27

67.2K 6.2K 117
                                    

Kemarin notif tiba-tiba rame gitu, trus pas liat watty ternyata cerita ini trending nomer 1 di agegap wkwkw

Jujur kaget bgt. Terharu juga, gak nyangka banget.

Makasih banyak yaa kalian-kaliann yang udah suport. Ya, walaupun cuman trending satu hari, tapi aku tetep ngerasa seneng dan bersyukur banget.

Makasih banget love y'all ❤️❤️

***

Aku mengetuk gelasku.

Mengulum bibirku ke dalam dan sedikit menggigitnya, ketika Geralt sedang berbicara dan semua mata tengah menatapnya serius.

Termasuk juga aku. Dan tentu saja Mitha yang sedang duduk di sebelahnya.

Mereka tampak konyol. Aku tidak tahu bagaimana caranya Januar Widjaya bisa dengan gampangnya menyetujui permintaan cucuknya untuk menikah dengan gadis itu.

Padahal menurutku. Seseorang yang lain di keluargaku, terlihat lebih bisa berbaur daripada Mitha yang sedari tadi hanya bisa terdiam sembari di gandeng oleh Geralt.

Thea yang menurutku paling mencolok di sini. Bukan karena tampilannya, ia memang tampak cantik dengan gaun hitam panjangnya itu. Namun, ketimbang itu, pembicaraan perempuan itu dengan seluruh keluarga Geralt lah yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Dengan gaya bicaranya yang sopan juga tegas dan terkesan pintar, Thea jelas dapat mengambil sebagian perhatian lebih, dari beberapa keluarga Geralt.

Misalnya, Monica Widjaya. Anak bungsu Januar Widjaya. Bibi Geralt yang rambutnya berwarna kuning keemasan.

Bukan ketidak sengajaan. Aku tahu jika Thea sengaja melakukan itu demi mendapat perhatian semua orang, dan membuat seakan-akan Mitha tampak sama sekali tidak ada apa-apanya di banding perempuan itu.

Kalau biasanya aku sama sekali tidak perduli dengan segala macam hal yang di lakukan sepupuku itu. Kali ini, untuk pertama kalinya, aku membenci sikap Thea yang seperti itu.

Aku mengetuk jariku lagi pada permukaan gelas yang sedang ku pegang. Perasaanku kembali gelisah jika mengingat pembicaraanku dengan Ethan beberapa saat yang lalu di ruang perpustakaan milik Januar Widjaya.

"Apakah ini semacam kebiasaan atau memang sudah mendarah daging?" Tanya Ethan sarkas.

Aku yang sedang menyentuh buku-buku di rak kayu super tinggi itu, menolehkan kepalaku kebelakang dan menatap Ethan yang sedang duduk di sofa.

Aku mengkerutkan keningku "apanya?"

"Kamu dengan sepupu-sepupu kamu," kata Ethan lagi. Kemudian menyilangkan kakinya menjadi satu.

"Kenapa dengan sepupu-sepupu aku?"

"aku mendengar pembicaraan bibi kamu dengan sepupu kamu,"

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang