How Dare You

1.1K 89 0
                                        

Eunha saat ini seperti orang gila. Eunwoo yang melihatnya mengejeknya. Tidak jelas, begitu katanya. Eomma yang melihatnya juga ikut tersenyum-senyum. Eunha sudah menceritakan apa yang terjadi siang ini pada putrinya. Appa juga kebingungan akibat ulah dua wanita ini. Ya. Mereka sedang makan malam.

"Eunha, besok kau akan ujian akhir??"

Eunwoo yang bertanya random seperti ini membuat lamunan Eunha memecah. Dia tersadar dari dunia khayalannya. Menatap Eunwoo.

"Ah.. Iya, aku akan ujian akhir besok. Hanya tiga hari."

"Ooh begitu.. Aku yang akan mengantarnya ya eomma??"

Eomma yang mendengar Eunwoo hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah itu appa tiba-tiba bertanya hal yang random juga. Dia bertanya dengan kedekatannya dengan Jimin. Yang ditanya malah senyam-senyum tak jelas dan mengatakan "tenanglah appa, aku butuh waktu dekat dengannya" begitulah jawaban Eunha

***

Selesai makan Eunha kembali ke kamarnya, belajar sambil mengulum ice cream vanilla. Sesekali jika Eunha bosan, dia akan membuka notebook nya dan memainkan Youtube.

Tring ting.. Tring ting..

Piip.

"WAE??!"

***

Jimin sekarang sedang makan malam. Malam ini terasa berbeda. Rumah ini kosong. Eunha sudah tidak disini. Ntahlah, Jimin sepertinya akan membuka hatinya untuk Eunha. Walaupun dirinya dan Eunha tidak satu kamar, tapi Jimin benar-benar seolah apartment nya itu ramai ketika Eunha berada di rumahnya.

Drrt.. Drrt..

Jimin mengambil ponselnya yang berada tak jauh darinya. Tak dilihatnya siapa yang menelpon. Dia mengangkatnya langsung.

"Jimin-ah"

Suara ini. Suara yang tak asing ditelinganya. Dia mengenalinya.

"Hyera?! Ada apa?!"

"Aku mendengar dari Taehyung, apakah kau akan menikah dengan yeoja lain?? Apakah dia wanita yang dijodohkan padamu?? Kau sudah berjanji padaku akan menikahiku dan sekarang kau malah menikahi yeoja lain?? Apa maksudmu?!"

Hyera yang tiba-tiba menelpon ini langsung memarahi Jimin. Jimin yang mendengar celotehan Hyera merasa marah. Ngomong apa si jalang ini. Dia sangat tidak tahu diri.

"Hey! Kau juga harus tahu diri! Kau juga bermain dibelakang ku.. Bahkan aku tak tau kau sudah berapa lama bersamanya. Apakah sudah lama?? Kau nyaman dengannya?? Apa kau nyaman?? Apa kau senang dengannya?? Karena dia memberimu izin ke mall?? Hah?? Jika kau mau memarahiku, berpikirlah dulu. Kau benar-benar rendah. Apakah kau sudah bermain dengannya, eoh??!"

Hyera sendiri yang mendengar itu. Benar-benar terdiam. Dia terisak. Jimin benar-benar frustasi sekarang. Hyera benar-benar kehabisan kata-kata. Kalimat terakhir dari Jimin sungguh menyakitinya.

"Aku membencimu. Kau lihat saja nanti"

Piip.

Itu kalimat terakhir yang di ucapkan Hyera. Jimin sebenarnya tidak takut. Cuman dia khawatir. Hyera juga sebenarnya wanita yang berbahaya. Dia bisa mencelakai siapapun yang dia inginkan.

Tring ting.. Tring ting..

"WAE?!"

Jimin tertawa. Dia merasa rindu dengan calonnya ini. Tapi dengan melihat wajahnya saja dia sudah sangat bahagia dan juga rasa rindunya terobati.

"Hey.. Jangan seperti itu Eunha-ya.. Kau marah, eoh?? Apakah karena tadi siang??"

Eunha tidak menghiraukannya. Dia malu sebenarnya. Maka dari itu dia mencoba fokus untuk belajar. Dia melihat-lihat bukunya. Mencoba untuk tak menghiraukan Jimin.

"Kau sedang belajar?? Ah.. Mian, aku mengganggumu, akan ku matikan. Selamat belajar"

"Ah!! Ani!! Bicaralah dengan ku!! Aku sangat bosan!! Sudah daritadi aku belajar membuka buku ini, aku benar-benar lelah. Aku juga sudah memakan ice cream ku sampai habis."

Jimin tertawa kembali. Baru saja dia ingin mematikannya. Dia awalnya ingin mencoba Eunha. Apakah Eunha akan melarangnya untuk mematikan video call mereka. Dan ternyata percobaan Jimin sukses berhasil. Eunha tidak ingin video call nya dimatikan.

"Jadi?? Berapa cup ice cream yang kau makan??"

"Em.. Aku baru saja memakan yang ke-10, aku ingin tambah"

Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya. Memerintahkan Eunha untuk tidak menambah cup ice cream nya. Jangan sampai Eunha sakit. Jimin tidak ingin melihat calonnya itu sakit.

"Jangan Eunha.. Nanti gigimu akan sakit"

Eunha yang awalnya mendengar Jimin tak menghiraukannya. Pokoknya dia akan mengambil 1 cup ice cream lagi. Dia beranjak dari tempatnya. Jimin sudah meneriakinya dari notebooknya. Tapi Eunha tak hiraukan. Tangannya sudah memegang gagang pintu.

"Yaa!! Sayang!! Andwae!! Gigimu akan sakit, chagiya~!!!"

Eunha berhenti. Mendengar dirinya dipanggil sayang. Eunha benar-benar memerah sekarang. Bukan seperti tomat, dia bahkan terlihat seperti cabai. Merah padam. Jimin sendiri yang sekarang wajahnya ada di layar notebook Eunha masih memanggil-manggil nya. Lama Eunha berdiri disana. Dia hanya ingin mukanya terlihat seperti biasa. Lalu dia akan balik untuk menemui Jimin.

"Eunha?? Apakah kau mengambilnya lagi?? Bagaimana jika gigimu sakit?? Aigooo.. Kau benar-benar tidak bisa berhenti"

Eunha sendiri melihat Jimin sekilas dan menggelengkan kepalanya. Hanya sekilas dilihatnya. Tak berani melihat muka Jimin.

"Kau tidak mengambilnya?? Baguslah. Eunha-ya!! Lihatlah ini", Jimin menunjukkan ranjang sebelah memerah.

 Eunha-ya!! Lihatlah ini", Jimin menunjukkan ranjang sebelah memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa?? Kenapa kau menunjukkan kasurmu, eoh?"

"Seminggu lagi kau akan ada disini bersamaku"

Eunha membelak matanya. Dia malu sebenarnya, tapi dia menahannya.

"Bodoh! Aku ingin tidur!", dia mengakhiri percakapan itu tanpa memberi jimin kalimat selamat malam. Dia mengambil bantalnya, menutup mukanya dengan bantal, mukanya memerah. Dia senang

Haha, bodoh

Tbc..

Be Your PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang