"ngapain sih bohong?"
"Lo serius, balik dari Survey trip kemarin sakit?" Kata Serena tidak yakin.
Aku mengangguk walapun aku tahu kalau Serena tidak bisa melihatku di sebrang telefon sana "iya,"
"Udah ke dokter? Lo mau gw izinin ke pak Beni?" Tanya Serena.
"Mau,"
Suara kerincing terdengar di telingaku. Serena barusan pasti habis mengangguk "Temperatur lo berapa?"
"Tiga sembilan koma berapa gitu. Hampir empat puluh kayanya,"
"Hah!" Pekik Serena. "Lo sakit beneran? Ntar gw jenguk ya, mau di bawain apa?"
"Gak usah Ren. Gw cuman demam. Besok paling udah enak," kataku seraya memeluk gulingku di kasur.
"Enggak-enggak. Entar sore gw ke rumah lo. Gw bawain Garlic Cheese bread kesukaan lo ya..."
Aku menghisap ingusku masuk "Gw di rumah Oma,"
"Ohh," Serena berdeham "gak jadi kalau gitu deh, gw kirim pake ojek online aja ya," kata Serena sedikit lemah.
Aku tersenyum, membayangkan wajah mengkerut Serena. Dia pasti malas mengunjungiku kalau aku di rumah Oma, bukannya apa hanya saja ia malas bertemu dengan Thea.
"Baik-baik lu ya di rumah. Obatnya di minum, antibiotiknya di abisin. Jangan nanti pas udah enak, antibiotiknya gak di abisin," kata Serena, persis seperti seorang ibu yang sedang menasihati anaknya.
Aku memutar bola mataku malas "iya mah," candaku.
Suara kerincing kembali terdengar "trus soal meeting hari ini gimana? Lo udah dapet materi kan? Mau gw gantiin aja? Ntar gw bilang pak Beni deh,"
Aku mengkerutkan keningku "hah? Meeting?"
"Iya. Lo gak tau?"
"Enggak,"
"Hari ini padahal meeting bareng perwakilan the Widjaya Corp. Mulai minggu depan perusahaan kita kerja sama. Gw fikir lo tahu, ya soalnya kan, kemarin lo yang bantu di awal, makanya lo bisa ikut survey trip, "
Aku menggit bibirku gugup.
Serena tidak tahu saja, kalau trip kemarin, bukannya Survey. Aku malah melakukan hal lain bersama dengan Geralt, dan sama sekali tidak membahas soal pekerjaan.
"Kerja samanya tau. Tapi emang secepet itu? Dan meeting banget hari ini? Kok gw gak di kabarin?" Tanyaku.
"Nah makanya. Gw kira lo tau. Gw fikir lo udah gila karena berani izin di hari kaya gini,"
Aku medudukan badanku di atas kasur "apa gw masuk aja? Meetingnya jam berapa? Dapet bocoran gak, siapa aja yang ikut meeting,"
"Kayanya cuman Bu Vika, Pak Beni, mas Irwan, beberpa direksi, dan lo. Selebihnya orangnya Widjaya Corp,"
"Gw masuk aja deh. Yang penting absen, gak enak sama bu Vika,"
"Jangan gila deh Jov. Yang ada, bukannya sembuh lo malah makin sakit kalau di paksain kerja,"
"Tapi Ren,"
"Nanti coba Gw tanyain pak Beni. Bisa gak kalo lo gw yang gantiin hari ini,"
Aku menghembuskan nafasku "sumpah gak enak Ren. Mana minggu depan gw cuti sebulan, gw masuk aja deh,"
Serena berdecak "Jov. Sekali-sekali deh, lo perduli sama keadaan lo sendiri. Kalau nanti lo gak dateng rapatpun, gak akan terjadi apa-apa di sini. Meeting akan tetap berlangsung, begitu juga dengan kerjasamanya. Lagian juga lo kan kenal sama bosnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfeliĉa
Romance(COMPLETED) . . Lucu. Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuh...