76.

68.3K 4.8K 286
                                    

Serena memeluk tubuhku.

Dan aku memeluk tubuhnya tak kalah erat, usai keluar dari pintu bandara "I miss your earings," kataku, setelah mendengar anting-anting panjangnya berbunyi tepat di sebelah telingaku.

Rasanya hatiku seakan bebas, saat bisa mendengar suara anting Serena berkrincing lagi. Seakan-akan seperti, hidup lamaku telah kembali. Hidup penuh tantangan pekerjaan yang menyenangkan, sebelum aku mengenal embel-embel percintaan dari si duda kaya raya itu.

"Kangen banget juga sama lo," balas Serena sembari mengusap-usap punggungku dengan gemas.

Serena melepas pelukanku, kemudian ia mengapit lengan kananku dengan semangat seraya kami berjalan menuju ke arah di mana perempuan ini memarkirkan mobilnya di bandara.

"You're back!" Katanya antusias "Mas Dirga pasti kaget ngeliat lo di sini. Dia kan yang bangga-banggain banget pengen new yearan di Jerman sama lo,"

Ya, dan ujung-ujungnya aku yang malah kembali ke Jakarta bukannya dia yang ke Jerman.

Emang merki si Dirga!

Aku tertawa "kapan lo berdua libur? Kita harus makan bareng di Benedict,"

"Dua hari lagi, kayanya. Pak Beni lagi baik banget entah kenapa. Lo juga harus main-main ke kantor, Pak Beni pasti seneng,"

"Iya, nanti. Gw harus ngurus surat-surat dulu soalnya,"

"Surat-surat apa?"

"Gw mau balik lagi ke StarEnt,"

"Oh," Serena menoleh ke arahku "boleh sama 'your Man'?" Katanya dengan nada menyebalkan, berniat menggodaku.

My man? Hell.

Aku memutar bola mataku, masih terasa asing mendengar kata 'My Man' yang di mana bayangan aku selalu terpusat kepada laki-laki itu.

"Gak boleh sebetulnya. Tapi ya gitu..."

"Kali ini, hal gila apa yang lo lakuin?" Tanya Serena yang seketika saja langsung membuatku tersenyum.

"Gak gila. Gak. Cuman ancem dikit. Lo tau, gw cuman kebelet berak aja dia udah panik, dikira gw sakit apa gitu. Apalagi gw ancem,"

"Lo berani ngancem Geralt Widjaya?"

Aku tertawa lagi. Faktanya, adik sepupu aku sudah lebih dulu mengancamnya di banding aku.

Atau jangan-jangan dulu aku juga pernah mengancamnya?

"Dikit. Cuman ngancem soal tempat tinggal doang," kataku.

"Tempat tinggal? Lo pindah?"

"He ask me to move in,"

Serena membelalakan matanya terkejut "Dan lo mau?"

Aku mengangguk "kalo gw boleh kerja lagi sama dia. Abisnya, dikira tinggal sama dia itu resikonya gak gede apa? Bokap gw bisa ngamuk kalo tau gw niat tinggal sama mantan suami Mitha. Ya walaupun sekeluarga gw juga tau, si Mitha nikah cuman karena mau kuliah di Juilliard. Tapikan tetep aja, kesannya gw kumpul kebo."

"Padahal emang kumpul kebo." Timpal Serena kemudian ia mendengus sembadi tertawa "Eh tapi, ngoming-ngomong soal Mitha. Dia sekarang gimana?"

Aku mengedikan bahuku "sekolah kali. Sekarangkan belum musim libur,"

"Emang bener-bener deh. Dia sama sekali gaak ada otaknya apa? Bisa-bisanya dia ngegunain lo buat kepentingan dia. Lo gak marah gitu? Lo botakkin kek kepalanya, atau sekalian aja lo kasih dia racun tikus biar dia mati sekalian, anak kaya begitu buat apa sih di pertahanin hidup?"

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang