Aku mengigit gigiku.
Sembari menahan nafasku, aku mengigit gigiku keras di dalam mulutku, ketika sesak kembali menjalar di seputar dadaku "yaudah ngomong aja," kataku.
"Somewhere, Private,"
"Disini aja, Bapak warungnya juga gak akan ngerti kok, kamu ngomongin apa," kataku berusaha terdengar santai. Padahal sebetulnya tanganku sudah bergemetar.
Jantungku rasanya berhenti berdetak ketika dia tiba-tiba saja memegang lengan atasku, kemudian ia menarikku pelan ke arah mobilnya.
Aku melepas tangannya dengan segera, tetapi ia malah semakin menarikku dengan sangat kuat.
Aku meronta, menarik tanganku dan menghempasnya dengan sangat kuat "Fuck you!" Umpatku kencang, ketika aku sudah berhasil terlepas dari pegangannya.
Geralt menatapku terkejut. Jangankan dia, aku sendiri juga terkejut mengetahui kalau ternyata aku punya kekuatan sebesar itu.
"Jovie, masuk ke mobil," katanya dengan nada penuh peringatan.
Aku berjalan mundur "enggak!" kataku.
Geralt melangkah mendekat ke arahku "Jovelyn,"
"Stop," kataku dengan telunjuk menunjuk ke arahnya "jangan kamu berani panggil nama aku"
"Let's talk,"
"Yaudah, ngomong aja di sini. Aku gak mau masuk ke mobil kamu,"
"Orang-orang akan dengar, dan mulai menggosip," kata Geralt.
Perduli setan!
Aku mendengus "kayak, pembicaraan kita penting aja,"
"Jovelyn," geram Geralt.
Kenapa dia marah? Bukankah yang seharus ya marah itu aku? Yang di di tinggalkan dengan sejuta pertanyaan itu kan aku. Bukan dia.
"Enggak," kataku.
Geralt menghembuskan nafasnya kasar, rahangya terlihat mengeras "masuk atau aku angkat,"
"Aku nggak mau bicara sama kamu, Geralt,"
"Jovie, berhenti untuk bersikap seperti anak-anak. Kenapa kamu tidak mau bicara dengan aku?"
Kenapa? Ya, karena saat aku butuh kamu, kamu menghilang dan sekarang ketika kamu butuh aku, aku harus menurut saja? Begitu?
"Ya pokoknya gak mau! Kamu ngerti bahasa indonesia gak sih!" Kataku kesal.
Geralt mendengus kemudian berjalan dengan cepat ke arahku. Aku yang tidak sempat mengambil ancang-ancang, hanya bisa menjerit saja ketika Geralt ternyata tidak main-main dengan perkataannya. Ia mengangkatku di bahunya.
"Sialan!"
***
"Nenek aku pasti akan bertanya-tanya kemana aku pergi. Dan ayah aku pasti akan marah Besar," kataku.
Geralt memesan satu cangkir kopi dengan gula, dan juga satu cangkir teh untuk aku. Ketika ia membawaku ke salah satu cafe yang terlihat sepi di dekat makam kakekku.
"No, they won't,"
Aku mendengus. Sementara Geralt menatapku sembari setengah tersenyum.
"Apa kabar?" katanya.
Apa kabar? Apakah dia sudah gila bertanya seperti itu kepada aku yang selama beberapa waktu ini ia tinggalkan.
"Alive," balasku singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malfeliĉa
Romance(COMPLETED) . . Lucu. Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuh...