22.

67.7K 6.1K 114
                                    

"sumpah, Ren, sumpah!"

Serena terus saja menarik pergelangan tanganku, dan memaksaku untuk masuk ke dalam The Rizt carlton

Di sela-sela tarikannya aku berkata "Ren. Ini gedung besar banget, kemungkinan kita bisa ketemu dengan Etham itu satu banding seratus. Di tambah, Belum tentu orangnya ada,"

Sembari menarikku serena berkata "yang penting kita udah coba ke sini. Cepet buka tas lo!"

Serena melepaskan tas dari pundakku, kemudian menaruhnya di dalam keranjang untuk di scan oleh security. Begitu juga dengan tas Coach miliknya yang sedari tadi ia kempit di sela-sela ketiaknya.

Ketika aku dan Serena sudah berada di dalam Hotel. Serena tersenyum lebar sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Aku tidak bisa menolak untuk tidak memperhatikan kelakuan perempuan ini. Serena yang hari ini tampak sedikit aneh. Dengan blouse berwarna putih di tambah dengan blazer berwarna pastel, ia tampak sangat rapih.

Sangat aneh.

Aku mengkerutkan kening "lo jangan-jangan-"

"Iya, apapun yang lo fikirkan bener Jov," kata Serena sebelum aku selesai bertanya kepadanya.

Biasanya Serena tidak akan menggunakan Blazer, dalam rangka apapun. Ia sangat membenci baju luaran itu. Serena akan lebih memilih baju berenda yang sangat feminim ketimbang menggunakan Blazer yang terlihat formal.

Tetapi hari ini, ia dengan santainya memakai pakaian itu. Apa salah kalau aku mencurigai temanku sendiri? Dia pasti merencanakan sesuatu.

"Gw harus tampil rapih di depan Ethan Widjaya," kata Serena percaya diri. Seakan mendengar pertanyaan di dalam hatiku, tadi.

Aku mendegus. Sudah ku duga. Perempuan licik ini pasti akan melakukan segala hal, ketika berurusan dengan pria tampan.

"Dasar licik!" Kataku.

Serena terkekeh, kemudian mengapit lenganku erat "sekarang ayo kita tanya resepsionis,"

Aku menghembuskan nafasku "Ren. Lo bercanda, kan?"

"Enggak. Gw serius."

"Ren, gw udah bilang kan. Laki-laki itu- tidak. Semua orang di keluarga Widjaya itu sangat sibuk. Lo gak bisa mengharapkan bertemu orang seperti itu di sini, di hotel. Hanya karena Hotel ini punya dia,"

"Kapan lagi coba gw punya kesempatan untuk bertemu dengan Etahn Widjaya? Coba kita tanya dulu, siapa tau jodoh. Kalo jodoh kan gak kemana?"

"Hah?"

"Iya jodoh. Jodoh sama gw," lanjut Serena kemudian terkekeh.

Aku meringis geli ke arahnya, kemudian segera menyusul Serena yang sudah berjalan lebih dulu di depanku.

Kalau Ethan ada di sini aku harus ngomong apa?

Maaf karena aku membuka celana dalam aku di depan kamu?

Apakah malam itu kita tidur bersama?

Atau, apakah kamu mempunyai penyakit kelamin?

Aku menggelengkan kepalaku keras. Aku pasti sudah gila!

Yatuhan, aku mohon agar resepsionis itu mengatakan kalau Ethan tidak ada, atau apapun yang bisa mematahkan semangat Serena untuk memaksaku menemui Ethan.

Aku belum siap.

Jantungku sudah berdegup kencang ketika resepsionis dengan tag nama Linda itu tersenyum kepada Serena, dan mengatakan 'selamat datang' dan kata-kata sambutan lainnya.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang