30.

68.4K 5.8K 81
                                    

Haiii!!!!
Sesuai janjii, aku up lagi hari ini...

Sebelum baca aku mau bilang makasih banyak buat kalian yang udah kreatif-kreatif banget bikin wish buat aku.

Ada yang pake bahasa jawa, ada yang doain dapet jodoh, sehat-sehat, dan yang lainnya yg bikin ngakak banget.

Jujur aku seneng banget, bisa interaksi sama kalian semuaa. You guys made my day banget.

Aku nulis part ini khusus buat kalian-kalian semua...

Thank you so much. Pokonya deh ❤️❤️

Hapyy reading!!!

***

"Ms. Jovelyn Nitidisastra,"

Aku mendongakan pandangku dari ponsel yang sedari tadi kumainkan, lalu menatap ke arah perawat yang barusan memanggil namaku.

Aku berdiri, dan ketika si perawat melihatku, dia tersenyum dan melambai. Suster Novi namanya, orang yang selama tiga tahun ini membantuku selama aku check up ke rumah sakit.

Sejujurnya, aku paling malas untuk Check up keadaan ku di rumah sakit. Padahal hanya setahun dua kali. Tetapi rasanya, untuk melangkahkan kakiku kembali kepada bangunan berbau karbol itu saja, rasanya aku malas sekali. Apalagi untuk menunggu giliran di periksa dan mengantre di apotek.

Aku lebih baik di suruh begadang di rumah.

"Jovlyn, apa kabar?" kata Suster Novi seraya memegang bahuku sayang.

Aku menunduk, menatap ke arah Suster Novi yang tingginya jauh di bawahku. Badannya pendek, tubuhnya sangat mungil, dan wajahnya super manis. Menurutku, suster Novi lebih cocok bekerja di bidang entertain di bandingkan bekerja sebagai suster seperti ini.

"Baik, sus," kataku seraya tersenyum.

"Check up kemarin kenapa enggak dateng? Dokter David nungguin loh sampai malam,"

"Oh ya?" Kataku pura-pura tertarik. Padahal sejujurnya aku tidak perduli.

Suster Novi membuka pintu ruangan periksa dengan papan nama 'dr. David W. Rahardjo' yang di pajang persis di tengah-tengah pintunya.

"Dok, pasiennya," kata Suster Novie, ketika ia baru melangkah satu kali ke dalam ruangan.

Aku ikut melangkah masuk, di balik tirai putih yang di ikat di pojok sebelah kiri, aku melihatnya tersenyum ke arahku.

Dokter David berdiri dari kursinya kemudian menghampiriku "Jovie," katanya.

"Jovelyn," kataku mengkoreksi.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang