4

102K 8.3K 78
                                    

Yo all!! Happy reading...

Don't forget to vote. Love y'all!!!

***

Aku tidak menyangka.

Dua minggu setelah aku memuat tulisan wawancaraku dengan Geralt di dalam majalah. Tulisan itu, menjadi perbincangan besar di mana-mana. Di tambah beberapa artikel, banyak yang mengutip tulisanku di dalamnya, dengan headline

'GA, melakukan langkah bisnis yang sangat fantastis'

'Tidak di sangaka, ini yang di lakukan GA kepada perusahaan plastik yang di belinya.'

'GA untung besar'

Rating majalah di perusahaan tempatku bekerja, seketika melonjak tinggi. Belum lagi lonjakan sahamnya yang tidak terbayang. Hanya dengan menjual nama dengan dua suku kata saja- GA. Bisa membuat seluruh saham perusahaan menjadi melonjak tinggi.

Aku berdecak sembari menggelengkan kepalaku kagum. Bukannya apa, aku hanya membayangkan, pasti tahun ini bonusku besar.

"Mantab, Jov. Tulisan lo laku keras. Kantong akhir tahun, alamat tebel ini mah," kata Serena teman sepekerjaanku, sembari menyenggol bahuku dengan bahunya.

Aku menaikan kedua alisku secara bergantian seraya tersenyum jenaka ke arahnya.

"Makan-makan lah Jov. Masa rezeki gede begini ga di bagi-bagi. Gw kan juga mau gitu ngerasain makan di restoran mahal," canda Serena bak orang tidak mampu,

Padahal keluarganya mempunyai beberapa cabang restaurant bintang lima, dengan harga selangit. Atau seperti kata Serena tadi. Restoran mahal. Aku sendiripun baru pernah makan satu kali di restoran milik keluarganya itu

"Boleh, tapi di restoran bokap lo ya. Lumayan dapet diskon tigapuluh persen,"

Serena berdecak "ya, mending gw makan sendiri, Jov. Gratis, gak usah bayar,"

"Itu tau,"

Mas Dirga, yang juga berada satu ruangan denganku, menggeser kursi kerjanya mendekat ke arah mejaku, "ngomong-ngomong diskon Jov, benedict ada potongan empat puluh persen loh, besok. Lo gak ada niatan buat lunch bareng gitu besok?"

Bunyi krincing terdengar dari arah Serena ketika perempuan itu menganggukan kepalanya dengan cepat. Bunyi khas dari anting rame milik Serena.

"Nah, pas banget. Besokkan, gak ada jadwal lapangan tuh. Mending kita kongkow manjah di Benedict. Gw di pesenin teh sama biskuit aja udah seneng loh," kata Serena.

Aku memutar bola mataku malas. Bukannya pelit.  Masalahnya, dapat uang bonus juga belum, masa udah mau ria?

Aku hendak menolak ajakan Mas Dirga dan Serena kembali, tetapi perkataanku lebih dulu di sela oleh managerku yang tiba-tiba saja muncul di dalam ruangan.

"Heh. Gak ada kongkow-kongkow. Besok ada klien buat di wawancara dateng ke kantor. Gw mau lo lo pada, hadir di sana dan catet apapun yang bisa lo semua catet,"

Puji syukur ku panjatkan kepada pak Beni yang muncul di waktu yang tepat.

"Eleuh si bapak. Gak bisa gitu liat anaknya seneng dikit," dumal Serena. Yang sudah sangat di maklumi oleh pak Beni, selaku manager senior di sini.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang