50.

77.4K 6.3K 241
                                    

Lanjut nih!!!!

Jangan lupa comment makanyaa. Wkwkwkwk.

Happy reading!!!

***

Aku melipat tanganku.

"Apa?" Kataku, setelah Geralt membawaku ke ruangan pribadi tepat di sebelah ruang ballroom.

Meninggalkan semua orang yang menatap bingung ke arah Geralt yang tadi berjalan sembari merengkuhku dan bukan tunangannya sendiri.

"Are you serious, right now?" Tanya Geralt dengan alis berkerut.

"Apaa?" Tanyaku lagi, kali ini lebih ku tekan.

"Kamu bersikap manja kepada si Dokter sialan itu. Di depan kakek aku dan di depan aku," kata Geralt terdengar marah

"Aku tidak begitu! Kapan aku bersikap manja kepada Dokter David?"

"Berhenti menyebut namanya!" Kesalnya

"Kamu yang duluan bertanya tentang dia. Dan kenapa kamu sangat marah?!" kataku ikut kesal.

"..."

Geralt menatapku serius. Tatapannya matanya seakan seperti sedang menusuk mataku.

"..."

"Aku akan kembali ke dalam," kataku setelah beberapa saat dan Geralt tidak bicara sama sekali.

"Aku belum selesai bicara,"

Aku menghembuskan nafasku "Kamu tidak bicara apa-apa dari tadi,"

"..."

Geralt menatapku serius, sembari sedikit mengkerutkan alisnya "tolong katakan kalau kulit kamu baik-baik saja,"

Aku menggigit bagian dalam pipiku dengan keras. Kenapa Geralt bertanya begitu? Apa dia akan membenciku kalau aku katakan, aku tidak cantik?

"Jovie?"

"Kalau aku bilang tidak baik-baik saja bagaimana?"

"Maksud kamu?"

Dadaku rasanya sesak ketika melihat  ekspresi Geralt "Aku berobat selama lima tahun dengan Dokter David, yang kamu tahu adalah dokter spesialis kulit. Apa menurut kamu aku baik-baik saja?"

Geralt menggeleng "jangan main-main Jovie. Katakan yang sebenarnya!" Desak Geralt setengah berteriak.

Aku menatapnya serius. Terlalu serius sampai-sampai aku ragu kalau Geralt akan menemukan keraguan di dalamnya.

"Kamu mau aku menjawab bagaimana?" Tanyaku.

"Katakan kalau kulit kamu baik-baik saja!"

Aku tersenyum miris "Kulit aku tidak baik-baik saja,"

"Jovie!" Bentak Geralt.

Aku menundukan kepalaku. Aku mengerti, tanpa ia harus mengatakannya juga, aku dapat mengerti kalau Geralt tidak mau dengan perempuan macam aku.

Dia pasti sekarang sedang terkejut.

Dadaku sesak rasanya, belum lagi di tambah dengan tenggorokanku yang tiba-tiba terasa sakit.

"Kenapa?" Tanyaku.

"..." Geralt tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Ia hanya menatapku saja.

Dan aku menangkapnya. Menangkap tatapan Geralt sekarang adalah tatapan mengasihaniku.

Dadaku kembali sesak.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang