"Jimin-ah.. Bolehkah aku ikut??", seraya memegang tangan jimin
Jimin melihatnya. Mata eunha seperti berair. Dia takut.
"Ada apa sayang?? Kenapa?? Kau ingin ikut, eoh?? Baiklah.. Ayoo", jimin menggenggam tangannya
"Ta-tapi bagaimana dengan nena??", tanya eunha
"Tak apa, dia akan disini nanti. Aku menyuruhnya untuk mengurus rumah"
"Tapi aku belum mandi. Aku ingin mandi", jimin menatap eunha tak percaya. Dia ingin mandi? Jimin sudah telat kekantor sekarang!
"Nee.. Mandilah cepat". Eunha langsung berlari ke atas
"Eunha!! Jangan berlari!! Kau jatuh nanti!! Sayang.. Jangan pakai baju ketat, nee?? Perutmu akan tertekan nanti!!", teriak jimin dari bawah, dan dibalas nee dari eunha.
Tak butuh waktu lama memang eunha mandi, dia hanya mandi sepuluh menit. Setelah itu keluar dan menemui jimin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ji.. Kajja", suara eunha disambut oleh jimin. Dia berbalik, melihat eunha yang benar-benar lucu.
"Ah.. Aku suka melihatmu menggunakan baju seperti ini. Sepertinya kita harus membelikanmu baju seperti sayang", melingkarkan tangannya di pinggang eunha.
"Selamat pagi tuan.." "Selamat pagi eunha.." "Nyonya cantik hari ini"
Seperti itulah sapaan pagi ini untuk jimin dan eunha saat mereka melewati lorong kantor. Seluruh karyawan membungkuk dengan sapaannya.
Ceklek
"Aku suka melihat karyawanmu ji.. Mereka baik", mendekati sofa dan duduk
"Hm?? Benarkah??", pertanyaan jimin dibalas anggukan eunha. Dia menatap keluar jendela ruangan jimin. Jimin sudah duduk di kursi hitam miliknya
Drrt..drrt..
Ponsel eunha berbunyi. Dia merogoh tas kecilnya. Melihat nomornya, seperti tak asing. Dia langsung mengangkatnya
"Yeoboseyo??"
"Yeoboseyo.. Eunha-ya??", suara yang keluar dari ponselnya adalah pria, dan suara ini berat. Eunha kenal suaranya
"Chan-chanyeol???"
"Nee ini aku. Kau tidak ingat nomorku?? Kau tidak menyimpan nomor ku?? Ya!! Kau jahat", dengan nada lucunya. Jimin yang tengah duduk dikursi itu hanya memperhatikannya dan mendengarnya. Dia sudah panas, lihatlah, kepalan tangan itu seperti sudah siap menumbuk apapun yang ada diruangan ini