29.

69.6K 5.9K 100
                                    

Ini tidak baik.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan kalimat Geralt beberapa malam lalu. Kalimat-kalimat itu terus saja berputar-putar di dalam otakku bak kaset rusak.

"Apakah aku sudah pernah bilang kalau kamu sangat menarik, Jovie?"

Oh tidak!

Aku menggelengkan kepalaku sekali. Berusaha keras untuk kembali fokus pada pekerjaanku yang belum selesai ku edit. Memejamkan mataku, kemudian kubuka lebar-lebar tepat di hadapan monitor komputerku.

"Kamu menarik. Dari awal aku berjabat tangan dengan kamu, aku bisa langsung tahu kalau kamu sangat menarik,"

Aku menarik?

Selama dua puluh lima tahun aku hidup, baru kali ini ada laki-laki yang mengatakan kalau aku menarik.

Ya tuhan! Sadar Jovie!!

Aku memukul kepalaku pelan, guna menyadarkanku dari bayangan-bayangan Geralt malam itu.

"Dan hari ini kamu bertambah semakin menarik,"

"Sialan!" Dumalku keras.

"Hei," suara mas Dirga, dari arah kiriku "santai Jov," 

Serena berdecak, lalu bunyi krincing terdengar. Tanpa melhatpun aku tahu kalau barusan Serena menggelengkan kepalanya.

"Nah kan, mulai lagi si Jovie." Serena menjeda kalimatnya untuk beberapa saat "Lo tau mas? Udah beberapa hari ini si Jovie kerjaannya bengong mulu," Tanya Serena.

"Masa?" Kata mas Dirga.

"Iya," tekan Serena "udah gitu, abis bengong, pasti marah-marah. Ya kaya gitu tadi,"

Suara roda dari kursi kerja mas Dirga terdengar menggeser ke arahku, kemudian tak berapa lama, kursiku di tarik berputar untuk menghadap ke arah belakangku, persis di hadapan Serena juga mas Dirga.

"Ayo, ngomong. Lo kenapa?" Tanya mas Dirga.

Aku menatap mas Dirga lalu beralih menatap Serena. Kemudian menghembuskan nafasku panjang. Kalau masalah menggosip, mereka bisa di bilang adalah orang-orang dengan status sosial tertinggi. Jadi, kalau mendenar bau-bau gosip barang sedikit saja. Entah bagaimana jiwa mereka langsung bergetar.

"Kenapa pada sok tau banget sih? Orang gw gak kenapa-kenapa," kataku.

"Gak mungkin banget," dengus Serena.

"Lo kenapa? Banyak hutang? Atau pak Beni marah-marah lagi dan ngancem buat mecat lo? Atau jangan-jangan lo hamil?" Tanya Mas Dirga.

"Apaan sih, jangan ngomong macem-macem! Bener-bener lo ya," kataku mulai kesal.

"Ya cerita makanya, supaya kita gak mikir yang macem-macem," kata Serena.

Aku menghembuskan nafasku pelan sembari menatap kedua teman sepekerjaanku itu

Aku menggaruk alisku dua kali. Aku tidak munkin bilang kan, kalau aku sedang memikirkan Geralt?

Tentu saja!

Tapi ini Serena dan mas Dirga, aku tidak akan bisa pergi sebelum aku mulai membuka mulutku. Tapi bagaimana cara aku menjelaskan kepada mereka tanpa harus membuat mereka curiga? Biar bagaimanapun ini urusan keluargaku.

"ini soal temen gw," dustaku, pada akhirnya.

Oh bagus, Jovie. Sekarang kata teman adalah metafora yang sangat kreatif untuk pengganti kata aku.

"Temen lo yang mana?" Tanya Serena.

"Ada, lo gak kenal," balasku.

"Oke, temen lo kenapa?" Tanya Mas Dirga.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang