18

71.7K 6.1K 49
                                    

Ga pake koreksi. Rampung langsung upload. Mohon maap kalo ada kata yang terbolak terbalik dan sebagainya wkwkwk 🙏

Happy reading Y'all!!! ❤️

***

Aku menaruh gelas.

"Apa semua orang di keluarga kamu memang seperti itu?" Tanyaku kepada Ethan yang sedang menuang wiski di gelasnya.

"Seperti apa?" Kata Ethan.

"Semena-mena, dan tidak perduli," kataku sedikit berapi.

Ethan menarik sudut bibirnya sedikit sebelum ia meminum satu sloki wiskinya. Ia berdeham "kenapa?" Tanya Ethan santai, seakan-akan pertanyaanku seperti lelucon.

Aku memutar kursi bar yang sedang ku duduki, jadi menghadap ke arah Ethan yang jasnya sudah ia buka, menyisakan kemeja dan rompi Brioninya yang masih kelihatan rapih.

"Kenapa?" Kataku tidak percaya "sepupu kamu baru saja membiarkan aku di usir oleh ayah kamu. Di mana aku sama sekali belum makan sedari siang tadi, bersama kamu. Dan tadi aku baru saja makan tiga sendok. Tiga sendok Ethan, dan aku di usir?"

Ethan menuangkan wiskinya pada slokiku "jadi kamu marah karena kamu belum selesai makan? Not because he just ignore you?"

"Tentu saja! For god sake! Aku tidak membawa uang sama sekali. Dan sekarang aku masih lapar,"

Aku meminum habis wiski di slokiku ketika Ethan mulai terkekeh singkat. Aku mengernyit ketika cairan panas tersebut menghantam keras tenggorokoanku. Sementara Ethan menggelengkan kepalanya dua kali kemudian alisnya ia angkat.

"Pesan saja makanan kamu disini," kata Ethan.

"Tidak ada makanan berat di Bar, Widjaya,"

"Tidak ada yang pernah menolak perintah aku, Nitidisastra,"

Benar.

Aku memutar bola mataku kemudian menhembuskan nafasku panjang.

Aku lupa

Widjaya. Bukan hanya semena-mena dan tidak perduli, tetapi keluarga kaya raya ini, juga sangat sombong dalam memamerkan kekuasaannya.

"Jadi mau makan apa?" Kata Ethan "aku juga belum makan malam,"

Aku mengibaskan sebelah tanganku di udara "terserah lah. Yang penting masih cocok dengan minuman ini," kataku lalu menunjuk botol wiski Ethan.

"Terserah, yang benar-benar terserah?" Tanya Ethan memastikan.

"Iya terserah yang benar-benar terserah,"

Satu hal. Ketika aku bilang terserah, itu artinya aku memang tidak menginginkan hal spesifik apapun, tidak bermaksud untuk membuat lawan bicaraku seketika menjadi cenayang. Jadi ketika apapun itu di berikan kepadaku secara acak, aku tidak akan protes dan sebagainya seperti kebanyakan perempuan

Ethan mengiyakanku, lalu menoleh ke arah bartender kemudian segera memesan makanan yang tidak begitu jelas ku dengar nama makanannya.

"Jangan protes ketika makanannya datang,"

"Ya, ya," kataku sembari meminum satu sloki wiskiku lagi, setelah menuangkannya ke dalam gelas.

Dua kali hantaman cairan panas itu terasa di tenggorokanku, dan aku masih merasa baik-baik saja.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang