26.

87.5K 7K 90
                                    

Usai makan malam.

Aku tidak ikut berbaur dengan seluruh keluarga Geralt yang sama sekali tidak ku ingat namanya kecuali Ethan, dan ayahnya Lazuardi, yang sebelumnya sudaj ku temui di hotel Sheraton, beberapa waktu lalu. Dan lebih memilih untuk memakan kue-kue kecil yang di sediakan di atas meja cantik di tengah ruangan.

Memilih-milih kuenya dengan cermat, agar aku tidak mengambil yang terdapat kacang di atasnya dan membuatku sesak nafas, kemudian menaruhnya di atas piring kecil yang sedari tadi ku pegang.

Sementara aku mengunyah beberapa potong kue, mataku terus saja melihat ke seluruh ruangan yang sangat ku yakini, memang di buat untuk mengadakan acara jamuan seperti ini.

Coba lihat lampu kristal yang menggantung di atas kepalaku itu. Aku berdecak dua kali sembari menggeleng dengan kagum. Belum lagi di tambah dengan pilar-pilar indah yang menjulang tinggi di dalam ruangan.

Widjaya memang pintar menghabiskan uangnya.

Aku memasukan potongan kue coklat ke dalam mulutku seraya melihat sebuah lukisan yang tergantung tepat di tengah-tengah tembok di ujung sana.

Ada satu orang laki-laki dengan rambut sepenuhnya berwarna putih, kemudian ada dua laki-laki paruh baya, yang aku tahu salah satunya adalah ayah Geralt dan yang satunya lagi adalah ayah Ethan. Lalu di tengah-tengah ketiga laki-laki itu duduk dua orang wanita dengan gaun berwarna coklat gelap.

Entah bagaimana, ketika pertama kali melihat lukisan ini, secara tiba-tiba bulu halusku meremang. Seperti merasakan aura kengerian dan juga ketakutan yang sangat kental.

Aku ternyata tidak sadar, jika tampaknya sedari tadi kakiku terus saja melangkah mendekat ke arah lukisan itu. Dan ketika aku sudah benar-benar berada di depannya, hal pertama yang kulakukan adalah mencari nama si pelukis.

Basuki abdulah.

Adalah nama yang tergores di sudut kanan bawah lukisannya, berbarengan dengan tulisan The Widjaya.

Aku menggelengkan kepalaku lagi. Tidak heran kenapa aku bisa sampai merasa seperti ini.

Tidak ada satupun lukisan yang di lukis oleh basuki abdulah, yang tidak membuatku merinding. Semuanya terlihat menakutkan karena lukisannya tampak terlalu nyata.

"Look who's here?"

Aku menoleh cepat ke arah kananku begitu suaranya tiba-tiba saja menusuk telingaku "Ethan,"

Ethan menarik sudut bibirnya sedikit, sembari melihat dengan serius ke arah lukisan The Widjaya.

"Aku fikir kamu tidak akan datang," kata Ethan sembari memutar gelas panjang yang berisi anggur putih di tangannya.

"Aku sebenarnya berencana untuk tidak datang," kataku, kemudian kembali menyuap kueku.

"Lalu kenapa tiba-tiba datang?"

Karena sepupu sialan kamu itu. Dan coba lihat sekarang, dia bahkan belum memunculkan batang hidungnya di sini.

Aku menghembuskan nafasku keras, dan memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Ethan.

"Tidak ikut berbaur?" Tanya Ethan lagi.

"Tidak," kataku singkat.

"Kenapa?"

Aku menoleh ke arahnya sembari menatapnya malas "berhenti berbasa-basi dengan aku, Ethan,"

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang