(S3) bag 90. Sekte San Zi 3.

1.8K 247 6
                                    


○○○○○

      Pangeran ketiga terus menyerang dengan berbagai cara. Namun, dia tidak berhasil mengenai ular itu sedikitpun, karena merasa itu akan menjadi pertarungan yang panjang, Zhan melompat dan membiarkan Shou sementara mengalihkan perhatian ular itu, sedangkan pangeran ketiga mendekati Yibo.

"Dia terlalu kuat, akan berbahaya jika kalian berada di sini!" Yibo mengerti diapun meminta para pemuda menjauh.

"Kau harus berhati-hati!" Sebelum pergi, Yibo sempat mencium kening pangeran ketiga, tentu saja para pemuda itu sudah berbalik dan pergi untuk menjauh. Zhan mengangguk mengerti, lalu melihat Yibo menggiring para pemuda itu menjauh.

"Shin!" Pangeran ketiga memanggil pedang jiwanya yang lain. Dan setelah itu, seorang gadis cantik dengan pakaian berwarna biru cerah muncul di belakangnya.

"Tuan!" Zhan tersenyum, melihat pedang jiwanya yang tampak lebih dewasa dari terakhir kali dia melihatnya.

"Kau siap?"

"Aku selalu siap!" Shin berdiri di samping Zhan.

"Shou!" Shou mendengar panggilan itu dan langsung menghilang dari pertarungan lalu berpindah dan berdiri di sisi lain pangeran ketiga.

"Ingat saat melawan Garaga?" Ular besar yang mereka lawan saat ada di menara, di lantai 12. Zhan masih mengingat bagaimana mereka akhirnya bisa melawan ular raksasa bernama Garaga.

*(bag 24. Potion penguat fisik.)

"Tentu saja aku ingat!" Shin tetap ceria seperti biasa. Zhan membuka kedua telapak tangannya, Shin dan Shou langsung berubah menjadi pedang dan kini berada di tangan pangeran ketiga.

"Kita akan lakukan hal yang sama!" Zhan terbang menggunakan sayap api miliknya, setelah itu Zhan melempar Shou ke atas dan membuatnya berputar di atas tubuh ular tersebut, setelah itu mengarahkan Shin agar membuat angin di sekitar api tersebut. Terciptalah badai api yang sangat besar.

    Dari kejauhan, Yibo bisa melihat badai api itu, mereka menghentikan langkah dan melihat kobaran api besar yang berputar-putar di langit.

"Apa ... apa itu yang mulia pangeran ketiga?" Tanya salah seorang gadis, dia bernama Yang Shia.

"Aku yakin, yang mulia pangeran ketiga sangat hebat. Lihat sayap api tadi?" Pemuda yang sepertinya pemimpin mereka mengutarakan pendapatnya.

"Aku juga berpikir, yang mulia pangeran ketiga sangat hebat." Saudari kembar Yang Shia adalah Yang Shui.

"Nona Yang, jika pangeran ketiga melihat keahlian berpedang kalian, mungkin kalian bisa masuk istana dan bekerja di sana." Salah seorang pemuda berucap. Yibo hanya mendengarkan sambil menatap kobaran api itu, tentu saja dia berharap agar pangeran ketiga bisa cepat kembali.

"Kalian bisa berpedang?" Yibo akhirnya bertanya. Pemuda yang tampaknya menjadi pemimpin itu bernama Ou Duan. Dia menjawab dengan semangat.

"Tuan Yang adalah pandai besi terhebat di desa kami, beliau mengajari kedua Nona Yang, berpedang sejak kecil." Mendengar penjelasan itu, Yibo mengangguk.

"Bisa tunjukkan padaku?" Yibo merasa bosan terus berjalan dan menjauhi pangeran ketiga, karena dia saat ini tengah tegang, biarkan dia merilekskan tubuh seraya melihat pertunjukkan.

"Tapi, Tuan ... sebenarnya, Tuan adalah ..." Ou Duan tampak ragu berucap.

"Oh, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Wang Yibo, aku adalah orang kepercayaan pangeran ketiga. Tenang saja, aku bukan orang jahat, dan aku orang yang cukup terbuka, jadi kalian bisa tenang." Mendengar itu, para pemuda tampak tenang. Sebenarnya, sejak tadi mereka begitu tegang karena ada orang yang tidak di kenal di anatara mereka.

"Apa Tuan Wang benar-benar ingin melihat kemampuan Nona Yang?" Tanya Ou Duan. Yibo mengangguk yakin. Lalu duduk bersandar di sebuah pohon yang ada di tempat itu.

"Tunjukkan!" Yang Shui dan Yang Shia mengangguk bersamaan. Lalu keduanya membungkuk satu sama lain sebelum memulai duel mereka.

     Yibo memperhatikan keduanya, cukup hebat untuk ukuran warga desa biasa. Pangeran Yi tampak mengangguk-angguk puas melihat bagaimana keduanya menunjukkan keahlian mereka.

"Bagus, cukup bagus. Jika kemampuan kalian di latih lebih lagi, bukan hanya bekerja di istana, kalian juga bisa berada di sisi pangeran ketiga sebagai kesatrianya." Mendengar penuturan Wang Yibo, Shia dan Shui tampak senang bukan main. Shui memberanikan diri bertanya.

"Maaf Tuan ... apa mungkin kami bisa menjadi seorang kesatria?" Yibo mengangguk yakin.

"Kemampuan kalian cukup bagus, jika di latih sedikit lagi, kalian bahkan bisa mengalahkan sepuluh murid istana dengan mudah." Mendengar itu Shui tampak puas. Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang cukup keras tak jauh dari mereka. Mendengar itu, Yibo meminta semua pemuda agar bergegas menjauh.

    Setelah keluar dari hutan, Yibo meminta semua pemuda untuk kembali kedesa. Namun, mereka semua menolak dan bersikukuh untuk tetap tinggal menunggu pangeran ketiga. Yibo tidak bisa berbuat apa-apa selain melangkah pergi mencari makanan untuk mereka.

"Aku menemukan buah-buahan. Kalian pasti belum makan." Melihat ada banyak buah-buahan yang di bungkus daun, mereka semua tampak senang dan segera menyantap buah-buahan segar itu.

     Setelah hampir malam, pangeran ketiga belum juga keluar dari hutan. Yibo membuat api unggun untuk menghangatkan mereka karena saat malam, tempat itu menjadi sangat dingin.

"Tuan, apa yang mulia pangeran ketiga baik-baik saja?" Yibo menatap Ou Duan yang tampak gelisah di tempatnya. Tampaknya bukan hanya ou Duan yang terlihat gelisah, pemuda lainnya juga terlihat gelisah. Melihat itu Yibo hanya bisa menghela napasnya.

"Kalian tenang saja, aku dan pangeran ketiga memiliki ikatan, jika terjadi sesuatu pada pangeran ketiga, aku pasti mengetahuinya." Mendengar hal itu, para pemuda terlihat lebih tenang, walaupun raut cemas masih sedikit terlihat.

    Malam sudah mulai larut, tapi pangeran ketiga belum juga muncul, Yibo menatap para pemuda dan meminta mereka untuk tidur, sedangkan dia akan berjaga sambil menunggu pangeran ketiga kembali. Para pemuda awalnya menolak untuk tidur dan tetap berjaga untuk menunggu pangeran ketiga. Tapi pada akhirnya, mereka satu persatu mulai tertidur dan mengistirahatkan tubuh mereka. Yibo menatap ke dalam hutan, sebenarnya dia sendiri juga khawatir terhadap pangeran ketiga.

   Kemungkinan, saat ini pangeran ketiga masih bertarung dengan ular raksasa itu. Yibo tak tahan untuk tidak berlari menuju hutan, akan tetapi saat dia belum berlari terlalu jauh, kobaran api melayang mendekatinya, lalu menahannya.

"Kau ..." Yibo mengetahui, kobaran api itu adalah Shou.

"Pangeran Yi, Tuan berpesan bahwa anda harus tetap di sini. Sebentar lagi, Tuan akan kembali!" Mendengar itu, Yibo akhirnya berhenti dan tidak melanjutkan langkahnya.

"Bagaimana kau tau aku akan ke sana?" Shou membungkuk lalu menjawab dengan tenang.

"Tuan menduga anda akan menyusul beliau, karena beliau belum juga kembali!" Yibo terkekeh pelan, dasar pangeran ketiga.

"Baiklah, aku tidak akan pergi. Jadi, kau kembalilah kesana dan bantu dia!"

"Tuan berpesan, bahwa saya harus tetap disini."

"Kenapa?"

"Tuan menduga, ular-ular lain akan datang, Tuan meminta saya menjaga di luar hutan!"

"Berapa banyak?" Shou menoleh ke arah hutan, "berapa banyak ular yang di lawannya? Bukankah hanya satu?"

"Pasukan ular muncul saat ular itu hampir kalah. Tuan meminta saya untuk melindungi pangeran Yi dan para pemuda dari serangan pasukan ular."

○○○○○

[BL] The Third Prince [YiZhan][TAMAT][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang