Up jam segini nihh.. sebelum entar. sore wattpad maintenance.
Boleh kali di vote duluuu 👇👇
***
"kita mau kemana?"
Geralt yang sedang duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah kananku berkata dengan santai "bandara,"
Aku mengigit bibirku, menahan supaya tidak tersenyum.
Apakah kita benar-benar akan terbang? Maksud aku keluar negri? Dan tanpa persiapan apapun.
"Kita benar-benar akan terbang?" Tanyaku masih tidak percaya.
"Ya, tentu saja." balas Geralt
"Kenapa tidak tetap di Jakarta saja?"
Geralt menoleh ke arahku, "aku punya sedikit waktu luang,"
Wajahnya mendekat kemudian ia menepuk kepalaku satu kali kali dengan sebelah tanganya lalu mengusapnya sayang,
"Dan perlu kamu tahu kalau aku menculik kamu, untuk aku bawa kabur dan, tidak akan aku pulangkan. Kalau kita tetap di Jakarta, kamu pasti memaksa ingin pulang, dan membuang beberapa waktu yanh seharusnya bisa aku habiskan bersama kamu,"
"Kenala tidak tinggal di hotel," kataku.
"Hampir semua hotel dengan standar yang menurutku pantas, adalah milik Ethan dan ayahnya. Aku tidak mau mereka melihatku dengan kamu di sana,"
Aku menaikan alisku "oh?"
Geralt menggeleng "Bukan karena aku tidak mau dilihat sedang bersama dengan kamu. Tapi aku yakin Ethan pasti akan terus menggangu waktu aku dengan kamu, kalau dia sampai tahu,"
Oke, masuk akal.
Aku fikir dia malu dilihat bersama dengan aku. Ya tidak salah juga, karena secara teknis status Geralt masih menjadi calon suami Mitha. Jadi akan terasa sangat aneh jika ia terpergok sedang bersamaku, seperti waktu itu.
Aku menganggukan kepalaku mengerti "kenapa aku tidak menginap di apartemen mewah kamu saja? Aku sama sekali tidak keberatan malahan,"
Geralt menghembuskan nafasnya "Jovie..." Tegurnya
"Apa? Aku hanya bilang. Apartemen kamu sangat bagus. Aku yakin banyak hal yang bisa kita lakukan di sana," kataku benar-benar tidak bermaksud apa-apa.
Tapi kemudian Geralt menatapku aneh. Iya, dia tersenyum dengan sebelah alis yang di angkat.
Terlihat sangat menyebalkan.
"Maksud aku. Kita bisa marathon film dan bermain."
"Bermain?" kata Geralt menggodaku.
"Ya, kenapa kita tidak tetap di Jakarta Saja?"
Geralt menghembuskan nafasnya pelan "kenapa kamu tidak berhenti bertanya saja,"
Aku mengangkat kedua bahuku "Aku bahkan tidak membawa pasport,"
"I can handle that," kata Geralt pongah.
Sekarang apa?
Apakah dia ingin pamer kalau ia juga bisa berkuasa di negara orang lain? Kalau di Asia, Geralt mungkin bisa.
Tapi Eropa?
Amerika?
"Aku juga tidak membawa satupun baju," lanjutku, mengingatkan Geralt kalau tadi ia sama sekali tidak membiarkanku pulang, bahkan barang sedikitpun, sekedar untuk pamit kepada ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfeliĉa
Romance(COMPLETED) . . Lucu. Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuh...