Beberapa minggu selanjutnya.
Tanpa Geralt. Rasanya sekaan seperti sudah berbulan-bulan. Dan aku menjadi sangat pandai menatap tembok. Sampai-sampai, Serena suka tiba-tiba mendoakanku dengan berbagai macam doa, karena dia fikir aku kerasukan.
Tapi hingga berhari-hari selanjutnya, aku tetap melakukan itu, tidak perduli dengan pandangan aneh yang di berikan orang-orang. Bahkan, pernah suatu waktu, timbul niatan di hatiku untuk datang ke kantornya dan langsung memakinya habis-habisan.
Bagaimana bisa laki-laki itu meninggalkan aku dengan sejuta pertanyaan di benakku?
"Loh, non. Tumben amat pagi-pagi udah bangun," kata mbak Lis saat dia menemukanku sedang duduk di kursi meja makan rumah oma.
Sejunurnya aku sengaja menginap di sini, agar bisa bertemu dengan Mitha. Aku hutang permitaan maaf, Tapi tampaknya perempuan itu tidak ada di sini.
Aku tersenyum "Mbak, minta obat pilek," kataku.
Mbak Lis memanyunkan bibirnya "pasti belum tidur," tebaknya yang tepat sasaran.
Aku tersenyum lagi "iya, susah tidur akhir-akhir ini,"
"Duh Non. Awas ketahuan Oma, nanti Oma bisa marah besar loh. Non Jovie kan tau, hari ini Ziarah," ucap mbak Lis, sedikit segan memberiku obat pilek, yang biasanya selalu ku gunakan jika sulit tidur.
"Biarin mbak." Kataku masih kekeh meminta obat pilek.
Mbak Lis menghembuskan nafasnya panjang sembari melihatku simpatik "yaudah, mbak ambilin dulu. Mau sekalian di bikini teh madu?"
Aku mengangguk "Mau," kataku kemudian menyengir konyol ke arah Mbak Lis.
Mbak Lis tersenyum, kemudian ia meninggalkan ku sendiri lagi di meja makan. Meninggalkanku lagi dengan sejuta pertanyaan yang bersarang di kepalaku.
Aku menghembuskan nafasku panjang.
Tak berselang lama, aku melihat Thea dengan gaun tidrunya berjalan ke arah ku. Ia menarik sudut bibirnya sedikit setelah melihatku, namun kemudian perempuan itu berlenggang ke arah kulkas.
"Pagi," katanya.
"Pagi," balasku.
Ia mengambil infuse water dari kulkas, lalu menaruhnya di gelas. Embun-embun dingin seketika saja bermunculan di gelas kacanya, lalu kemudian ia segera meminumnya hingga tandas.
Thea melirik ke arahku, ia memperhatikan wajah lesuku yang terlihat menyeramkan dengan lingkaran super hitam di bawah mataku.
"Galau?" Tanya Thea.
"..." Aku tak menjawab.
Thea tersenyum "bener kan, kata Gw? Geralt pasti gak akan batalin pernikahannya,"
Aku menghembuskan nafasku lagi.
"They're in love, you know. Lo gak usah galau-galau, dari awal juga harusnya kita tahu, kalau laki-laki itu hanya serius sama Mitha. Harusnya kita gak nekat buat deketin dia. Maksud gw, gw gak bener-bener suka sama dia, gw ngedeketin dia demi warisan bokap gw. Lo ngerti kan? Bukan berarti gw pengen ngerebut Geralt karena gw menyukainya. Gw gak serendah itu," kata Thea, kemudian perempuan itu menaruh kembali botol infuse waternya ke kulkas
Apakah aku memang serendah itu?
Mereka jatuh cinta.
Jantungku seketika saja langsung terasa sesak. Aku menggeleng samar, sembari menghembuskan nafasku yang sekarang terasa sulit.
Ya, aku rasa aku memang rendahan.
"..."
"Gw sama Rose aja di tolak. Apa lagi lo," kata Thea menohok. Sekaligus menyindirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfeliĉa
Romance(COMPLETED) . . Lucu. Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuh...