Jakarta, senin pagi.
Aku tidak bisa menahan senyumku, ketika bayangan acara makan pagi aku dengan ibu Geralt waktu itu terlintas di benakku.
Aku teringat bagaimana ibu Geralt itu bercerita banyak hal kepadaku, tentang Geralt ketika masih kecil.
Juga mengingat bagaimana wanita itu memasakan aku sarapan, aku teringat wajah sebalnya perempuan itu ketika Geralt terus saja merecokinya dengan mengatakan
"Mama, jangan sampai lupa. Nggak boleh ada kacang,"
Laura Marsudi berdecak "sudah lima kali kamu ngomong begitu, mama enggak budek Geralt,"
"Tapi aku takut mama lupa,"
"Dan asal kamu tahu saja, biarpun umur mama sudah tua. Mama belum pikun!" Kata Laura Marsudi, bersamaan dengan harum gurih margarin yang baru saja ia masukan kedalam teflon.
"Lagi pula, siapa yang bakal makan kacang untuk sarapan pagi?" Tanya Laura Marsudi lagi.
Mario mengangkat tangannya "aku," kata Mario.
Geralt mengangguk "Mario,"
Aku menoleh ke arah Mario, dan laki-laki itu segera saja membuat penjelasan "selai kacang. Buat roti,"
Aku menganggukan kepalaku, sementara Geralt, ia sedang bersidekap di atas meja makan. Wajahnya terlihat begitu waspada, memperhatikan ibunya masak.
Aku yakin, sebetulnya yang sedang di lakukan Geralt itu bukan untuk mengingatkan ibunya untuk tidak memasukan kacang kedalam masakannya, tetapi ia sepertinya sedang memperhatikan ibunya, kalau-kalau ibunya itu melukai dirinya sendiri.
Aku tersenyum lagi, sembari menatap ke arah layar komputerku yang sedang menampilkan gambar statis rating perusahaanku.
"Ada yang lagi seneng nih gw liat-liat,"
Aku menoleh ke belakang dan langsung menemuka Mas Dirga yang sedang menatapku dengan tatapan menyebalkan.
Aku mengulum senyumku, kemudian mendengus "Apasih,"
"Hayo, ngaku. Cuti kemarin lo habis ngapain? Pasti berbuat yang enak-enakkan?" Kata Mas Dirga sembari mentoel-toel lenganku.
Aku mendecih. Enak-enakan apanya?!
"Enak-enak apanya?" Kataku sedikit ketus.
"Itu buktinya, wajah lo glowing banget,"
Baru saja aku mau membalas perkataan Mas Dirga dengan membabi-buta, tetapi Serena keburu datang ke dalam ruangan. Dan seketika saja langsung membuat heboh.
"Gila-gila. Kaget banget gw pas masuk kantor tadi," Kata Serena kelewat heboh.
Aku menoleh ke arah perempuan itu "hah?"
"Security di mana-mana coy. Pintu masuk parkiran, di lobby, sebelum masuk lift, sampe tadi gw mau masuk ke sini, gw masih harus di periksa,"
"Apaan?" Tanya mas Dirga
"Security? Cowok keren di depan ruangan kita?" Kata Serena menggebu sembari menaikan kedua tangannya.
"Pak Beni? Sejak kapan pak Beni berubah dari aki-aki, jadi keren?" Tanyaku.
Serena menggelengkan kepalanya "bukan! Pakai jas, badannya keren abis, bisepnya itu loh, kecetak di luar jas. Dia berdiri di depan pintu masuk ruangan kita. Tadi tas gw abis di scan, terus dia minta id card gw, kaya nyecek-ngecek gitu,"
"Hah?" Kataku.
"Security? Di depan pintu ruangan kita?" Kata Mas dirga sama tidak mengertinya dengan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfeliĉa
Romance(COMPLETED) . . Lucu. Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuh...