5.

98.1K 8.8K 306
                                    

Jadi, karena permintaan salah satu reader aku yang baik hati, yang udah nyempet-nyempetuin komen di part sebelumnya.

Aku double up!!!! Yayyy!!!

Seneng banget kalo ada yang respon loh aku Btw. Wkwkwk.

Happy reading all. Jangan lupa klik tombol bintang di bawah dulu sebelum baca 👇 oke?

Love Y'all!!! ❤️

***

Aku berkedip cepat.

"Gimana?" Tanyaku pada pak Beni. Ketika aku sama sekali tidak mengerti satupun perkataan yang di keluarkan olehnya.

"Wawancara Ekslusif, Jov. Dengan Geralt!!" Ucap pak Beni untuk kesekian kalinya dengan berapi-api.

Aku berkedip cepat lagi. Masih tidak mengerti dengan perkataan pak Beni.

Geralt? Maksudnya Geralt yang itu?

"Geralt siapa?" Tanyaku memastikan. Pasalnya, jika aku salah-salah bicara, dan secara tidak sengaja membocorkan nama seseorang . Bisa tamat hidupku.

"Geralt, Jovie. Geralt widjaya. G.A. Masih kurang jelas?"

"Apa!?" Aku terkejut.

Pak Beni untuk kesekian kalinya menghela nafasnya lelah "Bapak gak mau ya, ngulang penjelasan itu lagi,"

Aku menggelengkan kepalaku keras "maksudnya, Geralt yang itu. Yang tadi datang ke kantor?"

"Iya, Jov. Aduh capek deh ngomong lama-lama sama lo,"

"Gimana bisa pak!?"

Bukannya menjawab pak Beni malah menyerahkan satu set perekam canggih di dalam kotak kepadaku secara kasar.

Aku menatap ke arah kotak tersebut, kemudian menatap ke arah pak Beni lagi. Pak beni berdiri sembari berkacak pinggang di hadapanku, Kentara sekali jika dia benar-benar kesal denganku sekarang.

"Udah, mending sekarang lo turun. Samperin pak Sardi di parkiran, dan berangkat ke hotel Mulia. Terus lo bisa tanya sendiri kenapa dia minta wawancara Ekslusif dengan lo. Hanya dengan lo,"

"Sekarang?"

"Iya sekarang! Udah deh sana. Sebelum bu Vika ke sini dan marah-marah sama lo gara-gara lo belom pergi sekarang juga, dan berakhir datang terlambat," ucap pak Beni sembari mendorong punggungku untuk segera keluar dan menghampiri pak Sardi di parkiran kantor

"Tapi aku masih belom paham gimana-gimananya pak. Pertanyaannya, tempat pastinya, aku gak tau semuanya. nanti kalo aku salah-salah ngomong gimana?" Kataku di sela-sela pengusirannya.

Memang secara teknis aku sudah mengenal Geralt. Namun, bukan berarti aku bisa seenaknya saja datang dan mewawancarainya macam-macam, kan?. Aku masih butuh perencanaan matang untuk pertanyaan-pertanyaanku, agar nantinya tidak membuang-buang waktu.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang