haiish.. Apakah kau lapar, aegi?? Kau ingin makan, hm??", tendangan itu ada lagi. Anak itu sepertinya mengerti eommanya. Dia merespon dengan baik. Tendangan itu pun ada lagi, kali ini lembut.
"Eomma rasa jawaban itu iya, kakimu mungil sekali. Berikan eomma tanda, nee?? Jika iya kau tendang lembut, dan jika tidak kau boleh tendang kuat, tapi jangan terlalu kuat, kau tak mau eomma kesakitan bukan??", dia tersenyum mengelus-elus perutnya diberbagai sisi, memeriksa tendangan kecil milik park kecil. Dan benar saja, tendangan lembut kembali menggelitik perut eunha.
Eunha tertawa bahagia, cepar sekali anaknya bisa menendang. Di ambilnya makanan tadi, masih hangat. Dia langsung memakannya. Setelah selesai, eunha berbaring lagi, dia menghadap ke jendela. Menikmati waktu bersama aeginya. Eunha terus menerus mengelus lembut perutnya, hingga dia tertidur.
***
Ceklek
Jimin pulang dari kerjanya. Ini jam sebelas lewat sepuluh menit.
"Jimin?? Kau sudah pulang??", nena yang dari dapur langsung pergi kepintu karena mendengar suara pintu terbuka
"Ah.. Nena?? Kau belum tidur?? Dimana eunha??", tanyanya seraya melepaskan sepatunya
"Dia sudah tidur. Dia demam", jimin membeku sejenak lalu langsung berlari ke atas. Membuka knop pintu perlahan. Melihat eunha yang tertidur dengan jendela terbuka, membuat tirai itu terhempas-hempas akibat hembusan angin malam. Jimin langsung berjalan kearah jendela dan menutupnya.
Dia melihat eunga yang sangat tenang tidur. Dia memegang dahinya, hangat. Jimin mengecup jidatnya lalu kembali keluar.
"Nena, kenapa tidak menghubungiku tadi??", tanya jimin
"Kau tak membuka ponselmu?? Lihatlah dulu sebelum kau bertanya seperti itu", jimin membuka ponselnya. Banyak sekali panggilan dari nena, dan juga pesan masuk.
"Ah.. Tadi juga eunha hampir saja jatuh tersungkur, jika nena tidak melihatnya dengan pria tadi, mungkin dia akan depresi sekarang, dan kau juga.", jimin berpikur sejenak. Pria? Ada yang datang? Siapa?
"Pria?? Bukankah sudah kubilang untuk tidak membuka pintu untuk siapapun nena?? Jatuh kenapa dia?? Apa yang dilakukannya??", kata jimin mulai kesal
"Eunha yang memintanya, kau tahu?? Dia sedaritadi pagi menangis karena kau pergi. Pria itu, kalau tidak salah namanya lucas? Nena tidak terlalu ingat. Tapi tadi dia hampir mencelakai istrimu, dia menjegal kaki eunha ketika eunha ingin membuatkannya minum, masih baik nena menangkapnya, kalau tidak dia akan terjatuh dengan perutnya yang menghadap kedepan"
Jimin yang mendengar itu kaget. Lucas kemari lagi? Apa yang dia inginkan? Dia juga ingin melukai eunha. Eunha dan dirinya hampir kehilangan park kecil mereka
"Nena, maafkan aku"
"Tak perlu meminta maaf pada nena, jim.. Minta maaflah pada eunha, dia membutuhkanmu, tadi dia tak mau makan, tapi syukurlah, akhirnya dia mau makan makanan yang nena buat tadi habis", kata nena tersenyum tulus
"Bagaimana dengan susunya?? Apakah dia sudah meminumnya??", tanya jimin
"Sudah, tadi nena membuatkannya susu sebelum di tidur. Kau pergilah mandi, setelah itu tidur",nena pergi
Jimin masuk kembali kekamar, dia tidak mandi, dia berjongkok disamping ranjang, menatap eunha. Seru sekali sepertinya didalam mimpinya itu, dia sangat tenang.
"Mianhae", katanya berbisik, lalu pergi mandi.
Setelah selesai, jimin langsung menidurkan tubuhnya bersebelahan dengan eunha. Dia memeluk eunha dari belakang. Tapi tak lama ingin menutup matanya, jimin dikejutkan dengan tendangan kecil diperut eunha. Kecil, tapi kuat
"Hah?! Pa-park kecil??", katanya pelan, dia meraba-raba perut eunha. Benar, park kecil yang menendang, dan tendangan itu dirasa kembali oleh jimin. Dia tertawa bahagia, air matanta terjatuh, dia tidak sedih, cuman bahagia karena bisa merasakan tendangan park kecil.
"Kau sudah bisa menendang ternyata, appa senang. Teruslah menendang", ketika jimin bilang begitu, seakan mengerti, park kecil tidak bisa diam, dia terus menendang perut eunha, lembut dan menggelikan, jimin menikmatinya, tapi tidak dengan eunha. Dia terbangun
"Eungh.. Aegi.. Ini sudah malam tidurlah, eomma mengantuk", katanya pelan dengan suara khas bangun tidur
"Nee, eomma mu mengantuk, teruslah menendang, tapi jangan sakiti eommamu", suara jimin terdengar digendang telinga eunha, dia tak sadar, eunha malah menjawab eum.. Itu bener
"Eoh?!", dia kaget ketika tau seseorang dibelakangnya ini sedang mengelus-elus perutnya. Belum tidur
"Jimin?!", kagetnya, dan langsung memeluk jimin, menghadapkan tubuhnya ke jimin. Jimin langsung memeluknya balik.
"Aku bahagia, dia sudah menendang, dia sehat", kata jimin. Eunha mendengar jimin, dia meletakkan kepalanya didada bidang jimin. Menangis
"Tak apa, menangislah, jika itu membuatmu tenang, aku disini", katanya menenangkan eunha. Lama mereka seperti itu sampai park kecil menendang lagi.
"Ugh!! Ji.. Kenapa dia suka sekali menendang??", tanya eunha yang tak tahan dengan tendangan si kecil ini.
"Kurasa dia tau aku ada disini. Ya kan aegi??", sambil mengelus perut eunha.
"Ji.. Aku merindukanmu", eunha berbicara random sekali. Tapi jimin suka eunha yang seperti ini, dia lebih jujur.
"Apakah artinya malam ini aku bisa mengunjungi anakku, hm??", goda jimin, eunha tertawa, tau maksud dari perkataan jimin
"Boleh??", tanyanya lagi. Eunha hanya mengangguk
"Nee", jawabnya singkat
"Benarkah??", eunha sekali lagi mengangguk dan tangannya mengibaratkan seperti " kau peka hm?"
"Tapi ingat jangan kasar, nanti park kecil terluka", ingatnya
"Iya sayang", kata jimin
Chup
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Partner
RomansaApa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata JODOH?