Eunha dan Jimin sedang bersiap-siap sekarang. Mereka akan pergi ke butik. Membeli pakaian untuk hari penting mereka yang akan dilaksanakan lusa ini."Kau sudah siap?? Kajja"
***
Mereka dalam perjalanan menuju batik. Bercerita dan tertawa bersama. Itulah hobi calon pasangan ini. Mereka benar-benar sudah dekat satu sama lain. Cepat sekali bukan? Hanya butuh waktu seminggu. Jimin juga sudah mulai mencintai Eunha. Dan begitu juga dengan Eunha. Jimin juga sudah suka sekali mencuri ciuman dari Eunha. Eunha awalnya kesal. Tapi karena lama-kelamaan, Eunha hanya mengikut saja dan tentu saja dia menyukainya. Toh Jimin juga tidak terlalu memaksa. Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke butik.
"Kita sampai.. Ayo turun"
"Umm jimin-ah!!!"
Jimin yang sudah membuka pintu mobilnya kini tertutup kembali karena Eunha ingin membicarakan sesuatu padanya. Mereka berdua berdiam diri dimobil itu.
"Besok aku akan ada prom night"
"Um??"
"Maksudku.. Apa boleh aku ikut??"
Jimin sedikit berpikir. Prom night berarti dia akan pergi di malam hari. Jimin juga berpikir dengan siapa Eunha akan pergi.
"Dengan siapa kau akan pergi??"
"A-aku juga tidak tau"
Awalnya Jimin berpikir Eunha akan pergi dengan dua sahabtanya itu. Tapi ketika ditanya Eunha malah tidak tau. Jimin hanya takut dia akan dijemput oleh namja sekolahnya. Karena Jimin tau, Eunha adalah murid populer. Siapa yang tak mau dengannya? Baik, cantik, ramah lagi.
"Tidak"
"T-tap.."
"Tidak ada tapi-tapian.. Kita akan menikah lusa Eunha, harus mempersiapkan semuanya. Jika kau ikut besok malam, kau akan kelelahan untuk acaranya"
Yang dikatakan Jimin sebenarnya ada benarnya juga. Eunha sempat berpikiran seperti itu. Dia akan lelah ketika acara pernikahannya nanti. Tapi Eunha tetap mau ikut.
"A-ah.. I-iya, baiklah"
Sejak saat mereka membicarakan itu, Eunha menjadi sedikit diam. Jika ditanya Jimin, dia hanya akan menjawab seadanya saja. Iya dan tidak. Atau bisa saja menganggukkan kepala dan menggelengkan kepala. Memilih gaun pun dia sudah tidak mood. Eunha seharusnya tidak memberitahukan ini pada Jimin, tau begini dia akan memendamnya saja dan pergi secara diam-diam tanpa diketahui oleh Jimin. Sudah hampir satu jam mereka disana hanya karena memilih gaun Eunha. Eunha yang ditanya suka atau tidak hanya menjawab "hem" saja. Bagaimana Jimin bisa tau jika semua pertanyaan itu sama untuk tiap baju yang berbeda?
"Eunha", seakan tuli. Eunha tak menggubris panggilan Jimin. Dia hanya sibuk menatap jalanan.
"Kau marah?", Eunha masih tidak menjawabnya. Jimin yang tau jika Eunha marah malah bertanya padanya. Dia tau Eunha marah karena Jimin tak memberinya izin untuk ke prom night itu. Setelah itu, Jimin tak bertanya lagi. Dia bahkan juga mendiami Eunha. Siapa tau Eunha tidak tahan dengan keadaan hening?
Sampai dirumah, Eunha mengangkut baju-baju dari butik tadi. Begitu juga dengan Jimin. Membantu calon istrinya itu mengangkuti semua barang yang sudah dibeli. Setelah mengangkut semua barang, Eunha langsung pergi ke dapur. Sedangkan Jimin pergi naik ke kamarnya untuk mandi. Mereka pulang agak malam. Untungnya sudah makan dipinggiran jalan tadi. Jimin berpikir Eunha tidak akan tahan jika berdiaman dengan Jimin, tapi dia salah. Dialah yang tak tahan didiamkan seperti ini dengan Eunha.
Eunha mengetuk pintu kamar Jimin. Jimin yang awalnya senang karena mungkin Eunha kalah dan meminta maaf pada Jimin. Tapi malah dia mengetuk untuk meminta tidur di kamar yang berbeda. Memang, seminggu ini mereka mencoba untuk tidur satu kamar. Eunha yang awalnya kegelian karena Jimin yang mulanya suka memeluk Eunha dari belakang sekarang sudah terbiasa. Sedangkan Jimin, dia sekarang sudah terbiasa memeluk Eunha saat tidur. Jimin begitu terlihat kesal. Dia tak tahan lagi. Eunha menguji kesabarannya. Aku benci kau Park Jimin
"Tidak!! Kau akan tidur disini!!"
Jimin berlari keluar dan menuju kamar Eunha. Menutup pintu itu dan mengunci. Sedangkan kunci pintu itu, diletakkan Jimin pada saku piyamanya agar Eunha tak bisa mengambilnya.
"Ya!! Apa yang kau lakukan?! Aku ingin tidur dikamar itu!! Kembalikan kunci itu!!! Aku ngantuk!!"
"Jika kau ngantuk, maka tidurlah disini. Tidak ada beda ranjang lagi", jawab Jimin dingin
Eunha kesal. Kesal sekali. Sudah cukup Jimin menghakimi dirinya. Dia tak mau tidur di satu ranjang dengan Jimin. Maka dari itu, Eunha berlari kebawah. Dia memutuskan untuk tidur di sofa. Jimin pikir, Eunha pergi kebawah karena ingin mandi atau sebagainya. Dia tak tau kalau Eunha akan tidur disofa. Jadi Jimin berniat untuk menunggunya, seraya dia mengerjakan tugas kantor. Hampir setengah jam dia menunggu Eunha. Gadis itu juga tak kunjung datang.
Lalu dia berjalan kebawah. Terkejut akan sosok gadis itu yang sudah pulas tertidur disofa. Diangkatnya tubuh kecil itu dan dibawanya ke kamar. Menidurkan Eunha dengan perlahan agar ia tak terbangun. Wajah mereka sangat dekat seketika Jimin meletakkannya di ranjang.
"Euuh.. Kenapa aku disini??", sambil mengucek-ucek matanya
"Sst.. Tidurlah, kau kelelahan"
Jimin menidurkannya lagi. Awalnya Eunha memberontak. Dia mencoba untuk bangun tapi tak bisa karena matanya tidak bisa diajak kompromi.
"Aku tidak mau disini"
Suara khas bangun tidur Eunha terdengar sangat kecil. Dia berusaha bangkit dari tidurnya walaupun mata itu masih tertutup. Jimin sempat menahannya. Menangkup bahunya tapi Eunha menepis tangannya itu dan mengomel-omel.
Chup~
"Menurut atau kau akan kuterkam?"
Jimin sungguh licik. Sekarang dia suka sekali mengancam Eunha seperti ini. Eunha yang takut akan diterkam Jimin pasrah begitu saja. Lalu dia tidur dan diikuti Jimin. Jarak mereka jauh. Eunha yang menjauh sebenarnya, dia tidur diujung ranjang dan membelakangi Jimin. Jimin menatap punggung itu. Sesekali dia tertawa karena melihat tingkah Eunha. Menggemaskan menurutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Partner
RomanceApa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata JODOH?