Eunha menyerah. Dia sudah beberapa kali memutari kota ini hingga hari sudah gelap, jimin tetap mengejarnya. Dia menyuruh pak supir agar melajukan mobilnya ke apartmentnya.
"Ini pak!! Kembaliannya buat bapak aja!! Kamsahamnida!!"
"Ah.. Nee, kamsahamnida"
Dia berlari cepat ke araha lift, menekan-nekan tombol berkali-kali. Sampai pintu lift terbuka, jimin ternyata sudah ada jauh dibelakangnya
"Eunha!!! Jangan ditutup!!!"
Terlambat. Eunha sudah menutupnya. Dia memincit tombol angka 7 dimana apartmentnya disana. Sedangkan Jimin? Tidak ada waktu untuk menunggu lift lagi, dia akan telat mengejar Eunha. Eunha sangat gesit dan lincah. Dia pergi menuju tangga darurat
Kling..
Ketika pintu terbuka, eunha langsung bergegas lari. Dan yang lebih mengagetkannya lagi, jimin batu saja sampai dari pintu darurat itu
"Eunha!!! Awas kau!!! Kau akan habis malam ini!!"
Eunha benar-benar takut sekarang. Sekarang dia sedang memijit-mijit tombol pintu. Terbuka. Dia masuk dan menutup pintunya lagi. Tidak menguncinya, itu terkunci otomatis jika pintu itu tertutup. Dan jimin terpaksa harus memijit tombol itu lagi. Mendengar suara pijitan di pintu membuat eunha harus bergegas pergi ke kamar tidur.
"Eunha!!! Sini kau!!!"
Kosong. Tak ada suara. Jimin langsung bergegas keatas. Dia membuka kamar dengan sangat kasar. Tapi ternyata eunha tidak disana. Dia ada dikamar sebelah.
"Eun-- kau disana, eoh?? Buka!!!"
Dia mengunci pintunya. Mengumpat dibalik kasur. Takut jika jimin menghantamnya. Tangannya dingin sekarang, keringat dingin sudah bercucuran didahi nya.
"Eunha!! Buka!!!", suara ketukan itu semakin keras. Jimin menendang-nendang pintunya dengan sepatu.
Brak!!
Pintu itu terbuka. Rusak akibat ulah jimin. Dilihatnya kamar itu, eunha tidak ada. Dimana dia?
Hatchuuu~
Ada seseorang. Dan jimin yakin itu eunha. Dicarinya disetiap sudut ruangannya, tapi tetap tak jumpa.
Hatchuu~
Dia langsung mencari sumber suara bersini itu. Curiga ada sesuatu dibawah tempat tidur. Dan benar saja, eunha ternyata disana. Dia bersembunyi dibawah.
"Ya!!! Kenapa kau disana?? Keluar!! Kau akan sakit nanti"
"Siapa laki-laki itu tadi?? Kenapa kau bersamanya?? Kau ingat sudah punya suami, huh??"
Eunha benar-benar keluar. Hidungnya merasa sangat gatal. Jimin sedaritadi terus-terusan mengomel. Tak peduli dengan omelan jimin, dia berlari ke kamar mandi.
"Eunha!! Kemari kau!!", jimin benar-benar marah. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Dia menggedor pintu kamar mandi. Eunha tetap tidak menggubrisnya.
Cklek...
"Sudah??"
"Kau masih ingin memarahi ku lagi?? Kau masih ingin mengetahui siapa laki-laki itu tadi??"Jimin melihat muka eunha. Memerah lagi, kali ini hidungnya juga ikut memerah.
"Apa kau tidak tau diri tuan park?? Kau mengacuhkanku ditaman tadi!! Kau tidak sadar itu?? Hah! Bagus sekali.. Apa kau ingat kau sudah punya istri??!"
Jimin yang menyadari eunha ingin menangis memegang pipinya. Tapi ditepis oleh eunha
"Jangan sentuh aku!!"
"Eu-eunha.. Mianhae"
Eunha tidak menggubrisnya, dia berjalan kearah lemari, mengambil piyama nya dan pergi keluar kamar. Dia seharusnya tidur dikamar sebelah. Tapi tak bisa, pintunya rusak.
"Apa yang kau lakukan disini??"
"Bukan urusanmu", eunha mengambil selimut dan bantalnya. Setelah itu turun keruang keluarga. Dia berniat untuk tidur di sofa
"Kau ingin tidur disini?? Tidak tidak.. Ayo ke kamar– arrgh!!", jimin ingin mengangkat eunha, tapi sayangnya tangan jimin digigit. Untung saja tidak berdarah, hanya merah dan berbekas
"Ke-kenapa kau gigit?!", jimin frustasi melihatnya. Eunha memang suka menggigit. Eunha nangis. Tak tahan lagi. Dia memeluk lutunga, kepalanya diletakkannya pada lututnya. Jimin bergantian melihat eunha dan tangannya.
"Ayo..", berusaha mengangkat eunha, tapi lagi-lagi ditepis. Eunha tidak bisa dibiarkan seperti ini terus. Dia mencoba untuk mengangkatnya lagi. Eunha mau, tapi dia tidak menegakkan kepalanya. Eunha menutup mukanya dipundak jimin, mengalungkan kedua tangannya diceruk leher jimin.
"Diamlah, kau jadi demam lagi..", benar saja. Panas badan eunha naik lagi. Hangat sekali badannya.
Sesampainya dikamar, eunha ditidurkan dikasur itu. Dia sudah diam, tapi suara sesenggukannya masih bisa terdengar oleh jimin.
"Kau mau tetap seperti ini, hm?", eunha tidak melepas pelukannya. Susah kadang jika eunha sudah seperti ini. Dia tidak akan mau melepas pelukannya dan itu harus membuat jimin menurutinya. Dia mengangguk
"Baiklah.. Ayo tidur, jalja chagiya.."
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Partner
RomanceApa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata JODOH?