73.

59.1K 4.9K 429
                                    

Happy reading!!!
.
.
.

***

"Dave, jangan bercanda,"

Aku menghembuskan nafas panjang "muka kamu pasti sakit kan? Kenapa sih gak mau di obatin dulu?"

Dokter David terkekeh "Thank you, for your kind gesture, but I'm fine Jovie,"

Aku melangkah mendekat ke arahnya, memperhatikan wajahnya dengan sangat serius, kemdian menghembuskan nafasku sangat panjang.

"Fine?!" Tanyaku, kemudian menggelengkan kepala "Kamu pasti bener-bener Gila,"

Aku tahu Dokter David berbohong. Memar di wajahnya jelas tercipta bukan karena ia terbentur. Aku tahu kenapa wajah Dokter David bisa seperti itu. Tapi entah, aku memilih abai dan tidak mau menebak-nebak.

Suara panggilan pesawat yang akan di naiki oleh Dokter David terdengar di seluruh penjuru airport, dan aku tahu kalau sekarang sudah waktunya dokter David untuk berangakat ke Jakarta.

"Jovelyn," panggilnya

"Iya, pesawat kamu. Hati-hati di jalan ya," kataku, kemudian tersenyum.

Dokter David tampak sedikit aneh ketika aku melihatnya, kemudian tanpa aku sangka ia melangkah mendekat ke arahku, sangat amat dekat hingga kening kami bersentuhan. Tangnnya kemudian menyentuh pinggangku dan menarikku mendekat

"Dave!" kataku tercekat.

"Sebentar, please," katanya sembari memejamkan matanya hikmat.

Aku menghembusakan nafasku sedikit gugup, ketika orang-orang memandang ke arah kami "Dave orang-orang-"

"Do you want me?" Tanya Dokter David.

"Apa?"

"Apa kamu mau aku tetap tinggal di sini, menemani kamu?" Tanyanya terdengar tercekat.

"Kamu gak jelas deh,"

"Aku dengar semuanya dari Ibu tadi. Kalau kamu mau aku disini, aku gak akan berangkat,"

Aku menghembuskan nafasku panjang "Dave," panngilku "i know, aku sedang merasa kacau,"

"Perbuatan yang anak itu lakukan keterlaluan, Jovie,"

"Aku tahu. Perbuatan Mitha, membuat aku kembali mempertanyakan diri aku sendiri. Apakah aku layak mendapatkan semua perhatian ini? Apakah seharusnya aku menyerah? Semua berputar di benak aku, dan aku merasa akan gila kalau saja aku terus berhelung dengan pemikiran-pemikiran itu. Maksud aku life must go on, dan aku sedang mencobanya. Aku tidak mau seperti ini terus. Aku sadar, walaupun sulit, tapi aku harus melawan perasaan ini, supaya aku bisa terbebas beban yang sudah lima tahun lebih ini ku pikul. Supaya aku bisa hidup tenang."

Aku tersenyum "Itu artinya, bukan berarti kamu juga harus ikut aku kaya gini. Maksud aku, kamu punya hidup kamu sendiri. Aku juga punya. Biarkan aku menyelesaikan masalah aku dan hati aku sendiri, aku enggak mau membebani orang lain lagi. Kamu mengerti? Untuk sekarang, aku bisa mengatakan kalau aku baik-baik saja. Aku tidak akan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri aku sendiri,"

Dokter David tersenyum, kemudian ia menghembuskan nafasnya lega "Thank you,"

Aku mengkerutkan keningku, tidak mengerti kenapa dia malah berterima kasih kepadaku.

"Buat?" Tanyaku

"Untuk tidak merasa sedih,"

Aku mengkerutkan keningku semakin dalam "iya?"

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang