25.

88.8K 6.9K 34
                                    

Ayo di Voteee!!!!!!! 👇👇Sebelum lupaaa!!!!
Hehehe luv❤️ buat kalian semua!
.
.
Happy reading🤗

***

"Mitha belum datang,"

Aku yang sedang memakan cemilan kering yang berada di dalam toples, menolehkan kepalaku ke asal suara dengan alis yang berkerut dengan sempurna.

"Hah?" kataku.

Roselin mengedikan bahunya kemudian ikut mengambil beberapa potong cemilan kering dari dalam toples yang sedang ku pegang.

"I know. Ngomong-ngomong baju lo bagus," kata Roselin.

Aku melihat bajuku sekilas kemudian lasngung menggelangkan kepala. Sekarang bukan saatnya untuk membahas tentang baju yang kemarin di berikan oleh Geralt.

"Udah coba lo telfon?" Tanyaku.

Roselin mengusap-usapkan jarinya, guna menyingkirkan sisa remah-remah yang berada di jari-jarinya lalu  menggeleng

"handphonenya gak aktif,"

Aku melihat jam di pergelangan tanganku, jam empat sore. Kemudian dengan tergesah, aku mengeluarkan ponsel dari Clutch yang sedari tadi ku jepit di sela-sela ketiakku.

Tiga kali ku coba menghubungi nomor Mitha, namun tiga kali juga aku harus mendengar suara khas dari operator sim card miliknya.

Aku berdecak,

Lima belas menit lagi, kita akan berangkat ke mansion keluarga Geralt. Dan kemana anak itu sekarang?

"Bibi Cathrine sudah datang?" Tanyaku kepada Roselin, menanyakan keberadaan orang tua Mitha.

"Udah, itu di depan sama Oma,"

Aku benar-benar tidak mengerti dengan Mitha. Apakah dia tidak tahu jika pertemuan keluarga ini ada karena dirinya?

Apakah dia menganggap hal ini hanya sebagai lelucon? Maksud aku, aku tahu Mitha masih anak-anak, dan fikirannya masih liar seperti kebanyakan remaja seumurnya. Namun, harusnya dia tahu jika hari ini adalah hari yang penting.

Apa yang akan keluargaku katakan jika nanti keluarga Widjaya menanyakan keberadaan Mitha? Keberadaan calon istri Geralt.

Yatuhan!

Pergi kemana dia? Apa jangan-jangan dia pergi ke sana? Ke tempat itu?

Aku menghembuskan nafasku berat "Rose, tolong bilang ke Oma kalau gw akan datang terlambat,"

"Lo mau kemana?" Tanya Roselin cepat sembari memegang lenganku.

"Mencari Mitha." Kataku "dan tolong katakan kepada Oma kalau Mitha akan datang bersama dengan gw,"

***

Aku berlari cepat. Dengan tergesah aku menarik keras pintu masuk gedung Aula Simfonia Jakarta, kemudian berlari lagi untuk bisa sampai ke ruang auditorium dengan cepat.

Aku melihat ke kiri dan kekanan, keseluruh penjuru ruang auditorium yang sangat besar. Lalu aku menghembuskan nafasku lega, ketika aku melihat Mitha berada di sana.

Dia, Paramitha berdiri di sana dengan gaun merah muda super formal, yang sangat ku yang kini dipakai olehnya, karena paksaan bibi Cathrine.

Aku tersenyum, nafasku benar-benar memburu. Aku sudah berlari kurang lebih tiga kilo meter, hanya untuk mencari anak remaja menyebalkan ini.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang