44.

78.4K 5.9K 52
                                    

Aku mendongakan kepalaku.

Dan langsung menemukan Dokter David yang tengah memandangiku, yang kuyakini sudah ia lakukan semenjak, aku sedang mengisi berkas-berkas yang dia berikan, duapuluh menit yang lalu.

"Kenapa?" Tanyaku kepada Dokter David.

Dokter David tersenyum ke arahku. Matanya tertutup semua ketika tersenyum, sehingga membuat garis matanya terlihat tajam.

"Kamu sedang makan malam dengan saya," kata Dokter David.

Aku menatapnya sedikit bingung "ya iya. Emang kita lagi ngapain?"

Dokter David menggeleng "bukan, maksud saya. Kamu jarang sekali setuju jika saya ajak makan. Dan sekarang kamu sedang bersama saya, makan malam,"

"Oh," kataku, kemudian kembali melihat berkasku. Berusaha abai dengan tatapan intens Dokter David yang sedari tadi menemaniku.

Bukannya aku tidak mau di ajak makan oleh Dokter David, bukan juga aku bermaksud untuk bersikap acuh kepada orang yang selama ini membantuku menyembuhkan luka di tubuhku ini.

Yang kata beberapa orang, aku tidak punya rasa berterimakasih kepadanya.

Namun, yang membuatku malas adalah, ini. Aku sedikit risih dengan tatapannya itu. Buakannya bermaksud menghina, Ia tidak jelek, tidak sama sekali, tubuhnya tinggi dan wajahnya cenderung manis malahan. Tipe, orang indonesia sekali.

Tapi sekali lagi, aku katakan kalau aku risih.

Saat ia menatapku, rasanya seakan ia sedang menatap lukaku yang menyeramkan itu. Aku tidak suka.

Aku menghembuskan nafasku panjang, kemudian mendongakan kepalaku lagi "Dok," kataku.

Dokter David tersenyum "hmm..."

"Jangan liatin saya," kataku cepat.

"Memangnya kenapa?"

"Saya risih,"

"Saya enggak,"

Aku berdecak malas. Ingin rasanya aku buru-buru menyelesaikan berkas ini, dan kembali ke rumahku untuk tidur, tetapi rasa-rasanya tidak mungkin.

Berkasi ini penting untuk keberlangsungan hidupku.

Aku mengucak hidungku, kemudian menarik lendir hangat yang sedari semalam sudah menggangu hidungku.

"are you oke?"

Aku mendongak lagi dan menatap ke arah Dokter David, dari berkas yang lagi ku isi.

"Ya," Kataku singkat.

sebetulnya kepala aku sangat sakit. Tetapi sumpah demi Tuhan, keadaanku sama sekali tidak penting untuk di bicarakan.  Yang ku perlukan hanya menyelesaikan berkas ini lalu pulang.

Dokter David tersenyum tipis "muka kamu terlihat pucat,"

Aku mengedikan bahuku acuh "oh, itu," kemudian aku kemabali mengisi berkas-berkasku.

Tolong jangan membahasnya lebih jauh. Aku ingin cepat-cepat pulang dan beristirahat

"Itu, maksudnya apa?" Tanya Dokter David yang tak ku hiraukan.

Aku menghembuskan nafasku "dok, Jadi kita berangkat hari apa?" Tanyaku. Berusaha keras mengalihkan pertanyaannya dari keadaan tubuhku yang tidak penting, menjadi kembali ke kegiatan kami yang akan ke korea minggu depan.

"Hari senin," kata Dokter David.

Aku menganggukan kepalaku mengerti.

Oh, baguslah. Berarti aku masih sempat untuk beristirahat terlebih dahulu setelah acara pertunangan Mitha dan Geralt.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang