51.

61.2K 5.2K 132
                                    

Senin, Korea Selatan.

"Obat kamu?"

"Udah ayah. Tadi pagi aku udah minum obat setelah sarapan. Telfon saja Dokter David kalau tidak percaya," kataku.

Terdengar suara helaan nafas dari seberang sana "kamu tau kan? Kalau bukan karena kamu pergi dengan Dokter David, ayah tidak akan mengizinkan kamu berangkat ke korea. Terlebih kamu baru saja masuk rumah sakit karena alergi,"

"Iya, ayah. Aku tau," kataku sembari memilin bajuku.

Terdengar hening di ponselku untuk beberapa saat. Aku tahu ayah hendak bertanya sesuatu lagi kepadaku, tapi entah apa yang membuat ayah ragu untuk bertanya, hingga ia sempat terdiam untuk beberapa saat.

"Jovelyn," panggil ayah dengan nama sempurnaku.

Aku memejamkan mataku. Kalau ayah sudah memanggilku dengan nama sempurnaku, ayah pasti ingin membicarakan sesuatu yang penting.

"Di sini sedang kacau. Semua media, sedang membicarakn tentang Geralt yang menyebut kamu sebagai perempuannya di pertunangannya sendiri dengan Mitha kemarin,"

"..."

"Apa kamu tahu apa sedang yang kamu lakukan?" Tanya ayah.

Aku menggeleng walaupun aku tahu ayah tidak bisa melihatku.

Ini dia.

Ini dia alasan, kenapa aku memutuskan untuk tetap berangkat ke korea, alih-alih menunggu alergiku benar-benar sembuh. Aku mau menghindari pertanyaan orano-orang yang tentu saja kemarin sudah mencemoohku.

Mereka pasti ingin bertanya, entah, itu masalah badanku, atau perihal Geralt yang dengan gilanya menyebutku sebagai perempuannya di acara pertunangannya dengan Mitha kemarin.

"Ayah harap ini hanya salah faham. Ayah tidak bisa apa-apa ketika Geralt sangat sibuk. Dan ayah tidak bisa bertemu dan berbicara dengannya,"

"ini memang salah faham," kataku, pelan. Sembari menahan sesak di dadaku.

Ayah dan semua orang memang sedang salah faham. Lantas, kenapa aku harus merasa seperti ini? Faktanya, aku memang tidak ada hubungan apa-apa dengan laki-laki itu.

Tapi kenapa sesak?

"Ayah harap kamu sungguh-sungguh mengatakan itu,"

"..."

Ayah menghembuskan nafasnya panjang "Operasi kamu hari apa? Apa ayah harus ke sana untuk menenani kamu?"

Aku menggeleng "gak usah, ayah di Jakarta aja,"

"Kamu baik-baik saja, kan?" Tanya ayah terdengar khawatir.

Aku mengelengkan kepalaku, rasanya ingin menangis kalau mendengar suara ayah "iya,"

"Kabari Ayah kalau sudah selesai operasi,"

"Operasinya tiga hari lagi dan akan berlangsung sedikit lama. Nanti kalau sudah selesai operasi aku pasti kabarin,"

Terdengar suara helaan nafas lagi "pastikan kamu selalu bersama Dokter David. Ayah tidak mau mendengar kamu masuk rumah sakit lagi dengan alasan apapun di samping operasi kamu,"

"Iya,"

"Dan jangan lupa, menelfon ibu. Dia pasti khawatir,"

Aku membulatkan mataku "ayah bilang ke ibu? Soal aku alergi kemarin?!" Kataku setengah memekik.

"Oma yang menelfonnya. Dan kalaupun oma tidak melakukan itu, ayah pasti yang akan melakukannya," kata ayah.

Ibu pasti heboh, dan aku tahu kalau malam ini aku akan tidur larut malam sembari mendengar petuah darinya.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang