bag 10. Latihan berat.

6.1K 862 17
                                    

***

"Ayah yang akan mengajarimu." Apa! Dia sendiri yang akan mengajariku? Sungguhan, ini tidak bohong?

"Apa! Apa Ayah sungguh-sungguh?"

"Tentu saja, Ayah yang akan mengajarimu."

"Ba.baiklah." Ini di luar dugaanku. Aku pikir, Ayah akan melarangmu berlajar bermain pedang. Pertama, karena aku ini terlahir dengan tubuh yang lemah, dan yang kedua karena aku pernah terluka begitu parah, itu memungkinkan Ayah untuk melarangku.

Ini tidak masuk akal, tapi baiklah, berhubung Ayah sudah berbaik hati ingin mengajariku. Jadi aku akan menerima pelatihan darinya, apapun yang terjadi. Lagi pula tak ada salahnya berlatih dari seorang ahli pedang terhebat di kekaisaran. Benar kan?!

***

Aku tarik ucapan ku kemarin! Aku tidak sanggup berlatih dengan Ayah lagi. Aku tidak mau!

"Maaf Baginda, Yang mulia Pangeran ketiga tidak akan kuat jika anda terlalu memaksakannya." benar! Apa yang Song Lan katakan itu benar! Jadi tolong beri aku kelonggaran.

"Tidak! Jika dia ingin menjadi kesatria, dia harus dilatih selayaknya kesatria." Dasar Ayah kejam. "Lari 10 putaran lagi!" Aahh aku sudah tidak kuat. Kenapa juga lapangan ini sangat luas.

Tidak! Aku tidak boleh menyerah disini. Tentu saja aku melakukan ini demi harga diriku, sepertinya Ayah sengaja membuat aku kelelahan agar aku menyerah. Aku tidak akan menyerah Ayah!

"Yang mulia, sebaiknya anda menyerah. Anda tidak akan kuat!" memang benar yang di katakan Song Lan. Dengan tubuhku yang sekarang ini, rasanya hampir mustahil menyelesaikan apa yang di perintahkan Ayah, rasanya kakiku hampir lepas dari tempatnya. Baru dua kali putaran saja aku sudah kehabisan nafas.

"Ti.dak!" Aku tidak akan menyerah.

"Tapi Yang mulia bisa terluka jika memaksakan diri." Aku tidak perduli. Song Lan memang menemaniku berlari sejak tadi, dan aku yakin, lari 10 putaran itu baginya bukan apa-apa.

"Sudah berapa putaran?" Aku sudah tidak sanggup.

"Sudah 3 putaran." Apa! Sejak tadi, aku hanya menyelesaikan 3 putaran! Yang benar saja.

"Apa! Anda tidak salah menghitung kan?" Tanpa sadar aku bicara formal.

"Tidak, Yang mulia." Benar-benar deh. Kenapa sih lapangan ini sangat luas begini?

Berapa lama lagi aku harus berlari. Ini sangat melelahkan, aku harus bisa melewati ujian ini. Jika tidak, aku akan kalah sebelum berperang, dan itu sangat memalukan.

Normal POV

Fengmian berdiri dengan gagah. Menatap Pangeran ketiga yang masih berlari mengelilingi tempat latihan didampingi Song Lan di sampingnya. Dia yakin, putranya itu akan segera menyerah.

Perkiraan Fengmian salah, Pangeran Lian Zhan justru tidak menyerah sama sekali. Tatapannya yang penuh keyakinan itu membuktikan bahwa bocah mungil itu tidak akan menyerah sebelum dia kehabisan tenaga dan akhirnya tumbang.

"Maaf Baginda. Sepertinya, Yang mulia Pangeran ketiga tidak akan menyerah. Apa anda benar-benar ingin memberikan pelatihan seorang kesatria pada beliau?" tanya Fai Long.

"Dia tidak akan bisa melakukannya." Hanya itu yang FengMian ucapkan. Pria itu masih menatap Zhan yang sedang berjuang dengan langkah kecilnya. Sesekali bocah mungil itu berhenti, kadang tampak memarahi Song Lan. Kesatria yang berwajah dingin itu, mungkin saja terus memaksa Zhan untuk berhenti.

"Lapor Baginda. Pangeran ketiga hampir menyelesaikan latihan fisiknya," laporan dari salah seorang Kesatria. FengMian benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan Zhan. Bagaimana mungkin, anak sekecil itu dan dengan tubuh lemahnya tertarik untuk berpedang?

"Baiklah." Sang Kaisar melangkah menuju tempat dimana Zhan sedang berlari. Dengan kekuatan sihirnya, dia bisa berpindah dengan sangat cepat. Tiba-tiba saja sudah menggendong Zhan yang sudah menangis.

"A.ayah?" FengMian sedikit terkejut melihat Zhan yang memaksakan dirinya.

"Jika tidak bisa. Tidak perlu di teruskan!"

"Ti.tidak! Ayah turunkan aku, aku hampir menyelesaikan latihannya." Zhan memberontak ingin diturunkan. Kaisar akhirnya melepaskan dekapannya.

"Tidak perlu lari lagi," ucapnya.

"Apa Ayah tidak akan mengajari aku lagi?" raut khawatir Zhan membuat FengMian tersenyum. Song Lan yang sejak tadi berada di sana tidak menyangka akan melihat hal seaneh dan selangka itu. Sejak kapan seorang Kaisar tirani tersenyum sangat tulus begitu?

"Hari ini cukup sampai di sini."

"Apa! Jadi Ayah akan mengajari aku lagi 'kan?"

"Ingat satu hal. Jika sudah tidak kuat, berhentilah.'

"Aku mengerti, Ayah. Terima kasih." Zhan memeluk kaki sang Ayah. Setelah itu bocah mungil itu ambruk tak sadarkan diri.

"Yang mulia!" para Kesatria yang berada di sana langsung mendekat. FengMian segera menggendong putra kecilnya.

"Panggil tabib!" perintahnya tegas. Song Lan segera menjalankan perintah.

***

Pangeran Lian Zhan tampak mengerjapkan matanya. Ternyata dia sudah berada di kamarnya, lalu bagaimana dengan latihan?

"Yang mulia, rupanya anda sudah bangun?" Zhan menoleh. Ternyata ada kesatrianya, Song Lan.

"Song Lan, dimana Ayah?"

"Baginda kembali ke ruangannya. Beliau ada pekerjaan." Zhan mengangguk lalu mencoba duduk. Song Lan dengan sigap membantunya.

"Apa anda butuh sesuatu?" Zhan menggeleng pelan.

Zhan menunduk menatap tangan kecilnya yang bertumpu di atas pangkuannya. Bagaimana dia bisa kuat, jika tubuhnya sangat lemah begini? Song Lan masih berdiri di sisi tempat tidur Zhan. Menatap sang pangeran ketiga dengan wajah tanpa ekspresi.

"Song Lan ...," panggil Zhan pelan.

"Saya, Yang mulia?"

"Aku kesulitan memanggil namamu, bagaimana jika aku memanggilmu, Paman Song, atau A-Song?"

"Terserah anda ingin memanggil saya dengan sebutan apa, Yang mulia."

"Ah, sudahlah, kenapa kau kaku sekali sih. Aku akan memanggilmu A-Song mulai sekarang."

"Baik, Yang mulia Pangeran."

"A-Song, apa cita-citamu saat kecil?" Song Lan tampak berfikir.

"Menjawab Yang mulia Pangeran ketiga. Maaf sebelumnya, Yang mulia, itu terjadi sudah sangat lama. Saya sudah tidak mengingatnya lagi."

"Benar juga." Zhan tampak sedih.

"Apa terjadi sesuatu pada anda? Sepertinya, suasana hati anda sedang tidak baik?"

"Ya. Aku merasa sangat lemah, dan tidak memiliki kemampuan." Zhan tidak ingin menyerah. Tapi situasinya tidak memungkinkan untuknya.

"Tidak perlu terburu-buru Yang Mulia. Seiring berjalannya waktu, anda akan menjadi seorang kesatria yang hebat." Entah itu sebuah pujian atau bukan, tapi kalimat itu membuat Zhan tersenyum.

"Terima kasih, A-Song sudah menemaniku."

"Su.sudah menjadi tugas saya, Yang mulia." Zhan menatap Song Lan bingung. Kenapa kesatrianya itu tampak gugup begitu?

"Apa A-Song sakit?"

"Menjawab Yang mulia Pangeran, saya baik-baik saja, Yang mulia. Maaf atas kelancangan saya, yang telah membuat Yang Mulia Pangeran ketiga khawatir."

"Tidak apa-apa. A-Song tidak perlu kaku begitu." Zhan terkekeh pelan, "A-Song dan A-Ning sangat berbeda ya. Tapi, aku suka A-Song, aku juga suka A-Ning."

"Sebuah kehormatan bagi saya, Yang Mulia."

"A-Song, terima kasih."

****

😣😣😣😣

Kapan 🤔🤔

[BL] The Third Prince [YiZhan][TAMAT][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang