46

13.3K 1.1K 56
                                    

"Adek ... main bola yuk," ucap Sam sambil menatap perut Dyba yang tengah bergerak gara-gara tendangan anaknya.

Dyba meringis, ia menjambak rambut Sam. "Jangan ajak adek main bola, dia main bola beneran di sana."

Sam menatap Dyba dengan polosnya. "Emang kalau adek nendang sakit ya?"

Mata Dyba memicing. "Sini perut kamu yang aku tendang!"

Sam menyengir, ia kembali menatap perut yang sudah membesar di hadapannya. Tangan kirinya memeluk pinggang Dyba sedangkan tangan kanannya untuk bantalan kepalanya sendiri. Sam mengecup perut Dyba dan satu tendangan langsung terasa di bibirnya saat ia mengecup perut Dyba.

"Idih, durhaka kamu sama ayah. Ayahnya lagi nyium kamu masa kamu tendangan sih?"

"Dia nyuruh biar ayahnya kerja."

Sam berdecak, ia membenamkan wajahnya di perut Dyba. "Orang aku lagi pengen sama anak aku, kantor juga punyanya aku, jadi ya bebas aja dong."

"Awas aja ya anak aku nanti ngikut malesan kayak kamu."

"Biarin Dy, orang ini anak juga anaknya aku, jadi pasti dia ngikut bapaknya dong."

Dyba menghela nafas kasar, ia memilih diam dari pada berdebat kepada lelaki ini. Berdebat sama Sam itu seperti menyuruh darah tinggi langsung datang ke tubuh Dyba.

Gumaman Sam di bawah sana membuat Dyba langsung menunduk. Entahlah lelaki itu menyanyikan apa karena kepala Sam terbenam di perutnya.

"Dek, nanti kalau kamu lahir terus minum susunya bunda, kamu harus bagi dua sama ayah. Enak aja kamu minum sendiri, berbagi itu indah loh dek."

"Ya Allah, mengapa engkau berikan aku suami yang mesum kayak gini?"

"Takdir, Dy."

"Ayo Dyba cantik sabar, sabar menghadapi suami yang astaghfirullah ngelus dada banget ngehadapinnya."

Sam langsung mendongak, ia menatap Dyba dengan senyuman di wajahnya. "Perlu dibantuin gak ngelus dadanya?"

"Sam! Mesum lagi aku suruh kamu tidur di luar, beneran loh!"

Suara tawa riang dari Sam membuat senyum Dyba terbit. Kekesalannya seketika hilang saat mendengar tawa dengan suara berat itu.

"Aduh, bumil senyumnya manis banget," ucap Sam sambil mencolek pipi Dyba.

Dyba memegang tangan Sam yang ada di pipinya. Sam menaikkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Dyba, tetapi tangannya tetap mengelus perut Dyba.

"Sam ...."

"Iya, sayang?" Sam menatap Dyba dengan lembut. "Apa yang kamu pikirin?"

Dyba menghela nafas panjang. "Kan adek bakalan keluar sekitar beberapa minggu lagi, aku bisa lahiran normal gak ya? Secara kan aku kemarin udah pernah keguguran."

Tubuh Sam maju, ia mendekap tubuh Dyba. "Kenapa kamu mau normal?"

"Gak jadi wanita namanya kalau belum pernah lahiran normal?"

Sam mendongakkan dagu Dyba. "Teori dari mana?"

"Dari aku."

"Semua perempuan yang udah terlahir di dunia itu udah jadi wanita hebat. Gak ada yang namanya kamu gak ngelahirin secara normal terus orang-orang pada bilang gini 'ah cemen, masa lahirannya lahiran cesar, bukan wanita hebat' gak ada kayak gitu Dy. Dengan kamu udah ngandung, udah bawa adek di dalam selama sembilan bulan lebih aja kamu udah jadi wanita sempurna. Walaupun misalnya kamu gak ngandung pun kamu tetap jadi wanita sempurna."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang