(S2) bag 34. Menepati Janji.

3.9K 565 16
                                    


○○○○○○

     Zhan dan Yibo tampak diam sebelum tiba-tiba Yibo melempar sebuah pedang yang sangat Zhan kenali. "Kau ..."

"Itu tersegel dengan sendirinya setelah kau pergi!" Zhan menatap pedang itu dalam diam. Lalu menariknya keluar, saat itu Zhan tiba-tiba berada di padang rumput yang sangat luas.

"Han ..." panggilnya pelan.

"Tuan ..." kali ini, Han muncul tidak sebagai kucing, melainkan langsung menjadi bentuk manusia. Mata Zhan berkaca-kaca, dia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Han.

"Kau ... bagaimana mungkin?" Ini sama sekali tidak masuk akal, Han kini ada di dunianya, lalu.

"Aku tidak ingat jelas, saat itu, setelah kau pergi, aku kembali tersegel, ku pikir kau sudah mati. Tapi melihatmu saat ini, aku benar-benar tidak percaya."

"Mungkin Wang Yibo tau apa yang terjadi!" Han mengangguk, lalu membawa Zhan keluar dari tempat itu.

"Bagaimana?" Zhan menatap Yibo dengan pandangan bingung.

"Kau ... bagaimana bisa ada di sini?" Yibo tak langsung menjawab, pria itu mendorong Zhan ke sebuah dinding yang persis berada di belakangnya.

"Aku sudah berjanji padamu, aku akan mencarimu, walaupun aku harus pergi ke neraka!" Tanpa persetujuan, Yibo tiba-tiba mencium bibir Zhan. Membuat murid paling tauladan di Gusu itu terkejut bukan main.

"Apa yang kau lakukan!" Zhan mendorong Yibo dengan cukup keras.

"Kau pikir apa? Terakhir kali, aku tidak sempat mengatakannya padamu, kau juga sudah berjanji akan menceritakan orang yang pernah menghinatimu!"

"Lupakan saja! Pergilah, jangan ganggu aku!" Zhan mengambil Han yang tadi sempat terjatuh karena Yibo mendorongnya.

"Tidak akan!" Sekali lagi, Yibo menarik Zhan, memeluknya dan menciumnya begitu dalam, Zhan yang tadinya terus diam, pada akhirnya membalas ciuman itu. Keduanya tak sadar berada di mana, Yibo melepaskan ciumannya dengan sangat perlahan, menyatukan keningnya dengan Zhan, lalu berbisik pelan.

"Alasanku pergi, karena aku mencintaimu!" Zhan memejamkan matanya, tak ingin mendengar omong kosong semacam itu. Seharusnya dia tidak bertemu dengan Yibo, kenapa lagi dia harus bertemu pria sepertinya.

"Jangan ganggu aku!" Zhan langsung berlalu pergi meninggalkan Wang Yibo di belakangnya.

"Aku akan menemuimu lagi, Er-ge!" Zhan tak mau perduli, memilih segera ke ruang latihan.

○○○○○

    Wen Ning menatap pangeran ketiga dengan bingung. Semenjak beberapa saat lalu, setelah pangeran ketiga kembali dan membawa sebuah pedang aneh, sang pangeran tampak tidak fokus, kaligrafi yang dia buat beberapa kali salah, dan membuatnya kesal. Pada akhirnya, sekarang pangeran ketiga memilih duduk diam sambil memejamkan mata, Wen Ning berdiri tak jauh darinya, menjaga sang pangeran adalah tugasnya.

"A-Ning!"

"Saya, yang mulia pangeran?"

"Ayo kita berlatih pedang sekarang!"

"Bukankah, besok anda ada ujian praktik, sebaiknya anda beristirahat untuk ujian besok."

"Lakukan saja!"

"Baik, yang mulia!"

    Keduanya melangkah ke lapangan tempat dirinya biasa berlatih, di tempat itu ada sebuah pondok yang cukup asri, di sekelilingnya terdapat banyak pohon bambu. Zhan suka tempat itu karena tempatnya sepi dan dia bisa berkonsentrasi, suasananya begitu tenang, terdengar suara gemericik air dan suara burung berkicau di sekitar tempat itu.

     Zhan memang di sediakan tempat khusus oleh pihak akademi karena dirinya memiliki kualifikasi yang lebih dari murid lainnya. Zhan memang selalu mendapat nilai teratas selama 3 tahun dirinya berada di akademi Gusu. Sudah berapa kali Zhan menjadi juara, bahkan namanya saja sudah di kenal di akademi, bahkan di seluruh penjuru Yun Shen Buzhi Chu.

"Yang mulia pangeran ketiga, apa ada hal yang membuat anda kesal?" Wen ning bertanya, karena sejak tadi Zhan tampak tidak fokus saat mengayunkan pedangnya. Pedang yang saat ini dia pakai adalah Hui, pedang yang biasa dia pakai sebelumnya, bukan pedang Roh.

"Diam dan lawan saja!" Zhan mengayunkan pedangnya, di saat-saat seperti ini, wajah menyebalkan Yibo tiba-tiba terbayang di benaknya, dan seketika, Zhan menyerang membabi buta. Membuat Wen Ning kewalahan dan terpojok, untung saja saat itu, Huaisang datang dan menghentikan Zhan.

"Xiao Gongzi!" Zhan menghentikan pergerakkannya tepat saat Wen Ning sudah tersudut di bawah tekanan pedangnya.

"Ada apa?" Zhan menatap Huaisang dengan kesal.

"Apa anda ingin membunuh Kesatria Wen Ning?" Zhan menatap Wen Ning dan melihat kesatrianya itu sudah membungkuk di hadapannya.

"Jika hanya karena hal itu dia mati, berarti dia tidak pantas di sebut kesatria!" Zhan melangkah keluar dari tempat pelatihan, lalu meletakkan pedangnya di tempat biasa ia meletakkan pedang. Saat itu, tatapannya jatuh pada Han, pedang itu sudah kembali ke tangannya, tapi jika dia menggunakan Han tiba-tiba, maka akan banyak rumor lebih besar lagi nantinya.

"Eh?" Huaisang menatap Zhan bingung, lalu menatap Wen Ning.

"Ada apa dengannya?" tanya Huaisang bingung pada Wen Ning. Sang kesatria hanya menggeleng tidak tau.

     Zhan memejamkan matanya, memanggil Han dan keduanya kembali bertemu di sebuah padang rumput yang sangat luas. Han menatap Zhan dengan bingung, "setelah sekian lama, ternyata kau semakin tidak bisa mengendalikan emosimu!" Zhan membuka matanya. Rasanya, dia sedang dalam masa yang sangat tidak dia sukai.

"Berhenti menatapku!"

"Kenapa galak sekali, ada apa?" Zhan tak langsung menjawab, dia hanya mendudukkan dirinya di atas rumput, dulu saat berada di dunia paralel, dia sering tidur di atas rumput seperti sekarang. Dia ingin mengenang hal itu sekarang.

"Aku tidak memiliki Shin dan Shou sekarang, sekeras apapun aku mencoba memanggil mereka, tidak ada yang terjadi!" Han berjalan dan berdiri membelakangi Zhan, menatap hamparan rerumputan yang ada di tempat itu.

"Yang ku lihat saat ini, kekuatan sihirmu lebih dari saat kita bersama dulu, sehari nya mudah saja bagimu untuk membuat mereka lagi."

"Kenyataannya, aku tidak bisa melakukannya. Setiap kali aku mencoba, tidak ada yang terjadi!" Han mengangguk lalu memutar tubuhnya menghadap Zhan.

"Kau belum menemukan lawan yang bisa mengalahkanmu!" Zhan terdiam sesaat lalu mengangguk.

"Benar, sampai saat ini, aku belum sempat bertarung dengan lawan yang lebih kuat dariku."

"Itu artinya, kau harus mencarinya!"

"Saat berburu nanti, ayo kita cari lawan yang lebih kuat!"

"Kau akan membawaku?"

"Benar juga, itu sulit jika orang lain melihat ku tiba-tiba mengganti pedang. Lagi pula, Hui(nama pedang Zhan saat ini) sangat tidak cocok denganku!"

"Aku bisa melihatnya." Zhan terkekeh lalu duduk dari baringnya. Berdiri dan menatap langit.

"Aku akan memakaimu mulai saat ini, aku masih Tuanmu bukan?"

"Tentu!"

○○○○○

[BL] The Third Prince [YiZhan][TAMAT][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang