34.

86.6K 6.5K 68
                                    

Aku mengetuk mejaku.

Dengan pensil yang ujungnya masih rata, karena belum ku raut barang sedikitpun. Pandanganku kosong mentap ke arah laptopku yang sedang menampilkan tulisanku yang belum selesai ku edit. Atau belum ku edit sama sekali.

Aku mengetuk meja kerjaku lagi.

Pada jam kerja seperti ini, di saat semua orang sedang mengerjakan pekerjaanya. Di saat semua orang hilir berjalan di sekitarku. Aku hanya mampu untuk terdiam sembari memikirkan beberapa kejadian yang terjadi kepadaku belakangan ini.

"Jov, card reader lo masih bagus?" Tanya Serena yang sedang sibuk, entah mengerjakan apa.

Aku mengangguk "masih," 

"Pinjem," kata Serena.

Aku menatap ke arah mejaku. Mencari kemudian mengambil barang yang tadi di sebutkan oleh Serena, dan memberikannya kepada perempuan itu.

Aku bukanya munafik.

Mengatakan tidak suka kepada Geralt, padahal sejujurnya aku tergila-gila kepadanya. Bukan. Bukan seperti itu. Aku bersumpah aku tidak melakukan itu. Aku juga bukannya tergila-gila dengannya.

Tapi entah bagaimana, sekarang malah terlihat seperti itu.

"Jovie!" Tegur Serena.

Aku bergumam menjawab perempuan itu dengan malas "hmm,"

Awalnya aku memang tidak menyukainya. Atau aku yang menganggap seperti itu. Tetapi, setelah Geralt menciumku, sku baru sadar kalau aku sudah sangat tertarik kepadanya, bahkan mungkin dari sebelum aku mengenalnya.

Maksudku, siapa yang tidak tertarik kepadanya? Orang butapun pasti akan tertarik kepadanya, bahkan dengan hanya mendengar suaranya.

Serena berdecak "Lo denger gak sih tadi gw minta apa?"

"Card reader, kan?" Kataku. Tetapi tatapan mataku masih menatap kosong ke arah laptopku.

"Iya!" Kesalnya

"Terus masalahnya dimana?" Kataku. Menanyakan alasan kekesalan Serena kepadaku.

"Masalahnya, lo ngasih gw botol minum, bukannya Card Reader!" Kata Serena.

Aku menghembuskan nafasku kemudian memutar kursi kerjaku menghadap ke arah Serena.

Masa sih aku memberikanya botol minum?

Serena sedang berkacak pinggang, dengan sebelah tangan yang sedang memegang botol minumku. Sebelah alisnya naik satu, ketika menatapku.

Aku menghembuskan nafasku lagi. Oh, ternyata aku memang salah. Aku kemudian hendak mengamb botol minumku yang sedang ia pegang.

Tetapi, alih-alih memberikannya kepadalu, ia malah menaruh dengan kencang botol minumku itu, tepat di atas meja kerjaku.

"Lo Semakin lama, semakin aneh," kata Serena.

"Apalagi sih Ren," kataku lelah.

"Ya lo, aneh. Sadar gak sih, Sifat lo beberapa hari ini tuh, kaya bocah remaja labil?"

Aku menyenderkan punggungku seraya mendongakan kepalaku lelah "lo mau apa sebenernya Ren," kataku lesu.

"Lo masih nanya gw mau apa?" Tanya Serena dengan nada tidak percaya.

"Lo mau denger cerita lanjutan temen gw? Itu?" Tanyaku, menebak-nebak

Serena berdecak lagi. Ia mendengus, menatap langit-langit untuk sepersekian detik, kemudian menatapku kesal.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang