Seperti biasanya, eunha lebih cepat bangun daripada jimin. Dia masih merasakan sakit pada lehernya akibat ulah jimin semalam. Dia beranjak dari kasur dan langsung pergi ke dapur
Tak lama terdengar suara air dari kamar, sepertinya jimin sudah bangun dan langsung mandi. Eunha langsung menyoiapkan seluruh pakaian jimin, mulai dari bajunya sampai sepatunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jim.. Ayo sarapan", jimin langsung berjalan menuju dapur.
Chup~
"Pagi sayang..", jimin menyium bibir eunha sekilas. Lalu duduk dikursi. Dia tersenyum.
"Pagi, ayo cepat makan", jimin menurut. Dia langsung memakan sarapannya. Sekilas dilihatnya leher eunha. Bekas itu masih sangat tampak dan masih sedikit memerah akibat ulahnya. Jimin melihatnya sangat bangga
"Sayang.. Lehermu itu, sakitkah??"
"Hm?? Ah.. Iyalah!! Kau terlalu kuat menggigitnya!!", jimin tertawa karena penuturan eunha
"Tak apa, itu akan membaik. Aku akan kasi salep nanti", eunha hanya mengangguk
"Ji.."
"Hm?? Kau sudah mengganti nama panggilku hm??"
"Aissh.. Itu tidak penting. Aku ingin minta izin padamu", jimin melihat eunha
"Waeyo??"
"Aku ingin kerumah hana dan hara. Boleh??", jimin awalnya bimbang. Dia tidak mau eunha pergi keluar sendiri. Jika terjadi sesuatu apa-apa pada eunha bagaimana
"Tidak", singkat
"Kenapa???"
"Sayang.. Kau ingin keluar hm?? Lihatlah dulu lehermu itu.. Masih merah, kau ingin diejek hm??", sangat bersyukur jimin telah membuat leher eunha seperti itu. Dia jadi tidak bisa pergi
"Aku akan memakai kalung leher. Kau tenang saja, nee??", sama saja. Jawaban jimin tetap tidak. Dia benar-benar tidak mau jika eunha kenapa-kenapa. Posesif sekali memang
"Aku akan pakai kalung itu!! Aku ingin pergi!! Kau tak bisa melarangku..", amarah eunha memuncak. Jimin memang keterlaluan. Setiap kali dia pergi bekerja, eunha pasti sendiri. Jimin juga tidak memberi izin pada eunha untuk pergi keluar. Ke minimart dekat rumah pun tak boleh.
"Lihat dulu lehermu itu.. Kau tidak bisa memakai kalung itu. Tetap saja akan terlihat. Tidak! Pokoknya tidak boleh, kau harus dirumah"
"Tapi kau yang membuat leherku begini!! Kau jahat!! Kau selalu bekerja tiap hari dan meninggalkanku sendiri!! Aku kesepian!! Kau tak tau itu kan, hm?! Keterlaluan", eunha berlari ke atas. Dia menutup pintu kamar dengan keras. Jimin mengusap wajahnya. Pagi-pagi seperti ini mereka sudah ribut. Jimin berjalan ke atas, mengetuk pintunya sebab eunha menguncinya dari dalam. Dia menyusupkan wajahnya dengan bantal. Menelungkupkan tubuhnya