bag 14. Kebangkitan ganda 2.

5.6K 796 6
                                    


****

"Memangnya kenapa jika aku tidak jadi Kaisar. Toh, ada A-Xian yang bisa menjadi Kaisar berikutnya." Xiao Wanyin, atau sering di sapa Xiao Cheng itu berjalan sambil menggerutu, sesekali menendang kerikil yang terlihat oleh matanya.

    Sang putra mahkota berjalan menuju taman. Dia baru saja kabur dari pelajaran sejarah, mungkin saja, sebentar lagi dia akan tertangkap dan di hukum. Jujur saja, dia sudah bosan karena terus belajar. Setiap hari, yang dia lakukan hanya belajar dan belajar. Bahkan, adiknya, Xiao WuXian tidak seperti itu, walaupun mereka sama-sama belajar. Tetapi, WuXian masih memiliki waktu luang. Sedangkan dirinya, dia hanya terus belajar saja.

"Kalau begitu, istirahat saja!" Wanyin terkejut. Seseorang tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya. Membawa setangkai bunga Camelia berwarna merah muda.

"Ba.baginda Ratu!" Wanyin berjengit kaget. Tentu saja dia terkejut, dia tak sadar berjalan terlalu jauh, sehingga masuk ke daerah paviliun sang Ratu. "Salam bagi pendamping penguasa langit kekaisaran." Wanyin segera membungkuk memberi salam.

"Bangunlah, Putra mahkota!" Cangse Sanren. Ratu dari kekaisaran Qing Zhe, Pangeran Wanyin sering mendengar namanya, Namun, dia jarang sekali melihat sang Ratu tersebut. Orang-orang bilang, Ratu adalah orang yang bebas, selain menjalankan tugas sebagai Ratu, Cangse Sanren tidak pernah mengikuti pergaulan kelas atas atau semacamnya. Walaupun begitu, sang Kaisar sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Itu sebabnya, banyak rumor mengatakan bahwa Kaisar sangat mencintai Ratu.

"Apa anda tidak pergi ke pelajaran sekarang?"

"Sa.saya akan pergi sekarang!" Wanyin ingin bergegas pergi. Bagaimanapun, dia selalu di beri tahu oleh Ibunya untuk menjauhi Ratu. Walaupun Wanyin tidak tau alasannya, tapi itu mungkin demi kebaikannya.

"Tidak perlu takut. Aku akan memberi tahu gurumu, bahwa kamu ada di sini!" Xiao Wanyin tidak tau apa yang di inginkan Ratu.

"Apa itu boleh?"

"Tentu saja? Apa kamu mau menemaniku minum teh?" Sang Putra mahkota tak bisa menolak permintaan Ratu. Dengan berjalan mengikuti wanita itu, Wanyin sampai di sebuah taman yang sangat rapi dan juga indah. Banyak bunga dan juga kupu-kupu berterbangan di sana. Tapi, yang paling banyak di taman itu adalah bunga Camelia, dengan warna yang berbeda-beda. Mungkin, Ratu menyukai bunga Camelia.

"Tidak perlu takut. Kamu boleh melakukan apapun di sini!" Keduanya duduk berhadapan. Dan teh tersaji di hadapan keduanya. Sang Putra mahkota merasa tidak nyaman saat berada di dekat Ratu. Mungkin itu pengaruh ucapan Ibunya, yang mengatakan bahwa Ratu adalah orang berbahaya yang harus di jauhi. Ibunya bilang, Ratu akan menjadi ancaman untuk dirinya nanti saat akan menjadi Kaisar berikutnya. Tetapi kini, di hadapannya adalah orang yang sangat berbeda dari apa yang Ibunya ceritakan. Wanita cantik yang ramah, dengan senyuman yang begitu menawan. Xiao Wanyin bahkan sempat terpana melihat kecantikan Cangse Sanren.

"Apa anda tidak menyukai tehnya, Pangeran?"

"Menjawab Yang mulia Ratu. Saya menyukainya yang mulia Ratu. Maafkan saya karena membuat yang mulia Ratu berpikiran seperti itu." Cangse Sanren tersenyum hangat. Wanita itu meletakkan setangkai bunga Camelia yang tadi ia petik itu di depan putra mahkota.

"Itu adalah bunga Camelia." Wanyin diam menatap setangkai bunga berwarna merah muda di hadapannya, "bunga Camelia merah muda, yang berarti kerinduan." Senyuman yang di berikan Cangse Sanren membuat Wanyin semakin diam. Putra mahkota yang saat itu berusia 10 tahun itu tampak bingung. "Jika kamu merindukan seseorang, kamu bisa memberikan bunga itu padanya!"

"Apa bunga ini untuk saya, baginda Ratu?"

"Iya, kamu bisa membawanya. Kamu juga bisa datang kapanpun kamu mau. Bunga-bunga yang ada di sini, indah bukan?" Sang Putra mahkota menatap taman bunga yang ada di sekitarnya, "setiap warna memiliki arti yang berbeda. Padahal  mereka memiliki jenis yang sama!" Tentu saja itu bunga Camelia. Sejak dulu, Ratu memang sangat menyukai bunga Camelia.

"Apa anda menyukai bunga?" tanya Wanyin.

"Tidak semua. Aku hanya menyukai bunga Camelia. Mereka indah dengan caranya, melambangkan kasih sayang, ketulusan dan juga cinta yang mendalam!" Cangse Sanren tampak tersenyum. Menatap putra mahkota yang juga tengah menatapnya dengan wajah datarnya. "Aku berharap, kelak Anda akan menemukan kebahagiaan yang di inginkan. Dan juga, memiliki cinta yang tulus."

    Teriakan tiba-tiba terdengar dan langsung menyadarkan Wanyin. Sang putra mahkota membuka matanya, tempat yang gelap. Berarti, semua yang dia lihat tadi hanya mimpi. Mimpi yang dulu pernah dia alami, awal mula dirinya menjadi akrab dengan Ratu yang kini sudah tiada, Cangse Sanren. Seseorang yang sangat berarti bagi Putra Mahkota.

   Pria yang baru saja menjalani upacara kedewasaannya itu melihat ke sekeliling. Gelap dan juga senyap, dia tidak tau sekarang berada di mana. Seharusnya, dia sedang melakukan Empath dengan Pangeran ketiga, Lian Zhan. Tapi, kenapa sekarang dia ada di tempat itu.

"Ja.jangan mendekat!" Suara teriakan itu kembali terdengar membuat Wanyin bergegas mencari sumber suara. Dan, saat dia menemukannya, dia tak  percaya dengan apa yang dia lihat.

"Zhan-er!" Panggilnya. Namun, bocah kecil yang ia panggil itu tak mendengar. Wanyin ingin mendekat. Namun, seakan ada dinding tebal di hadapannya. Dia bisa melihat Pangeran ketiga dari luar, bocah laki-laki itu membawa pedang yang sudah retak, darah bercucuran dari beberapa bagian tubuhnya. Bajunya sudah terkoyak dan yang lebih membuat Wanyin tampak khawatir adalah, Zhan-er tampak ketakutan di dalam sana.

"Pangeran! Anda bisa mendengar saya?" Wanyin menggedor dinding itu. Sayangnya, itu tak menghasilkan apapun. Ruang hampa. Benar, itu adalah ruang hampa yang Xiu Rong katakan. Saat Wanyin kembali ingin mendobrak masuk, tubuh Zhan terlempar dan jatuh telungkup. Bocah mungil itu menangis, dengan darah keluar dari kepalanya dan mengalir melewati matanya.

"A.ayah, tolong aku!" Tangisan Zhan begitu memilukan. Wanyin yang mendengarnya ingin sekali masuk ke sana dan membantunya.

"Pangeran! Pangeran ketiga! Pangeran Zhan-er!"

"Ge!" Sang Putra mahkota terkejut. Sepertinya, Pangeran ketiga dapat mendengarnya. Diapun kembali berteriak.

"Pangeran ketiga, apa anda mendengar saya?"

"Ge! Cheng ge! Apa itu benar-benar kau?" Zhan melihat sekeliling, mencari sosok Wanyin yang hanya bisa dia dengar suaranya.

"Iya, ini aku. Aku ada di belakangmu." Zhan segera menoleh kebelakang. Namun, hanya gelap yang dia lihat.

"Ti.tidak ada, ge. Kau di mana, aku tidak ... Aaaaaah!"

****

Waaah 😌

[BL] The Third Prince [YiZhan][TAMAT][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang