72.

75.9K 5.4K 556
                                    

Tubuhku terasa bergemetar.

Aku memeluk tubuhku sendiri, sampai kakiku meringkuk ke atas dadaku. Tapi entah, tubuhku tetap menggigil.

Bukan, bukan menggigil karena aku kedinginan, saat ini bahkan tubuhku tidak bisa merasakan apa-apa. Seperti layaknya, semua indraku menghilang begitu saja.

Aku tidak bisa melihat, pandanganku buram. Aku tidak bisa mendengar karena kupingku sedari tadi berdenging, apalagi tenggorokanku rasanya seperti menghilang, aku tidak sanggup berkata-kata.

Aku tidak bisa merasakan apa-apa, kecuali rasa sakit di hatiku.

Rasa sakit yang di timbulkan akibat dari perbuatan yang aku lakukan dulu, hingga bida membuat adik sepupuku tega melalukan itu. Aku semakin memeluk diriku sendiri, bahkan membayangkan dia melakukan itu, kembali membuat tubuhku semakin mengigil.

Sungguh, maksudku dulu bukan begitu. Aku menghembuskan nafasku panjang.

Butuh kekuatan besar bagi aku untuk bisa menarik tubuhku sendiri agar bisa terduduk di atas kasurku.

Dan ketika aku sudah duduk, pintu kamarku diketuk. Aku menoleh ke arah pintu kamarku yang tidak tertutup dan langsung menemukan Havi yang sedang bersandar di pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mitha udah balik ke hotelnya, sehabis menangis sama Ibu," kata Havi.

Aku menghembuskan nafasku lagi, seraya menutup mataku. Entah, tapi rasanya, aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

"Boleh masuk?" Tanyanya.

Aku mengulum bibiku, kemudian menarik selimutku sampai sebatas perut "hmm," gumamku.

Suara langkah Havi mendekat, lalu kemudian kasurku berderit saat ia duduk tepat di sebelah pinggangku.

"Kenapa lo gak bilang?" Adalah kalimat pertama yang bisa aku tanya kepada adikku itu.

Havi menghembuskan nafasnya "gw udah bilang kan, kalo gw gak mau ikut campur sama urusan lo. lagi pula, gw bukan burung hantu."

"Tapi gw gak akan merasa sebodoh ini seandainya lo cerita apa yang terjadi dari awal,"

Havi terdiam cukup lama. Mungkin ia sedang memikirkan perkataanku "terus sekarang perasaan lo gimana?"

Aku memegang perutku seraya menghembuskan nafasku panjang "gw gak tau,"

"Gimana sama Geralt?" Tanya Havi.

"Kenapa sama Geralt?"

"Ya lo tau, kalau he's doing this, because of you. Are you still gonna keep yourself in your room?"

Itu dia. Itu dia hal yang paling membuatku pusing dari semua hal. Bagaimana dengan perasaanku?

Apakah aku masih menginginkan Geralt?

Maksudnya, setelah Mitha cerita semuanya, aku bisa menyimpulkan kalau Geralt melakukan semua ini, menikah dengan Mitha, untuk aku, demi membela harga diri aku, yang sudah susah payah ku bangun. Apalagi, ternyata ia merahasiakam semua ini dari aku karena ia takut aku merasa kacau.

Dan dia benar.

Sekarang, setelah aku tahu semuanya. Aku merasa kacau. Dan juga bingung. Malah, setelah ku fikirkan lagi, alangkah lebih baiknya jika aku tidak tahu apa-apa.

Sekarang apa yang aku harapkan?

Meminta Geralt kembali kepada aku? Setelah aku memakinya dengan keras waktu itu, dan mengatakan kalau aku tidak mau bertemu dengannya lagi.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang