○○○○○Song Lan baru kembali saat malam datang, mungkin tepat pukul 8 malam, sebelum jam istirahat tiba. Zhan sudah berada di kamar untuk istirahat, tapi, bukannya istirahat, remaja itu justru sedang berjaga dengan wajah penuh kekesalan.
"Pergi sekarang atau aku akan memanggil kesatriaku datang!"
"Kenapa memanggilnya, bukankah kau lebih hebat darinya?"
"Wang Yibo!" Zhan kesal bukan main, Yibo justru berbaring di atas tempat tidur Zhan, memakai kedua tangan sebagai bantal dengan satu kaki menekuk dan satunya menumpang di atasnya, benar-benar terlihat santai.
"Aku di sini! Tidak perlu berteriak!"
"Turun dari sana dan pergi!"
"Ku dengar, kau adalah murid paling tauladan dan paling di segani. Tapi ternyata kau bisa mengusir seorang tamu dengan cara seperti itu!" Zhan melotot kesal, mengambil Hui dan siap untuk menyerang.
"Kau tau, itu tak akan berhasil." Zhan semakin kesal.
"Kubilang pergi dari sini!" Yibo tak mendengarkan, pria itu bangkit dari baringnya dan mendekati Zhan yang sudah bersiaga tak jauh dari tempat tidur.
"Kita sudah lama tidak bertemu, apa begini caramu memperlakukanku?"
"Enyahlah!" Yibo tersenyum miring, lalu melompat dengan sangat cepat dan dia sudah berdiri di belakang Zhan. Memeluk lehernya dari belakang. "Lepas!"
"Tidak! Zhan-ge, aku benar-benar sangat merindukanmu!" Zhan tertegun mendengar nada suaranya terdengar bersungguh-sungguh.
"Lepaskan aku!" Tapi dia tidak ingin kalah dengan pria di belakangnya ini.
"Aku benar-benar putus asa saat itu, seandainya kau benar-benar pergi dan meninggalkanku, aku akan menyusulmu!" Pelukan itu semakin mengerat.
"Omong kosong!"
"Zhan-ge. Aku mencintaimu!" Zhan terperangah, tangannya menggenggam Hui semakin erat, dia tidak akan luluh hanya dengan kata-kata seperti itu, tapi entah mengapa, ada rasa hangat menjalar dari hatinya. Dia tak akan termakan dengan apa yang di ucapkan si penghianat ini. Walaupun mereka berbeda, tapi, wajah bahkan nama mereka sama.
"Aku katakan sekali lagi, lepaskan aku dan pergi dari sini sekarang juga!"
"Aku tidak ..."
"Keras kepala!" Suara dentuman keras membentur dinding kayu membuat Wen Ning dan Song Lan yang berjaga di luar langsung menerobos masuk. Saat itu, Yibo sudah pergi melalui jendela, sial, pria serigala itu bisa menghindari serangannya. Dan bahkan langsung kabur begitu mendengar dua kesatrianya bergerak masuk. Benar-benar licik.
"Yang Mulia pangeran, ada apa!" Song Lan dan Wen Ning sudah mengeluarkan pedang mereka. Zhan menghela napasnya, menyarungkan kembali pedangnya dan meletakkannya di meja, duduk dengan tenang kembali.
Kedua kesatria itu saling bertatapan lalu membungkuk memberi salam, "tidak perlu memberi salam. Sudah ada yang berani masuk ke kamarku dan kalian tidak melakukan apa-apa!"
"Kami pantas mati pangeran ketiga!"
"Untuk apa kalian mati, memangnya aku akan melakukan hal seperti itu." Zhan memejamkan matanya, emosinya sedang tidak stabil, "kembali keluar, dan jangan biarkan ada yang masuk."
"Baik yang mulia!" Keduanya segera keluar dari kamar pangeran ketiga. Mendengar kedua kesatrianya sudah pergi, Zhan membuka matanya lalu menatap ke arah jendela, remaja itu berjalan mendekati jendela itu, dan melihat dari kejauhan seekor serigala putih yang berdiri menatapnya, Zhan balas menatap serigala itu, "dasar menyebalkan!" Kesal remaja itu lalu menutup jendelanya dengan sedikit membantingnya. Sesaat kemudahan, terdengar lolongan serigala yang membuat Zhan menutup telinga.
"Awas saja nanti, aku akan memotong lidahnya!"
○○○○○
Ujian praktek hari ini di hadiri seluruh murid akademi, tentu saja, melihat para murid saling beradu kekuatan sihir dan juga beradu pedang bisa membuat mereka senang. Zhan salah satu murid yang paling di tunggu-tunggu untuk melakukan ujian. Para pengawas juga penasaran dengan kekuatan yang di miliki pangeran ketiga dari kekaisaran Qing Zhe itu.
Zhan berdiri di tengah lapangan bersama dua penguji, remaja itu tampak memberi salam. Orang-orang sudah tak sabar ingin melihat keahlian berpedang si murid paling di segani satu akademi itu. "Gongzi, apa anda sudah siap?" Zhan menatap dua pengawas itu lalu mengangguk yakin.
"Baiklah, untuk ujian praktek anda kali ini adalah, anda harus melawan para pengawas ujian. Karena kemampuan anda memang sudah hebat, jadi bukan hanya satu pengawas, tapi tiga sekaligus," bisikan-bisikan terdengar dari area para junior. Sejak kapan ujian praktek harus melawan pengawas, sebanyak tiga orang.
"Baiklah." Tentu saja Zhan menerimanya tanpa menolak. Tiga orang pengawas sudah berdiri di depannya sekarang, Zhan membungkuk memberi hormat, lalu menarik pedangnya.
"Kudengar pedangmu adalah Hui? Apa kau menggantinya dengan yang lain?" Zhan menatap salah satu pengawas yang barusan berbicara.
"Oh anda baru mengetahuinya benar? Ini adalah Han, Pedang saya ini milik seorang pahlawan yang sudah gugur, anda adalah orang yang terhormat karena bisa melawannya bersama saya!" Pengawas itu tampak kesal mendengar ucapan pangeran ketiga.
"Baiklah, kita buktikan, pedangku yang akan membungkam mulut sombongmu itu!" Tanpa aba-aba, pengawas itu menyerang lebih dulu. Zhan langsung menangkis serangannya, lalu balas menyerang.
"Lumayan juga kau!" Zhan hanya tersenyum tanpa membalas kata-kata yang tak perlu itu.
"Peraturannya, tidak ada bukan?" Zhan bertanya pada pengawas itu.
"Kenapa, kau takut mati? Aku bisa langsung membunuhnya sekarang juga!"
"Jangan menyesal nanti, Tuan Su she!" Zhan melompat tinggi, berputar di atas dan menyerang dengan sekali serangan, pengawas bernama Su she sudah terlempar jauh dan menabrak dinding dan jatuh. Ia terbatuk darah lalu beberapa tabib segera membawanya keluar lapangan.
"Itu tidak melanggar aturan bukan?" Zhan menghadap dua pengawas lainnya.
"Tidak!" Satu pengawas tersenyum ke arahnya, "rumor tentangmu, bukan hanya sekedar rumor ternyata!" Zhan membungkuk.
"Anda terlalu berlebihan, Tuan MengChun"
"Aku belum pernah bertemu murid sepertimu sebelumnya, aku akan bersungguh-sungguh."
"Kalau begitu, saya juga tidak akan segan." Zhan kembali membungkuk, lalu mempersiapkan Han kembali.
Keduanya bersiap, Zhan langsung menyerang, kali ini, dia sedikit kesulitan karena pengawas yang dia lawan memiliki kualifikasi jauh lebih hebat darinya, tapi Zhan memiliki pengalaman jauh lebih banyak dari Yi MengChun. Zhan tersenyum singkat sebelum menerobos menyerang, menahan tubuhnya hanya dengan satu kaki, lalu berputar dan menangkis serangan setelah itu menyerang.
"Benar-benar seperti rumor!" MengChun tersenyum, dia tau bahwa Zhan hebat, bahkan hanya dengan satu serangan yang dia tangkis, MengChun bisa merasakan kekuatan sihir yang mengalir dalam pedang Zhan. "Bagus, sangat akurat, semua pergerakan sudah sempurna, sepertinya kau sudah terbiasa menggunakan pedang." Zhan tersenyum singkat sebelum memutar pedangnya dan menggunakannya layaknya menggunakan sebuah belati, MengChun terkejut melihat perubahan mendadak itu. Bukan hanya berpedang, Zhan memiliki keahlian lebih dari itu, bagaimana mungkin, pemuda berusia 16 tahun, memiliki pengalaman seperti itu.
"Maaf Tuan MengChun." Zhan memutar kembali pedangnya dan langsung menjatuhkan pengawas dengan sekali serangan terakhir. MengChun akhirnya mengaku kalah. Tepukan tangan terdengar dengan begitu kompak layaknya paduan suara.
Zhan menatap pengawas terakhir yang akan dia lawan. Diapun tersenyum, "Xiao Lian Zhan memberi salam pada Zewu Jun!"
"Tidak perlu sungkan, Xiao Gongzi." Zhan membungkuk lalu mempersiapkan Han seperti sebelumnya.
"Terima kasih."
"Kita langsung mulai saja!"
○○○○○○
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Third Prince [YiZhan][TAMAT][REVISI]
Fanfiction06/12/2020 🔞 WARNING!! 🔞 ※※※※ Xiao Zhan memiliki kekasih yang sangat menyayangi dan juga mencintainya. Dia bernama Wang Yibo. Mereka sudah menjalin hubungan selama 5 tahun. Hingga suatu malam di musim salju ke lima mereka, Xiao Zhan melihat b...