21.

71.8K 5.6K 103
                                    

Pov Geralt nanti di special chapter ya. Untuk sekarang, biarkan perasaan Geralt menjadi misteri dulu. Wkwkwk

Happy reading!!!

***

"Oh, karena itu,"

Aku menatap ke arah meja kerjaku kosong di saat Serena terus saja mengoceh setelah aku menceritakan semua hal yang terjadi kepada keluargaku. Tentang Geralt yang akan menikah dengan Mitha.

"Alasan kenapa lo bisa dapet berita-berita ajaib itu secara ekslusif, kenapa lo bisa wawancara GA, dan kenapa lo bisa dengan santainya membawa berita tentang Ethan Widjaya kepada pak Beni kemarin. Sekarang gw udah mengerti."

Serena mengkerutkan keningnya "Tunggu, GA seorang Widjaya? The Widjaya Corp. Yang gedungnya, baru jadi di jalan protokol?"

Aku menghembuskan nafasku panjang. Masih tetap menghiraukan ocehan-ocehan Serena. Dengan tetap menatap meja kerjaku kosong, persis seperti mayat hidup.

"Dan setelah semua hal yang terjadi, lo bilang apa tadi? Mau bunuh diri?" Serena menggelengkan kepalanya sembari berdecak. Suara gemercik dari anting Serena, terdengar kala wanita itu menggeleng.

Aku menghembuskan nafasku lagi. Sudah satu bulan aku kurang tidur, kantung mata ku yang memang sudah hitam, bahkan tambah  menghitam lagi karena mataku tidak ku pakai untuk tidur dengan benar.

Serena menepuk bahuku keras "Jov. Sadar! Lo ini lagi ketiban durian runtuh, kenapa wajah lo sangat mengerikan?"

"Mana ada orang ketiban durian wajahnya seneng? Sakit Ren, sakit. Bonyok," kataku malas.

"Jov. Coba fikirkan, adik sepupu lo adalah calon istri GA. Dan GA adalah saudara sepupu Ethan Widjaya, yang apparently, kemarin lo sudah berkenalan dengan dia. Apa lagi yang lo fikirkan? Tidak ada yang tidak menarik dari berita tentang keluarga Widjaya. Dan lo bisa dengan santai mewawancarai mereka," kata Serena santai, seakan-akan membuat janji temu dengan orang-orang itu adalah perkara mudah.

Aku memejamkan mataku. Lalu mulai menjambak rambutku keras, aku mengerang sembari menghentakan kaki ku kesal.

"Gw bisa gila Ren. Gila?" Kataku di sela-sela aktifitas menjambak rambutku.

Serena menangkap tanganku yang berada di rambut "Jov! lo kenapa sih?" Kata Serena luar biasa bingung.

Aku menggelengkan kepalaku, ingin menangis rasanya saat ini "gw gila Ren. Mau mati aja," kataku merengek, persis seperti anak kecil yang memaksa ibunya untuk membelikannya sesuatu.

"Jov, kenapa sih lo gak ada bersyukurnya? Lo itu udah di kasih kesempatan-"

"Gw menhinginap di hotel Sheraton bersama GA," selakku cepat sebelum Serena kembali mengoceh.

"Apa?"

"Malam itu gw mabuk Ren. Sehari sebelum gw mewawancarai Ethan Widjaya. Dan gw membuka celana dalam gw di depan dia,"

"Ap-"

"Celana dalam Ren!" Selak ku lagi, dengan nada masih tidak percaya dengan apa yang aku lakukan waktu itu.

Serena tidak menjawab pernyataanku. Wajahnya tampak sangat terkejut dengan kedua bola mata yang ia buka lebar-lebar.

"Lo udah gila!" Kata Serena.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang